Makin ke sini, jalan kolaborasi makin diandalkan buat menyelesaikan beragam pekerjaan. Apa-apa kayaknya bakal lebih cepat kalau dikerjakan bareng-bareng. Tapi faktanya, tergabung di dalam sebuah tim nggak melulu efektif buat menyelesaikan suatu pekerjaan, lho!

Nggak sedikit orang yang melakukan social loafing, yaitu mengurangi kontribusi dalam suatu tim karena merasa bakal ada anggota tim lain yang mengambil alih. Apalagi kalau situasi dan kondisi memungkinkan banget buat sedikit-sedikit lari dari tanggung jawab. Kayak keadaan yang lagi serba online gini, deh~

Ini dia sedikit penjelasan soal social loafing. Coba cek, kamu termasuk tersangka pelaku social loafing, bukan?

Pengertian Social Loafing

Social loafing berarti mengeluarkan lebih sedikit usaha ketika bekerja di dalam suatu tim dibandingkan waktu kamu bekerja sendiri. Di sinilah fakta mengejutkan soal kolaborasi dan kerja tim muncul; keberadaan orang lain dalam tim yang sama dengan kamu berpotensi bikin kamu lebih malas kerja dibanding waktu kamu nggak bekerja dalam tim. Ini dikarenakan pikiran semacam, ‘Ah, ada dia ini yang bakal ngerjain.

Social loafing utamanya terjadi di tim yang nggak jelas pembagian kerja dan pertanggungjawabannya, serta berorientasikan pada hasil kerja tim aja tanpa melihat prosesnya. Pembagian kerja dan pertanggungjawaban yang nggak jelas ini jadi peluang bagi anggota tim buat melakukan social loafing, karena toh nggak ada konsekuensi yang jelas dan sepadan kalaupun nggak berkontribusi apa-apa. Misalnya, hasil kerja satu tim dilaporkan di dalam sebuah rapat oleh satu orang, sementara anggota tim yang lain dibiarkan menyimak. Selesai sampai di situ. Nggak ada pantauan dan penilaian kinerja individu. Alhasil nggak ketahuan, deh, apakah tim ini benar-benar kerja bareng sepenuhnya, atau ada anggota yang melakukan social loafing.

Versi parahnya, kecenderungan melakukan social loafing bisa bikin seseorang jadi free-rider. Kalau dalam kerja kelompok anak-anak sekolah, sih, biasa disebut si-numpang-nama, alias bukan cuma mengurangi usaha, tapi benar-benar nggak melakukan tanggung jawabnya. Makanya, kerja dalam tim nggak selamanya efektif kalau belum oke ngaturnya.

Tips Anti-Social Loafing

Social loafing udah ibarat ‘kerja tapi nggak kerja’. Kayaknya menggiurkan banget ‘kan, kalau bisa kerja sedikit aja tapi dapat benefit sama dengan yang mengambil alih lebih banyak pekerjaan? Tapi, kebiasaan kayak gini bisa bikin kamu nggak berkembang. Makanya perlu kebijaksanaan kamu sendiri buat memilih tetap bertanggung jawab atau nggak ketika ada peluang buat social loafing.

Supaya nggak ‘tergoda’ melakukan social loafing, ingatlah kalau:

  1. Berkolaborasi secara adil bareng rekan-rekan tim bakal bikin kamu lebih terampil kerja bareng orang lain.
  2. Teamwork adalah salah satu skill penting di zaman kayak sekarang ini.
  3. Kamu bikin orang lain mengemban beban kerja yang nggak seharusnya dengan melakukan social loafing.

Selain itu, kamu juga bisa membantu menciptakan lingkungan kerja tim yang anti-social loafing, yang benar-benar berkolaborasi dengan baik. Caranya bisa dengan:

  1. Mengatur pembagian dan pertanggungjawaban kerja yang jelas.
  2. Maksimalkan waktu saat meeting dengan tim buat bertukar pikiran dan mengkomunikasikan benar-benar pembagian tersebut.
  3. Mengusahakan setiap anggota tim bisa punya peran yang saling melengkapi.

Kamu bisa aja dihadapkan pada peluang melakukan social loafing. Mau benar melakukan atau nggak, itu balik lagi ke kamu. Jangan lupa kalau bertanggung jawab itu penting. Social loafing emang menggiurkan banget, tapi hasil pekerjaan tim yang bagus bakal terasa lebih memuaskan kalau benar-benar hasil kerja bareng, lho!

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/cutting-edge-leadership/201402/five-surprising-facts-about-teams-and-teamwork
https://www.psychologytoday.com/us/blog/glue/201407/why-working-together-doesnt-always-work

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *