Tidak sedikit ditemukan kasus yang tidak menyenangkan akibat komentar jahat di media sosial. Insecure, rendah diri, stres, bahkan depresi adalah sebagian di antaranya. Padahal, kalau mau sedikit berusaha untuk sama-sama menjaga ketikan baik di status, komentar, atau unggahan apapun itu di media sosial, hal-hal yang demikian bisa dicegah. Masalah di kehidupan nyata boleh jadi sudah cukup pelik, lantas, apa jadinya jika dunia maya pun harus turut menyumbang masalah?
Agar tak terjadi atau setidaknya mengurangi risiko dampak buruknya, ada baiknya kita bersama-sama melatih empati dalam bermedia sosial dengan menerapkan nettiquette. Berikut penjelasannya!
Empati dan Netiquette
Ada banyak pengertian untuk empati. Yang paling relevan dalam hal ini ialah, kemampuan untuk menempatkan diri dalam perasaan atau pikiran yang dimiliki orang lain tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan atau pikiran orang tersebut (Koestner & Franz dalam Rachmah, 2014). Sebab interaksi kini tidak hanya terbatas pada tatap muka, maka demikian pula dengan berempati. Teknologi khususnya media sosial memberi ruang untuk berbagi, berkomentar, dan berinteraksi dengan orang lain. Meski tidak dilakukan secara langsung, namun interaksi yang maya seperti itu bisa punya dampak yang sama atau bahkan lebih parah jika tidak dilakukan secara bijaksana.
Menunjukkan empati di media sosial tidak melulu soal memberikan banyak dukungan bagi mereka yang tampak membutuhkan. Sesederhana menjaga ketikan agar tidak menyakiti perasaan atau menyinggung orang lain jugalah bentuk empati dalam bermedia sosial. Hal ini, salah satunya terangkum dalam nettiquette.
Netiquette adalah salah satu sebutan bagi aturan dan tata cara penggunaan internet dalam kaitannya sebagai alat komunikasi atau pertukaran data antar-kelompok orang dalam sistem yang termediasi internet (Tedre et al. dalam Fahrimal, 2018). Melalui netiquette, para pengguna didorong untuk taat pada aturan etis dan moral meskipun tidak tertulis demi menciptakan ruang bersama yang nyaman, tentram, dan damai. Saat bermedia sosial, interaksi dengan orang lain tidaklah terbatas, kenal maupun tidak. Tetapi justru itulah, penting untuk menerapkan netiquette. Kamu tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan orang lain, atau seperti apa ketikanmu akan mempengaruhi mereka. Menjaga ketikan, lagi-lagi penting sebagai wujud empatimu terhadap sesama pengguna media sosial.
Mewujudkan Empati melalui Netiquette
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengakses internet dan media sosial menurut netiquette, dan ini bisa pula kamu terapkan di keseharianmu berselancar di media sosial. Hal-hal tersebut yaitu:
1) Be constructive: Menunjukkan sikap dan komentar yang bersifat konstruktif (membangun) kepada orang lain.
2) Be safe: Memastikan setiap postingan tidak membuat orang lain merasa tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional.
3) Remember, we’re all human: Walaupun tidak ada kontak langsung dengan orang lain, tetap mengingat bahwa pengguna internet dan media sosial adalah manusia yang memiliki perasaan.
4) Avoid flame: Menghindari memicu ketegangan dengan orang lain, dan jika itu terjadi, maka diskusikan gagasan dan idenya, bukan menyerang orangnya.
5) Choose your words carefully: Memilih atau menyaring kata-kata sebelum mengomentari atau membuat postingan di internet dan media sosial.
6) Avoid “death by emoticon”: Menggunakan emoticon yang tepat untuk mengungkapkan ekspresi dan jangan berlebihan dalam menggunakannya.
7) Accept the views of others: Interaksi di media sosial merupakan proses pertukaran ide dan gagasan setiap pendapat yang diberikan oleh pihak-pihak yang berbeda harus dihargai.
8) Freedom of speech may not exist: Sesungguhnya tidak ada kebebasan berpendapat mutlak di internet, maka batasi diri untuk memilih mana yang akan ditampilkan dan mana yang perlu diabaikan.
Ada kalanya media sosial memang menjadi wadah yang tepat untuk berekspresi, dan tentu saja tidak ada yang berhak melarangmu untuk itu. Tetapi ingat, jika sudah berkaitan dengan interaksi dengan pengguna lainnya, ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan seperti halnya terangkum dalam poin-poin di atas. Nah, sudahkah kamu menerapkan beberapa di antaranya? Kalau belum, ayo mulai dari sekarang!
Referensi:
Fahrimal, Y. (2018). Nettiquete: Etika jejaring sosial generasi milenial dalam media sosial. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan, 22(1), 69-78.
Rachmah, D. N. (2014). Empati pada pelaku bullying. Jurnal Ecopsy, 1(2). 51-58.
Sukmawati, F. (2017). Bullying di media sosial: Potret memudarnya empati. Jurnal Dakwah, 11(1), 77-88.
Comments