Sejatinya, kebahagiaan merupakan hal yang dituju kebanyakan orang dalam hidupnya. Mungkin demikian pula kamu ‘kan?
Orang cenderung mendekat pada hal-hal yang terasa membahagiakan. Kebahagiaan itu, memang nyatanya berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup (Constanza et al., 2007). Lantas tahukah kamu, kalau meskipun identik dengan menahan lapar, haus, juga nafsu inderawi lainnya, puasa bisa mendatangkan kebahagiaan?
Tidak hanya oleh satu umat, puasa dilakukan di berbagai agama dan kepercayaan. Perbedaan pasti ada dalam hal pelaksanaannya, tetapi, ada upaya yang sama dalam hal melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Berikut sedikit penjelasan mengenai bagaimana puasa dapat menghadirkan kebahagiaan.
Puasa dan Kebahagiaan
Syam (dalam Komari, 2019) menyebutkan bahwa perubahan kebiasaan umat Islam saat bulan Ramadhan akan tiba di mana perbuatan baik selalu dilaksanakan dan perbuatan buruk ditinggalkan turut mengubah pola perilaku, gaya hidup, hingga perubahan psikologis khususnya dalam hal emosi positif dan negatif. Hal serupa ditemukan pada puasa yang dilakukan oleh umat Buddha, yaitu uposatha, yang juga identik dengan penghindaran hal-hal yang bersifat inderawi, termasuk menghindari perbuatan yang tidak pantas, ucapan yang tidak benar, hal-hal yang melemahkan pengendalian diri seperti minum minuman keras, dan sebagainya (Zulkurnain, 2018).
Perbuatan baik dapat mendatangkan kebahagiaan (Sodiq, 2016). Penghindaran hal-hal buruk juga bemuara pada ketenangan batin dan kebahagiaan. Dalam konteks puasa Ramadhan dalam Islam, bulan tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis, yang kemudian berimplikasi pada kebahagiaan (Zaprulkhan, 2007). Komari (2019) dalam penelitiannya menemukan bahwa semakin mendekati bulan Ramadhan, emosi positif seorang muslim cenderung meningkat. Sebaliknya, emosi negatif cenderung menurun seiring makin mendekatnya bulan Ramadhan. Ini terkait dengan bagaimana kehadiran emosi positif merupakan indikasi kondisi psikologis yang positif yang menandakan adanya rasa bahagia (Carra, 2013).
Di samping datangnya bulan Ramadhan itu sendiri, ibadah puasa yang dilakukan di dalamnya juga ditemukan bisa mendatangkan kebahagiaan. Informasi yang diperoleh dalam proses penelitian yang dilakukan oleh Aqiilah (2020) tentang dinamika psikologis pada individu muslim yang melaksanakan Puasa Daud memunculkan pengakuan seorang yang selama dua tahun rutin menjalankan puasa tersebut tentang rasa bahagia yang diperolehnya. Subjek lain pula mengaku memperoleh ketenangan dan kedamaian karena hal yang sama.
Ini baru sedikit fakta tentang puasa dan kebahagiaan. Masih ada banyak uraian dari sudut pandang berbeda yang pada dasarnya memiliki banyak nilai positif bagi kehidupan.
Untuk menjalani puasa dan memaksimalkan kebahagiaan yang bisa diperoleh darinya, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut ini.
1. Memahami Manfaat Berpuasa
Dengan memahami betul manfaat dari puasa, kamu bisa menjalaninya dengan lebih ikhlas dan suka hati. Dari segi kesehatan misalnya, puasa disebut bisa membantu proses detoksifikasi racun dari dalam tubuh. Puasa juga berkaitan dengan kinerja otak yang lebih baik. Menjalani puasa dengan lebih ikhlas bisa membantumu memperoleh manfaat darinya dengan lebih maksimal, seperti ketenangan hati dan emosi positif sebagaimana telah dijelaskan di atas.
2. Tetap Memperhatikan Asupan Gizi yang Masuk ke Dalam Tubuh
Perbedaan pola makan dari hari biasa dengan hari di mana puasa dilaksanakan tentunya membutuhkan penyesuaian dalam hal asupan gizi. Penting untuk tetap memperhatikan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh agar fungsi tubuh bisa tetap berjalan baik. Jangan sampai, tubuh jatuh sakit karena kurang baik dalam memilah makanan dan minuman untuk dikonsumsi. Tubuh yang sehat akan menjadi atribut yang membuat manfaat puasa terasa semakin lengkap.
3. Konsisten Berbuat Baik, Terutama pada Orang lain
Perbuatan baik dapat berarti banyak hal. Berbuat baik terhadap orang lain merupakan salah satu bentuknya yang berkaitan erat dengan kebahagiaan. Sebagai contoh, kamu bisa lebih banyak memberi atau bersedekah. Upaya ‘memberi’ kepada orang lain terbukti berhubungan dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi (e.g. Aknin et al., 2015).
Ada sekian manfaat yang bisa diperoleh dari masing-masing hal dalam kehidupan ini. Yang utama, adalah diri kita sendiri yang mau atau tidak untuk berusaha memaksimalkan manfaat tersebut. Puasa mungkin mengurangi makan dan minum bagi tubuh, tapi ia bisa ‘memberi makan’ jiwa dengan hal yang sama berartinya, seperti ketenangan dan kebahagiaan. Jadi, sudahkah kamu berupaya memaksimalkan manfaat dari berpuasa?
Referensi:
Aknin, L. B., Broesch, T., Hamlin, J. K., & Van de Vondervoort, J. W. (2015). Prosocial behavior leads to happiness in a small-scale rural society. Journal of Experimental Psychology: General, 144(4), 788–795. doi:10.1037/xge0000082
Aqiilah, I. I. (2020). Puasa yang menakjubkan (Studi fenomenologis pengalaman individu yang menjalankan Puasa Daud). Jurnal Empati, 9(2), 82-108.
Komari, R. (2019). Bulan Ramadhan dan kebahagiaan seorang muslim. JPIB: Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 2(2), 127-138. doi: 10.15575/jpib.v2i2.5587Zulkurnain, M. I. (2018) Ajaran Puasa dalam Agama Hindu dan Budha. Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin.