Personal boundaries atau batasan pribadi seringkali terabaikan oleh kita. Padahal dengan batasan pribadi membuat kita mampu untuk membentengi diri kita dari hal-hal yang kurang sesuai dengan diri kita. Kita sering kali menjadi sensitif jika hal-hal diluar kita tidak sesuai dengan apa yang kita yakini. Misalnya, kamu merasa kurang nyaman untuk berbagi pendapatmu dimuka umum, tetapi teman-temanmu terus mendesakmu untuk berbicara sehingga kamu merasa semakin tidak nyaman dan kesal. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apakah karena batasan pribadi kita terganggu?
Personal Boundaries
Personal boundaries atau batasan pribadi adalah batasan yang kita tetapkan untuk diri kita sendiri dengan orang lain, yang menunjukkan apa yang menurut kita dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam perilaku orang lain terhadap diri kita. Menetapkan batasan pribadi adalah kunci untuk memastikan masing-masing individu dalam sebuah hubungan sama-sama saling menghargai, mendukung dan peduli. Batasan-batasan tersebut juga bisa menjadi tolak ukur harga diri (self-esteem) seseorang karena mereka menetapkan batas untuk apa saja perilaku-perilaku orang lain yang dapat diterima. Menetapkan batasan pribadi menjadi penting bagi pembentukan identitas diri seseorang dan merupakan aspek penting dari kesejahteraan (well-being) dan kesehatan mental kita. Tujuan dari menetapkan batasan pribadi adalah untuk melindungi dan menjaga diri kita agar tetap dalam keadaan baik.
Batasan diri dapat dilakukan jika :
- Kita mengutamakan kebutuhan dan perasaan diri sendiri sebelum orang lain.
- Kita mengenal diri kita sendiri.
- Kita merasa memiliki hak.
- Kita percaya jika menetapkan batasan tidak akan merusak hubungan.
- Kita belajar untuk memiliki batasan yang sehat.
Bentuk Personal Boundaries
Ada beberapa bentuk personal boundaries yang harus kamu ketahui, yaitu :
- Material boundaries menentukan apa yang diri kita perbolehkan untuk memberi atau pinjamkan ke orang lain. Seperti uang, mobil, pakaian, makanan, pakaian, dan lain-lain.
- Physical boundaries berkaitan dengan ruang pribadi, privasi, dan tubuh kita. Contohnya, kepada siapa dan kapan kita memutuskan untukbersalaman atau berpelukan.
- Mental boundaries berlaku untuk pikiran, nilai, dan pendapat kita. Kamu bisa menilai batasan dirimu dengan menjawab pertanyaan berikut: “Apakah kamu mengetahui betul yang kamu percayai dan dapatkah kamu mempertahankan pendapatmu?”, “Dapatkah kamu mendengarkan pendapat seseorang dengan pikiran terbuka tanpa berubah menjadi kaku?”. Jika kamu menjadi sangat emosional, argumentatif, atau defensif, kamu mungkin memiliki mental boundaries yang lemah.
- Emotional boundaries membedakan pemisahan emosi dan tanggung jawab kita dari orang lain. Batasan yang sehat mencegah kita untuk memberikan nasihat, menyalahkan orang lain atau menerima disalahkan. Batasan ini juga menjaga kita dari perasaan bersalah atas perasaan negatif atau masalah orang lain dan menjaga kita dari pendapat pribadi orang lain terhadapkita.
- Sexual boundaries menjaga tingkat kenyamanan kita terhadap sentuhan dan aktifitas seksual, yaitu dalam bentuk apa, dimana, dan dengan siapa.
- Spiritual boundaries berhubungan dengan kepercayaan kita dan pengalaman kita yang terkoneksi dengan tuhan yang kita percayai.
Seiring berjalannya waktu, batasan-batasan pribadi kita mungkin perlu diperbaharui agar kesehatan mental kita tetap dalam keadaan sehat. Sangat penting untuk berkata “tidak” untuk permintaan yang tidak masuk akal, permintaan yang mungkin masuk akal tapi terjadi terus menerus, atau ketika permintaan tersebut bertabrakan dengan rencana yang sudah kamu buat sebelumnya. Kamu harus mengubah pola pikirmu dari “aku ingin menyenangkan semua orang” menjadi “aku ingin menghargai waktu yang ku miliki dan ingin aku gunakan untuk kebutuhan diriku”. Ketika kita mulai untuk menetapkan batasan pribadi, jangan lupa untuk lebih tegas kepada diri sendiri terhadap orang lain agar dirimu nggak mudah direndahkan dan dijatuhkan.
Referensi :