Bila ditanya apakah kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan di hidupmu saat ini, kira-kira jawaban apa yang akan kamu berikan? Atau justru, meski merasa senang dan serba cukup, kamu masih sering kali merasa hampa dan tidak benar-benar bahagia?
Tidak sedikit orang yang percaya bahwa hidup hanya perlu dijalani semerta-merta layaknya air yang mengalir—mengikuti ke mana pun alur membawa, tanpa betul-betul punya tujuan yang memang sejati diinginkan diri. Tapi, apakah hidup yang seperti itu bisa memberi kebahagiaan?
Prinsip ikigai dari budaya Negeri Sakura alias Jepang mengindikasikan sebaliknya. Kebahagiaan merupakan suatu yang berkaitan erat dengan tujuan hidup meski hanya sebuah tujuan sederhana. Persisnya, kamu bisa simak uraian di bawah ini.
Mengenal Prinsip Ikigai
Ikigai berasal dari dua kata, yaitu iki yang berarti ‘hidup’ dan gai yang berarti ‘nilai’, dan secara istilah, gabungannya memiliki arti “mencari makna (nilai) dari sebuah kehidupan” atau “memiliki alasan untuk hidup”. Kata ‘ikigai’ tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa lain, namun, pengartiannya sering kali dekat dengan kesejahteraan subjektif (subjective well-being), yang merupakan istilah bagi kebahagiaan dalam psikologi (Rubiatin, 2018).
Beberapa penelitian telah menemukan keterkaitan antara ikigai dan kebahagiaan. Salah satunya, adalahDan Buettner. Buettner (2016) memperkenalkan istilah ‘blue zones’, yaitu suatu kelompok berisi tempat-tempat di dunia di mana penduduknya menikmati hidup yang lebih panjang dan sehat dibandingkan di tempat-tempat lain. Tempat yang termasuk ‘blue zones’ ini adalah Sardinia (Italia), Nicoya Peninsula (Kosta Rika), Icaria (Yunani), Loma Linda (California), dan Okinawa (Jepang). Alasan penduduk di sana berumur panjang ialah kombinasi dari beberapa faktor, yaitu karena menu-menu vegetariannya, aktivitas fisik rutin yang cukup, dan suatu hal lain yang berkonsep sama seperti ikigai. Lalu, mengapa ikigai identik dengan umur panjang dan hidup yang lebih bahagia?
Prinsip ikigai dari Jepang mencakup sebuah kondisi di mana kamu bisa melakukan hal yang kamu sukai (what you love), mampu lakukan (what you are good at), sekaligus dibutuhkan oleh dunia (what the world needs) dan bisa membuatmu memperoleh bayaran yang sesuai (what you can be paid for). Ketika sesuatu yang kamu lakukan saat ini sudah mencakup keempat hal tersebut, kamu sudah bisa dikatakan menggapai ikigai. Itulah mengapa, ikigai juga diartikan sebagai memiliki ‘alasan untuk hidup’, merasa hidup itu ‘baik dan berarti’ dan ‘worth to continue’. Peneliti Ishida (2012) pula menemukan bahwa ikigai merupakan cara yang ‘sehat’ untuk mengatasi stres.

Terdengar kompleks, tapi, bukan berarti kamu tidak bisa berusaha mencapai ikigai-mu sendiri. Kamu bisa mulai dari beberapa hal berikut ini.
1. Menemukan Hal Sederhana yang Disukai untuk Dilakukan Setiap Harinya
Orang Jepang memiliki kegiatan yang beragam bentuknya yang menjadi alasan mereka untuk tetap bangun di pagi hari dan bersemangat menjalani hari-hari yang sibuk. Kegiatan-kegiatan itu bisa berupa pekerjaan, hobi, atau sesederhana senam di pagi hari. Kamu juga bisa mencari kegiatan serupa versimu sendiri, agar tiap kali terbangun di pagi hari, kamu selalu punya alasan untuk tetap bersemangat.
2. Kenali Diri Lebih Dalam, dan Temukan Passion-mu
Menemukan hal benar-benar disukai alias passion memang tidak mudah. Terkadang, orang bahkan mengartikan suatu pekerjaan sebagai passion pada awalnya, dan menemukan hal tersebut adalah prasangka salah di kemudian hari. Untuk itu penting untuk mengenal diri lebih dalam. Seperti apa dirimu yang sesungguhnya, apa yang kamu inginkan, dan apa yang sesungguhnya disukai oleh dirimu yang seperti itu.
3. Cari dan Ambil Setiap Kesempatan yang Datang
Penting untuk memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada baik ketika kamu sudah menemukan passion-mu ataupun belum. Jika belum, maka mencoba banyak kesempatan bisa jadi ajang bagimu untuk menemukannya. Jika sudah, maka kesempatan tersebut akan menjadi bagian dari aktualisasi passion-mu yang nyata. Ajang perlombaan, program magang dan pelatihan, volunteering, lowongan pekerjaan, adalah beberapa contoh bentuk kesempatan yang barangkali sering berlalu di depan matamu. Sayang ‘kan, kalau tidak dimanfaatkan baik-baik?
Pada dasarnya, ikigai ialah tentang mewujudkan kebahagiaan dengan menemukan tujuan. Dengan kata lain, tidak selamanya mengikuti ke mana hidup membawamu bisa mengarahkan pada kebahagiaan. Jadi, apa kamu masih ingin menjalani hidup seperti air yang mengalir, atau ingin mulai menentukan tujuan demi hidup yang lebih bahagia?
Referensi:
Buettner, D., & Skemp, S. (2016). Blue zones: lessons from the world’s longest lived. American journal of lifestyle medicine, 10(5), 318-321.
Ishida, R. (2012). Purpose in life (Ikigai), a frontal lobe function, is a natural and mentally healthy way to cope with stress. Psychology, 3(3), 272-276.
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-good-life/200809/ikigai-and-mortality
https://www.psychologytoday.com/au/blog/finding-light-in-the-darkness/201804/what-does-it-mean-have-passion-and-purpose