Beragam manfaat bisa diperoleh dari berpuasa. Seperti yang telah banyak dibahas pada artikel-artikel sebelumnya, puasa yang dilakukan dalam kepercayaan umat muslim serta kepercayaan lainnya mampu memberi rasa bahagia, melatih regulasi kemarahan, meningkatkan religiusitas, spiritualitas, menyehatkan badan, hingga sekian manfaat lainnya. Spiritualitas yang diperoleh dengan berpuasa rupanya bisa membuatmu lebih kuat dan ‘tahan banting’ dalam menghadapi masalah dan cobaan yang datang ke kehidupan. Bagaimana itu bisa terjadi? Sebelumnya, simak dulu penjelasan berikut ini, ya!
Puasa dan Spiritualitas
Spiritualitas yang diperoleh dengan berpuasa salah satunya ialah spiritualitas yang berhubungan dengan agama atau kepercayaan, yaitu yang berorientasi pada Tuhan. Spiritualitas yang demikian merupakan satu dari tiga konsep spiritualitas yang disebutkan oleh Splika (dalam Aqiilah, 2020), di mana pandangan, pemikiran, dan praktiknya berdasarkan wahyu dari Tuhan.
Ketika berpuasa, umat yang menjalankan akan menjauhi perbuatan yang menurut kepercayaan mereka dianggap buruk, dan lebih banyak mendekat kepada perbuatan-perbuatan baik. Bila dilakukan secara ikhlas dan dengan pemahaman yang baik mengenai makna puasa yang dijalankan, seseorang bisa memperdalam spiritualitasnya.
Penelitian Aqiilah (2020) tentang manfaat Puasa Nabi Daud contohnya. Salah seorang subjek menyatakan bahwa dengan melaksanakan puasa tersebut secara rutin, pintu hidayah terasa terbuka untuknya. Hatinya semakin menerima agamanya yaitu Islam, dan seiring dengan itu semakin mengenal Islam, rajin membaca kitab, melakukan ibadah secara berjamaah, lantas menjadi semakin mantap dalam berusaha mencapai tujuan dengan tetap berserah diri kepada Allah swt. ketika dihadapkan dengan cobaan hidup. Lalu lebih tepatnya, bagaimana spiritualitas bekerja dalam membuat seseorang lebih kuat menghadapi masalah dan tantangan hidup?
Peran Spiritualitas dalam Membuat Seseorang Lebih Kuat Hadapi Masalah
Kehidupan spiritual yang sehat bisa menjadi motivator utama untuk seseorang mampu menyesuaikan terhadap ragam kesulitan hidup yang dialami. Dalam psikologi, hal seperti ini masuk ke dalam ‘resiliensi’, yaitu tentang sejauh mana individu dapat beradaptasi dengan baik terhadap tantangan kehidupan yang sulit seperti masalah dalam hubungan, pekerjaan, keuangan, hingga trauma dan penyakit. Mereka yang memiliki spiritualitas yang dalam dapat memiliki resiliensi yang demikian. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa spiritualitas berperan positif terhadap resiliensi (e.g. Pustakasari, 2014; Cahyani & Akmal, 2017).
Spiritualitas tidak semata-mata membuat seseorang dapat menghadapi masalah tanpa merasakan atau menunjukkan emosi yang signifikan sama sekali. Namun, dengan spiritualitas yang dalam, seseorang akan merasa memiliki ‘sesuatu’ untuk bersandar ketika masalah atau cobaan hidup datang, juga keyakinan bahwa masalah itu akan dapat terlewati, dan dirinya memang akan mampu melewatinya. Pikiran yakin tersebut sama seperti yang para pegiat psikologi sebut dengan ‘coping self-efficacy’, salah satu mekanisme untuk mengatasi stres dengan berpikir bahwa diri mampu mengatasi (cope) kesulitan dan tantangan kehidupan. Kemampuan tersebut terbina pada orang-orang dengan spiritualitas dan religiusitas yang tinggi melalui tindakan-tindakan seperti berdoa, meditasi, membaca kitab, puasa, dan hal-hal serupa yang semakin mendekatkan mereka dengan agama atau kepercayaannya.
Memperoleh spiritualitas yang sejati memang tidaklah mudah, terlebih lagi mendapat manfaat seperti apa yang telah dijabarkan di atas seperti menjadi lebih kuat dan adaptif terhadap cobaan hidup. Tapi, kamu mungkin bisa lakukan hal-hal berikut ini untuk menumbuhkan hingga memperdalam spiritualitas yang dapat membuatmu jadi lebih kuat menghadapi masalah.
1. Mengeksplorasi Lebih Banyak Hal yang Berpotensi Meningkatkan Spiritualitas
Barangkali banyak hal yang belum disadari memiliki manfaat untuk meningkatkan spiritualitas. Spiritualitas yang berorientasikan Tuhan dapat ditingkatkan dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi larangan-Nya, seperti melakukan ibadah sehari-hari sesuai pedoman.
2. Memaknai Setiap Ibadah yang Dilakukan
Memaknai berarti tidak sekadar melakukan. Melainkan, mengetahui betul apa yang diniatkan atau apa yang ingin dituju dengan melakukannya. Misalnya, saat melakukan ibadah keagamaan seperti puasa, pahami betul mengapa kamu melakukannya, yaitu karena tuhanmu, melakukan secara ikhlas, dan mengetahui apa-apa saja manfaatnya.
3. Berpikir Positif
Berpikir positif erat kaitannya dengan kepercayaan. Kepercayaan bahwa sesuatu pada akhirnya akan membawa pelajaran, kepercayaan bahwa masalah yang datang, meski berat, bukanlah sesuatu yang tidak dapat teratasi. Ingat, berpikir positif terhadap masalah bukan berarti menolak perasaan negatif yang muncul ketika ia datang. Hanya, ingatlah bahwa selalu ada hasil jika diri mau berusaha menghadapinya, juga ruang untuk berserah diri setelahnya.
Keinginan yang kuat dari dalam diri dan upaya yang konsisten adalah kuncinya. Karena masalah dalam hidup tidak akan pernah ada habisnya, bukankah membina spiritualitas dan menjadi lebih kuat dalam menghadapinya adalah pilihan yang bagus?
Referensi:
Aqiilah, I. I. (2020). Puasa yang menakjubkan (Studi fenomenologis pengalaman individu yang menjalankan Puasa Daud). Jurnal Empati, 9(2), 82-108.
Cahyani, Y. E., & Akmal, S. Z. (2017). Peranan spiritualitas terhadap resiliensi pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 2(1), 32-41.
Pustakasari, E. N. I. (2014). Hubungan spiritualitas dengan resiliensi survivor remaja pasca bencana erupsi Gunung Kelud di Desa Pandansari-Ngantang-Kabupaten Malang. Disertasi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.