“Hai cewek, mau kemana?”
“Suitt.. suitt.. cantik banget sih”
“kiiw sendirian aja nih cantik, boleh kali abang temenin”
Pernahkah kamu saat sedang berjalan sendirian di jalan, kemudian mendapatkan seruan seperti ini dari segerombolan laki-laki? Jika pernah, berarti kamu mengalami catcalling!
Apa sih itu catcalling? Lalu apakah ini merupakan tindakan yang benar dan wajar untuk dilakukan? Yuk simak bareng-bareng!
Catcalling
Catcalling adalah komentar bernada seksual yang dilontarkan di tempat umum dan kebanyakan dilakukan oleh laki-laki, misalnya di jalan raya, stasiun, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Biasanya catcalling terjadi pada perempuan yang sedang berjalan sendirian. Selain komentar dengan kata-kata berbau seksual, catcalling juga bisa berbentuk lirikan, siulan, kedipan, bahkan memegang area tubuh tertentu. Nah yang membedakan catcalling dengan pelecehan seksual pada umumnya ialah laki-laki dan perempuan nggak saling kenal, sehingga sering kali disebut sebagai pelecehan asing. Tujuan dari catcalling sendiri ialah bukan ingin melakukan pemerkosaan, melainkan lebih kepada mencari perhatian dari seorang perempuan.
Adanya fenomena catcalling membuat banyak orang yang berasumsi bahwa catcalling terjadi karena disebabkan oleh pakaian. Padahal, pakaian bukanlah alasan terjadinya catcalling. Sebab banyak juga perempuan yang sudah menggunakan pakaian tertutup, tetapi masih menjadi korban pelecehan seksual tersebut. Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara catcalling dengan stereotype cara berpakaian perempuan nggak benar, hanya saja dijadikan pembenaran oleh pelaku catcalling yang memiliki pikiran kotor terhadap perempuan. Catcalling bisa terjadi juga nggak terlepas dari implikasi ketidaksetaraan gender yang menempatkan perempuan sebagai subordinat dari laki-laki. Sehingga seolah laki-laki “berhak” melakukan apa saja kepada perempuan. Catcalling menjadikan perempuan sebagai objek seksual, dan terlihat lebih dari seonggok daging yang sedang berjalan tanpa memandang kesetaraan gender. Padahal, catcalling justru merupakan perbuatan yang menghina perempuan, dan bukanlah perbuatan yang terpuji. Apapun bentuknya, catcalling harus dihentikan karena bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan mental dan mengakibatkan munculnya efek buruk bagi perempuan yang menjadi korban dari pelecehan seksual tersebut. Misalnya muncul perasaan terancam ketika perempuan berada di tempat umum yang bahkan banyak orang disekitarnya, penurunan harga diri yang terlihat dari cara berpakaian, ekspresi wajah, dan emosi yang diperlihatkan di depan umum. Kemudian perempuan akan merasa dirinya hanyalah objek, bukan perempuan yang berhak bersuara atas keinginannya sendiri. Perempuan akan merasa nggak aman saat berada di jalan dan semakin paranoid. Lalu bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi atau melawan catcalling?
Cara Menghadapi atau Melawan Catcalling
Berikut cara yang bisa membantumu sebagai perempuan dalam menghadapi atau melawan catcalling, yaitu:
- Berhenti dan Menatap Mereka dengan Berani
Kita harus beranikan diri dan nggak perlu merasa takut dengan mereka. Jika terjadi di siang hari jangan menunduk ketika kamu berhadapan dengan mereka, berhenti dan tengok ke arah mereka, Kemudian katakan “stop!”. Pada saat kamu melakukan ini, kamu akan merasa puas karena mereka akan bersiul-siul seolah nggak melakukan apa pun. Cara ini cukup membuat nyali mereka ciut karena mereka nggak akan menyangka dan kaget, bahwa kamu akan melakukan hal itu.
- Percaya Diri dan Selalu Pastikan Kamu Aman
Kemungkinan besar kamu nggak bisa melawan mereka secara frontal karena jumlah mereka biasanya lebih banyak. Hal yang paling penting untuk kamu lakukan adalah melawan secara aman seperti memberikan tanda pada mereka bahwa kamu nggak suka dan jangan coba main-main dengan itu.
- Jalan Terus dan Tinggalkan
Catcall biasa dilakukan oleh laki-laki lebih dari dua orang, mereka akan melakukan cara untuk membuat kamu kesal. Contohnya jika ada seseorang yang berhijab lewat dan mereka akan bersahut “Assalamualaikum.” dan jika perempuan itu nggak menjawab maka akan diteriaki sombong dan ditertawakan. Tetapi jika dijawab pun mereka akan bersamaan bilang “Alhamdulillah.” lalu ditertawakan juga. Pada situasi ini jika kamu ingin menjawab, jawablah dengan kata yang singkat dan sekenanya tanpa memandang mereka sedikit pun, atau kamu juga bisa pura-pura angkat telepon dan sibuk berbicara di telepon. Jika kamu terlihat kesal tentunya pelaku akan merasa sangat senang.
- Menghindari Gerombolan Laki-Laki di Pinggir Jalan
Laki-laki yang berkumpul selain mempunyai kemungkinan besar untuk menggoda, mereka juga akan menertawakan perempuan yang sedang kesal ketika mereka melakukan catcall. Menghadapi kumpulan laki-laki seperti itu hanya akan membuat kita nggak aman. Lebih baik putar balik jalan, jika sedang di jalan. Cari alternatif jalan lain, meskipun lebih jauh tapi aman. Bisa juga kita belok ke sebuah toko dan melihat-lihat beberapa barang di sana, sambil mengamati apakah mereka sudah pergi.
- Hindari Menggunakan Perhiasan yang mencolok
Jika kamu takut bahwa catcall mereka akan berlanjut pada perampokan, maka simpan dulu perhiasan berharga di dalam tas. Ini akan lebih membuat kamu percaya diri dalam melewati keadaan yang nggak menyenangkan tersebut.
Jadi catcalling bukanlah perbuatan yang benar, dan nggak wajar untuk dilakukan dalam bentuk apapun terhadap perempuan. Kita sebagai perempuan sudah sepatutnya untuk berani melawan tindakan pelecehan seksual tersebut. Efek buruk yang ditimbulkan oleh catcalling pada psikologis perempuan bisa diminimalisir dengan cara mengabaikan, dan mau melawan pelaku catcalling agar ia nggak melakukannya kembali.
Jika catcalling yang kamu terima sudah sangat mengganggu dan mengancam kenyamanan dirimu, kamu bisa banget loh untuk melaporkan tindakan pelecehan seksual tersebut ke pihak yang berwajib. Selain itu, apabila kamu merasa tindakan catcalling yang kamu terima sudah membuat kesehatan mentalmu terganggu, kamu bisa segera datang ke profesional seperti psikolog agar mendapatkan penanganan yang lebih tepat. Teruntuk kamu perempuan, tetap berhati-hati saat dimanapun dirimu berada. Ingat keamanan dirimu nomor satu!
Referensi :
Fisher, S., Lindner, D., & Ferguson, C. J. (2019). The effects of exposure to catcalling on women’s state self-objectification and body image. Current Psychology, 38(6), 1495-1502.
http://www.stopstreetharassment.org/resources/statistics/sshstudies/