Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah “Impostor” yang belakanganini viral di media sosial karena game Among Us. Karakter Impostor dalam game Among Us adalah pembunuh dan suka mengelabui karakter lainnya. Meski begitu, apakah karakter Impostor dalam game Among Us ini sama dengan impostor syndrome? Bedakah kriteria Impostor dalam game Among Us dengan Impostor syndrome? Yuk kita cari tau lebih lanjut…
Impostor Syndrome
Impostor syndrome adalah kondisi psikologis dimana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang telah dicapainya. Kondisi ketika seseorang selalu meragukan kemampuan dirinya sendiri. Baginya keberhasilan yang ia raih hanya kebetulan saja, dan khawatir jika suatu hari orang-orang akan tahu bahwa dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala prestasi dan keberhasilannya. Misalnya, ketika menjadi pemenang dalam suatu lomba pasti ia akan berfikir “aku bingung kenapa bisa menang, mungkin karena peserta lombanya cuma sedikit kali yah” atau “ah ini Cuma lagi beruntung aja kok, sebenarnya kan aku gak jago”. Kemudian jika dipuji oleh orang lain karena kemampuan yang ia miliki, ia akan berpikir “orang-orang pikir aku ini bisa, jangan sampai nanti mereka tahu kalau sebenarnya aku nggak bisa apa-apa”.
Fenomena Impostor syndrome pertama kali dikenal padatahun 1978 oleh psikolog Pauline Clance dan rekannya Suzzanne Imes. Syndrome satu ini biasanya terjadi pada orang-orang ambisius dengan standar kesuksesan yang cukup tinggi. Namun, mereka merasa bahwa pencapaian yang mereka raih bukanlah karena kemampuan mereka, tapi semata-mata karena kebetulan. Akibatnya, mereka merasa ketakutan bila suatu hari orang-orang akan menyadari bahwa ia adalah seorang penipu yang sebenarnya tidak punya kemampuan. Gejala pada syndrome ini adalah cemas, tidak percaya diri, frustasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar yang ia tetapkan sendiri, dan cenderung perfeksionis (menuntut kesempurnaan). Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Cara Mengatasi Impostor Syndrome
Jika dibiarkan terus menerus dikhawatirkan bis aterjadi depresi dan kecemasan. Depresi dan gangguan cemas bila tidak diatasi akhirnya bisa berujung pada gangguan jiwa hingga menurunnya fungsi otak. Untuk dapat mengatasi syndrome ini, kamu bisa melakukan beberapa cara berikut :
- Bagikan perasaanmu dengan bercerita dan mendengarkan pendapat orang lain dapat membuat
keyakinan irasional yang kamu pikirkan dan yakini berkurang. - Fokus membantu orang lain. Membantu orang yang memiliki kondisi sama denganmu dapat
membantu kamu melatih keterampilan dan membangun kepercayaan pada diri sendiri. - Nilai kemampuan yang kamu miliki. Tulis pencapaianmu dan hal apa saja yang dikuasai, lalu
bandingkan dengan penilaian terhadap diri sendiri. - Ambil langkah kecil. Jangan fokus untuk melakukan hal besar dan sempurna, mulailah dengan
pencapaian-penacapaian kecil dan cobalah untuk memberi penghargaan terhadap diri sendiri. - Berhenti membandingkan. Cobalah untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain karena
ini dapat membuat kamu terus menemukan kesalahan diri sendiri yang membuatmu merasa
tidak cukup baik. - Gunakan media sosial dengan bijak. Penggunaan sosial media berlebihan berpotensi
menyebabkan perasaan rendah diri. - Berhenti melawan perasaan, tidak perlu melawan yang kamu rasakan. Sebaliknya, cobalah
terima dengan baik agar kamu dapat melepaskan perasaan yang menahanmu. - Jangan menyerah dengan mudah. Meskipun merasa tidak diterima, jangan pernah berhenti
untuk mengejar tujuanmu. - Terima bahwa perfeksionis adalah hal yang mustahil. Tidak ada hal yang sempurna dan kesalahan merupakan bagian dari hidup yang tidak dapat dihindari. Cobalah untuk menerima hal ini agar tidak merasa tertekan dan merasa lebih bahagia.
Demi kesehatan mentalmu, jika kamu merasa memiliki syndrome ini mulailah untuk membuat daftar pencapaian diri dan merenungkan kerja kerasmu untuk mencapai hal tersebut. Karena dengan menuliskan perasaan yang kamu rasakan, dapat membantu mengurangi rasa bersalah yang timbul. Dengan cara menuliskan semua pencapaian dan umpan balik positif yang diterima. Dengan menulis kan hal-halp ositif yang ada didalam diri sendiri, agar kita mulai bisa menerima diri sendiri. Nah setelah kita simak penjelasan diatas tentang Impostor syndrome dapat kita lihat bahwasanya kriteria Impostor dalam game Among Us berbeda dengan kriteria Impostor syndrome yang berada dimasyarakat. Ohnyaa gengss,, sebelum kamu melabelkan dirimu memiliki syndrome ini, alangkah lebih baiknya jika kamu menemui professional terlebih dahulu utuk berkonsultasi agar tidak terjadi self diagnose yah…
Referensi :