Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, sulitnya mengkomunikasikan perasaan dan pendapat secara asertif adalah bagian dari akibat yang ditimbulkan oleh ketakutan akan penilaian orang lain. Ada suatu aturan tak tertulis bahwa untuk bisa diterima terlebih disukai oleh masyarakat, kamu harus mampu bersikap baik dan memenuhi apa yang mereka ekspektasikan. Alhasil, banyak di antara orang-orang yang terjebak dalam ‘versi baik’ dari diri mereka yang bisa jadi terlalu banyak berlawanan dengan diri yang sesungguhnya.
Demikian pula dengan apa yang ada di balik ‘good girl syndrome’. Jika kamu sering kali merasa sulit berkata tidak, bersikap asertif, dan memaksakan diri untuk menjadi ‘sosok baik hati’ yang sesungguhnya tak sesuai dengan hatimu, boleh jadi kamu tengah terjebak dalam sindrom ini. Meski dinamai ‘good girl’ dan memang lebih banyak dibahas untuk perempuan, good girl syndrome bisa juga terjadi pada laki-laki. Hmm.. Untuk penjelasan lebih lanjut, simak dulu ulasan di bawah ini, ya!
Good Girl Syndrome
Good girl syndrome, atau yang pada beberapa sumber juga disebut dengan nice girl syndrome, adalah suatu kondisi di mana seseorang bersikap baik dikarenakan apa yang sudah melekat pada identitasnya alih-alih karena dorongan dari diri sendiri. Penggunaan kata ‘girl’ dalam penamaannya berkaitan dengan asal utama istilah ini, yaitu bagaimana seharusnya suatu gender tertentu bersikap. Maka meski dinamai seolah-olah mewakili gender perempuan, istilah ini juga dapat berlaku bagi laki-laki.
Good girl syndrome dapat berbeda di setiap negara, bahkan daerah. Sebab, pemahaman akan sikap yang seharusnya melekat pada gender tertentu juga terkadang berbeda di setiap daerah. Namun secara umum, ada beberapa hal yang diekspektasikan dimiliki oleh perempuan atau laki-laki. Misalnya saja, perempuan dipersepsikan melekat pada sikap yang lembut, penyayang, dan patuh. Sementara laki-laki kuat dan dominan. Pemahaman-pemahaman seperti itu seharusnya tidak mutlak, tetapi karena sering kali dipercaya kemudian diwariskan turun-temurun, akhirnya menetap sebagai suatu ‘standar’ di masyarakat.
Pembahasan ini tidak akan berfokus pada hal itu, atau pun pada satu gender tertentu saja, melainkan implikasinya pada kesehatan mental. Seperti halnya ketidakmampuan menyampaikan perasaan dan pendapat secara asertif, terjebak dalam good girl syndrome juga berbahaya untuk kesehatan mental. Bahkan, riset menemukan bahwa orang yang mengaku tidak bahagia dalam hidupnya rupanya dikarenakan tidak bisa melakukan atau mencapai apa yang sesungguhnya diinginkan akibat terlalu memaksa diri memenuhi ekspektasi orang lain.
Ketidaksesuaian yang demikian bisa pula perlahan memicu stres akibat tekanan yang disebabkan olehnya. Terjebak dalam good girl syndrome membuat keinginan, emosi, perasaan menjadi terpendam tanpa bisa terungkapkan. Sekali lagi, hal seperti memendam perasaan tidaklah sehat untuk mentalmu. Jika good girl syndrome terlanjur membuatmu terjebak, maka kamu perlu mulai melatih hal-hal yang dapat membuatmu terbebas darinya.
Cara Agar Terlepas dari Good Girl Syndrome
Barangkali kamu sudah kepalang berada dalam kondisi ini, berikut ini beberapa hal yang bisa coba kamu lakukan.
1. Ketahui dan Nyatakan Apa yang Kamu Inginkan dan Pantas Dapatkan
‘Am I asking for too much?’
Jawaban untuk pertanyaan itu adalah tidak. Tidak jika kamu tahu persis mengapa kamu pantas menginginkan, melakukan, atau mendapatkan sesuatu. Setiap orang punya hak untuk itu. Jangan terlalu banyak merasa tertekan oleh sekitar untuk berani speak up.
2. Berani Mengatakan ‘Tidak’
Kamu yang dianggap sebagai seorang ‘good girl’ boleh jadi sering dimintai bantuan, entah sedang seperti apa keadaanmu. Lagi-lagi keberanian untuk menolak dan berkata ‘tidak’ dapat menyelamatkanmu dari dampak hal tersebut. Kamu punya batasan untuk itu dan beranilah menyuarakannya.
3. Bertahan pada Pendirian
Maksudnya, tetaplah yakin bahwa tidak ada yang salah untuk hidup dengan cara sendiri meski harus berbeda dengan apa yang diinginkan oleh sekitar. Orang-orang sering kali begitu yakin bahwa pendapat mereka tentang bagaimana seharusnya kamu menjalani hidup adalah benar. Sementara, kamu punya hak untuk menentukan hal-hal seperti itu secara mandiri. Selama kamu tahu betul bahwa sesuatu baik untukmu, maka cukup ucapkan terima kasih atas opini orang-orang itu, jelaskan bahwa kamu memiliki keinginan yang berbeda, dan lakukan apa yang menurutmu benar.
Katanya, orang baik pasti dipertemukan dengan orang baik. Katanya, orang baik pasti diperlakukan secara baik. Tetapi kadang, perlu rasanya menerima kenyataan bahwa dunia tidak selalu sebaik itu. Keberanian dan kekuatan untuk berdiri di atas kaki sendiri haruslah dimiliki.
Lagipula, memangnya apa definisi dari baik itu sendiri? Tentunya, bukan menjadi baik versi orang lain, ataupun memaksa diri memenuhi ekspektasi orang lain. Kamu tentu saja bisa bersikap sopan, patuh, berempati, menjadi lembut dan penyayang, juga sikap dan sifat-sifat lain yang biasa orang sebut baik. Tapi pastikan hal itu kamu lakukan bukan karena tekanan dan paksaan dari luar, melainkan karena tahu apa esensinya dan dapat melakukan secara ikhlas. Catatan utamanya, tetaplah jadi diri sendiri dan berani mengambil sikap!
Referensi: