Pernah nggak sih merasa ko aku susah banget yah memahami perasaanku sendiri? Eitss.. tenang kamu nggak sendirian kok!
Emotional Neglect
Kemampuan seseorang untuk bisa memahami perasaan yang ia rasakan sangat berkaitan erat dengan pola asuh yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketika orang tua sering bertanya dan memvalidasi perasaan anaknya akan membuat anak menjadi lebih paham dengan perasaannya. Sehingga akan membuat anak merasa aman secara emosi atau biasa disebut dengan emotional secure. Sebaliknya ketika ada orang tua yang nggak peduli terhadap perasaan anaknya, akan membuat anak menjadi nggak paham dengan perasaan yang sedang dirasakannya. Nah apabila hal ini dilakukan secara terus menerus, hal tersebut dapat membuat si anak nggak mampu memahami perasaan ia sendiri karena ia mengalami emotional neglect.
Emotional neglect yang dirasakan seseorang dapat berdampak kepada hubungan sosialnya di masa depan, bahkan ketika nanti sudah memiliki pasangan. Emotional neglect sangat berdampak pada hubungan berpasangan, yaitu:
- Perasaan nggak penting atau bisa jadi salah, misalnya ketika dibohongi oleh pasangan. Pasti perasaan yang kita rasakan sedih, marah atau bisa jadi malu. Namun seseorang yang memiliki emotional neglect akan berpikir “oh aku tuh pantes buat diginiin”, “oh mungkin memang karena aku nggak cantik atau mungkin karena aku nggak pintar”. Jadi ia selalu menomorduakan perasaannya, padahal ia berhak mengutarakan perasaannya.
- Merasa pasangannya selalu benar, apapun masalahnya bagi orang-orang dengan emotional neglect, mereka akan berpikir “Okay, bisa jadi aku yang salah dan kamu yang benar. Jadi aku aja yang ngalah”.
- Menghindari masalah atau pura-pura untuk baik-baik saja. Memilih mengalah dengan berpikir “aku pura-pura baik-baik aja deh, yang penting kita nggak ribut”, “aku aja deh diem, biar masalah kita cepat selesai”.
- Nggak mampu membahasakan apa yang ia rasakan. Ketika merasakan perasaan yang negatif biasanya akan muncul di ekspresi wajahnya, misalnya jadi jutek, galak, atau diam saja. Hal ini akan membuat pasangannya menjadi bingung dan berpikir “kok tiba-tiba aku didiemin dan dijutekin yah sama dia?”. Sehingga membuat potensi timbulnya keributan dalam sebuah hubungan.
- Nggak mampu memahami perasaan pasangan. Misalnya ketika pasangannya dijutekin dan didiamkan, pasangannya bilang seperti ini “Aku pulang dulu aja deh yah sekarang , nanti kalo perasaanmu sudah membaik baru ngobrol lagi ya sama aku. Mungkin sekarang kamu butuh waktu dulu nih buat sendiri”. Nah seseorang yg memiliki emotional neglect akan berpikir “Loh kok aku jadi ditinggal, tuhkan bener kan pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku, “Kenapa sih kamu ninggalin aku, kok jadi kamu yang marah sama aku”. Sehingga akan ada ketimpangan dari topik permasalahan.
Kalau setelah membaca artikel ini kamu merasa punya masalah terkait memahami perasaanmu sendiri, it’s a good sign for you dear!. Sehingga kamu dapat memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan apa dampaknya bagi dirimu. Kamu bisa menghadapi emotional neglect dengan cara belajar untuk mulai mengenali emosimu dan identifikasi kebutuhanmu lalu minta orang lain untuk memenuhinya. Yuk pelan-pelan belajar untuk memahami dirimu sendiri dan perasaan yang sedang kamu rasakan. Sehingga kamu bisa memperbaiki hubunganmu dengan pasangan. Namun kalau dirimu sudah merasa nggak nyaman dengan emotional neglect yang kamu rasakan, nggak ada salahnya loh untuk pergi ke profesional seperti psikolog. Sehingga dirimu akan mendapatkan penanganan yang lebih tepat.
Referensi: