Kalau biasanya kebahagiaan jadi hal yang dicari-cari sama banyak orang, pada cherophobia justru sebaliknya; kebahagiaan jadi hal yang ditakuti. Orang yang mengalami cherophobia secara aktif menghindar dari situasi-situasi yang umumnya orang anggap sebagai sesuatu yang membahagiakan. Wah, kok bisa, ya? Penjelasan lebih lanjut bisa kamu baca di uraian berikut, ya!
Pengertian dan Simtom Cherophobia
Cherophobia berasal dari kata Yunani ‘chairo’ yang berarti ‘bersukacita’, dan secara keseluruhan sering diartikan sebagai ketakutan atas kebahagiaan. Cherophobia belum masuk ke dalam gangguan klinis di bawah DSM-5 (Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorders 5), tapi jenis fobia ini sudah semakin diakui secara ilmiah melalui beberapa penelitian (e.g. Joshanloo, 2014).
Kebahagiaan punya berbagai definisi, dan ‘kebahagiaan’ yang dimaksud dalam cherophobia bisa merujuk ke beragam bentuk kebahagiaan. Sementara itu, ‘fobia’ sendiri dikelompokkan di bawah gangguan kecemasan dalam DSM-5. Fobia berarti ketakutan luar biasa terhadap suatu objek, tempat, situasi, perasaan, atau hewan tertentu. Rasa takut yang ditimbulkan fobia jauh melebihi bahaya yang mungkin ditimbulkan objek fobia pada kenyataannya.
Balik lagi ke soal cherophobia, kenapa kebahagiaan yang biasanya diinginkan banyak orang justru bisa jadi objek fobia? Joshanloo dan Weijers (2014) menguraikan alasan-alasan kenapa orang bisa malah takut bahagia dibanding mendambakannya, di antaranya sebagai berikut ini.
- Rasa senang atau bahagia seolah-olah jadi tanda kalau bakal ada hal buruk yang terjadi.
- Bahagia bikin orang merasa buruk atau jahat, misalnya karena di saat yang sama, ada orang yang nggak bahagia atau malah menderita.
- Mengekspresikan kebahagiaan bisa berakibat buruk, seperti menimbulkan kecemburuan dari orang lain dan pada akhirnya menjadi alasan ketidakbahagiaan di masa depan.
- Mengejar kebahagiaan bisa jadi berujung pada hal yang buruk pula, misalnya jadi pribadi yang egois demi mengejar kebahagiaan itu.
Adapun simtom dari cherophobia kurang-lebih mencakup simtom kognitif dan perilaku, yaitu sebagai berikut.
Simtom Kognitif:
- Percaya kalau merasa senang menjadikan diri sebagai seorang yang jahat.
- Percaya kalau rasa senang akan berujung ke sesuatu yang buruk.
- Percaya untuk nggak mengekspresikan kebahagiaan sebab takut membuat orang lain kesal atau terganggu.
Simtom Perilaku/Behavioral:
- Menghindari perkumpulan sosial yang menyenangkan.
- Menolak hubungan atau kesempatan yang bisa membawa kebahagiaan dan kesuksesan.
Rasa takut bahagia berkaitan juga sama budaya tempat seorang individu tumbuh, khususnya gimana budaya tersebut memandang kebahagiaan. Di Barat, kebahagiaan lebih diutamakan, sementara di banyak negara lainnya, kebahagiaan masih di bawah tujuan hidup lain. Maka dari itu, alasan kenapa orang bisa takut bahagia juga berbeda-beda. Tapi, cherophobia bisa mengganggu kehidupan sosial seseorang, dan butuh ditangani dengan baik.
Menghadapi dan Mengatasi Cherophobia
Meski (sekali lagi) cherophobia belum termasuk gangguan klinis, sebagai fobia, rasa takut bahagia ini bisa ditangani sebagaimana fobia yang tergolong gangguan klinis. Dirangkum dari beberapa sumber, cherophobia bisa dihadapi melalui berbagai cara, di antaranya:
- mengidentifikasi dan menyadari betul apa yang dihindari dan ditakuti;
- memahami kalau rasa senang dan bahagia bisa membuat produktivitas diri meningkat;
- mindfulness;
- relaksasi;
- olahraga;
- terapi oleh profesional.
Banyak masalah dalam hidup yang bisa dihadapi dengan mulai menyadari dan menerima apa yang terjadi pada diri sendiri. Untuk itu, diperlukan upaya buat mencari tahu bahkan mencari bantuan dari profesional. Menurutmu sendiri, apakah kebahagiaan termasuk hal yang menakutkan?
Referensi: