Terkikisnya Interaksi Sosial Anak Di era Digital
Interaksi sosial terjadi dikarenakan manusia memiliki dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri sebagai makhluk individual, serta mengadakan hubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia tersebut, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan yang merupakan awal terjadinya interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Contoh paling sederhana dari Interaksi sosial adalah ketika dua orang bertemu, saling menegur, berjabat tangan, berbicara, berdiskusi, atau mungkin berkelahi. Walaupun kadang-kala orang-orang yang saling bertemu tidak berbicara atau saling bertukar tanda, tetap terjadi interaksi sosial, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan yang disebabkan bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (antar orang-perorang,antara orang dan kelompok manusia dan antar kelompok manusia) dan adanya komunikasi.
Dari penjelasan diatas di era digitalisasi ini Dorongan dorongan Individu untuk melakukan interaksi sosial anak satu sama lain semakin terkikis. Dahulu ketika masih kecil kita sering kali bermain dengan ketika sore hari dengan anak teman sebaya. Namun di era serba digital ini tentu sangat jarang untuk menemukan anak yang bermain bersama sama pada sore hari, Apalagi jika anda melihatnya di lingkungan komplek tentu kata sangat sulit lebih menjadi kata yang pantas untuk menggambarkan hal tersebut. Anak di era digital ini cenderung untuk bermain Game yang berada di console atau gadgetnya sendiri, mereka cenderung menganggap bahwa dorongan untuk mengadakan interaksi sosial dengan teman sebaya sudah terpenuhi dengan hanya bermain Game di dalam rumah. Hal ini tentu menyebabkan ketidaksehatan pada anak baik dalam segi jiwa maupun fisik. Dalam hal fisik anak yang hanya bermain game di dalam rumah menyebabkan tubuhnya lemah karena tidak terlatih untuk berlari atau melakukan aktivitas sehingga cenderung rentan terkena penyakit. Dalam hal jiwa anak yang jarang berinteraksi dengan lingkungan akan menyebabkan anak cenderung bersifat menutup atau Unsosialisme bahkan jika game yang dimainkan anak cenderung menunjukan tindakan berbahaya bisa jadi anak tersebut akan menjadi Pribadi yang mengkhawatirkan untuk lingkungannya seperti kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini. Selain itu gadget juga menjadi faktor anak terkikis interaksi sosialnya dikarenakan mereka cenderung akan menyukai untuk berkomunikasi melalui gadgetnya namun pad kehidupan nyata merekaakan sulit untuk berkomunikasi satu sama lain, sungguh ironis apabila anak menganggap bahwa dunia maya adalah kehidupan yang nyata baginya.
Melihat permasalahan di atas tentu kita sebagai orang tua wajib untuk mengayomi anak dalam hal interaksi sosial agar tidak terkikis. Cara-cara yang harus dilakukan agar anak tetap mempunyai jiwa sosialisme adalah dengan mengontrol segala hal digital seperti Video game dan gadget yang digunakan oleh anak, seperti dalam hal bermain video game,si anak hanya diperbolehkan memainkannya pada hari minggu, selain itu dalam hal gadget selalu mengingatkan anak untuk tidak sering sering menggunakannya (menggunakannya apabila butuh). Apabila permasalahan diatas telah terjadi maka ada baiknya mengajak anak untuk berpergian sehingga ia tidak mempunyai kesempatan untuk bermain game dan semakin lama mereka akan menganggap bahwa kehidupan nyata lebih menyenangkan daripada kehidupan maya. Tidak menutup kemungkinan berbagai cara dapat ditempuh orang tua sehingga tidak terkikisnya jiwa sosial anak karena kurangnya interaksi sosial dengan lingkungan.
“ Karena anak adalah generasi harapan bangsa,kita sebagai orang tua wajib menjaganya hingga tumbuh menjadi pribadi yang arif sehingga menjadi pengaruh negara ini untuk menjadi negara yang maju. ”