Mungkin kamu pernah mendengar atau melihat seseorang menyakiti dirinya sendiri dengan cara menyayat lengan, atau bagian tubuh lainnya, membakar tubuh sendiri, mencakar diri atau melukai diri dengan cara-cara lain. Boleh jadi kamu terkejut, dan merasa tidak bisa memahami, bagaimana bisa seseorang menyakiti dirinya sendiri? Bukankah menyayat diri itu terasa sakit?

Mengapa orang menyakiti diri sendiri? Seseorang yang menyakiti diri sendiri umumnya mengatakan bahwa dengan menyakiti diri sendiri mereka merasa lebih release (lepas, lega)  emosinya. Emosi yang terpendam seperti kesedihan yang sangat, kemarahan mendalam, kecemasan yang berlebih akan terasa mereda. Tetapi biasanya, perilaku tersebut alih-alih meredakan, tetapi justru berkepanjangan. Akibat yang merugikan bagi individu yang menyakiti diri sendiri akan terus berlanjut jika perilaku tersebut tidak diatasi dengan datang ke profesional (Psikolog/psikiater)

Akar penyebab dari perilaku menyakiti diri sendiri, menurut para ahli terletak pada kejadian trauma pada masa kecil. Trauma masa kecil berupa kekerasan verbal, fisik atau kekerasan sexual yang dialami akan memunculkan perilaku menyakiti diri sendiri. Selain itu, juga bisa merupakan indikasi dari gangguan kesehatan mental seperti: kecemasan (anxiety), depresi, atau gangguan kepribadian ambang (borderline personality dissorder).

Tanda-tanda menyakiti diri sendiri sering kali tidak bisa dilihat secara langsung, karena individu yang menyakiti diri sendiri melakukannya sendirian dan disembunyikan dari orang lain. Kita bisa memperhatikan mereka umumnya selalu mengenakan pakaian yang tertutup, agar tidak terdeteksi oleh orang lain. Sering kali kita juga bisa melihat dari komentar depresif yang mereka ekspresikan seperti kalimat-kalimat keputus-asaan, dan mungkin ide-ide menyakiti diri sendiri: rasanya ingin mati; hidup gw tidak berarti; pingin rasanya tenggelam di laut, dst.

Apa yang harus kita lakukan saat mendapati seseorang yang berperilaku menyakiti diri sendiri? Jika individu tersebut adalah orang dekat, temani mereka, dengarkan  keluhan-keluhannya, lakukan komunikasi terapeutik (mendengar aktif, parafrase perasaan mereka, tidak menyalahkan, tidak menggurui) jauhkan benda-benda yang mungkin akan digunakan untuk menyakiti diri sendiri, ajarkan untuk self shooting  (akan dibahas pada tulisan berikutnya). Lalu, sarankan mereka untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.  OK!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *