MEREKA YANG KU KASIHI

PART 1.

    Pagi hari ini sejuk diiringi suasana basah karna hujan semalam menyelimuti udara dingin yang semakin menerkam menusuk tubuh, seakan – akan menerobos dinding yang memaksa masuk di tengah ruang kamar tidur, “makin nikmat sekali untuk tidur”, ucapku dalam hati, sembari menarik selimut dan merasakan hawa semakin dalam menuju mimpi, akan tetapi seketika, ada suara – suara keras terdengar sehingga rasanya memaksa ku untuk bergegas bangun dari suasana nyenyak, *Brang….Brang* terdengar suara barang semakin banyak berjatuhan, aku terkesingkap dan bangun seketika, semakin jelas suaranya di tambah suara rintihan seorang wanita paruh baya merintih minta ampun, “ampun mas… ampunnnnnn” , aku semakin sadar bahwa itu adalah suara ibuku, aku langsung bergegas bangun dan membuka pintu, yaa benar, tidak lain tidak bukan, lagi – lagi ini adalah ulah ayahku, yang selalu senang memukuli ibuku yang sudah tampak lemah, aku langsung berlari menghampiri mereka, dan mencoba melindungi ibu ku dari buasnya perilaku ayahku, dan seketika, ayahku berhenti memukuli ibuku yang sudah babak belur di hajar olehnya, seketika ia terhenti dan pergi meninggalkan kami yang tersendu menangis, “ibu, baik – baik sajakah?, sakitkah bu?” tanyaku sambil memeluk erat ibu ku yang sedang menangis tak tertahankan, “ibu tidak apa – apa nak, ibu baik – baik saja, bukankah ibu sudah terbiasa seperti ini, sudah biasa diperlakukan seperti ini,” jawabku sambil tersenyum yang agak sedikit memaksa, “kenapa ayah memukuli ibu lagi bu?, apa permasalahannya?, bukankah tadi malam dia tidak pulang kerumah ini bu?”, lagi – lagi aku tak kuat menahan pertanyaan yang langsung ku lontarkan tanpa basa – basi. Ibu ku hanya membalas senyum. “ok, baiklah, mari kita ke kamar biar ku bersihkan dan ku obati luka ibu” ajakku sambil memopang tubuhnya yang kelihatan tak berdaya. “ibu tunggu sebentar ya, biar aku ambilkan kompresan dan obat untuk ibu”, lagi – lagi ibu ku hanya membalas senyum. Sembari ku keluar kamar dan menuju dapur, aku terisak semakin dalam, sangat terasa sesak menahan tangis dan ketidaknyamanan, akan tetapi aku harus tetap tersenyum dan kuat di depan ibu, agar dia tidak sedih melihat ku meratapi kenyataan dan agar dia tetap nyaman bersandar di pundakku yang terlihat kuat, sambil ku ambil kompresan dan obat, aku mencuci muka ku dan bercermin, “ibu, aku berjanji akan terus membahagiakanmu, aku berjanji akan selalu disampingmu, aku berjanji akan selalu menjadi sandaran tangis dan lelahmu, dan aku berjanji akan selalu kuat dan selalu tersenyum untukmu” dalam hati aku berjanji dan kembali tersenyum untuk menguatkan ibuku, sambil bercermin aku tersenyum J, dan melangkah menuju ibuku dan mulai mengobati memar – memar di wajahnya, “Sen, kamu sudah makankah?” ibu membuka percakapan dari lamanya kesunyian kami, “hah, iya bu?, belumlah hahahaha, ibu kan tahu aku baru bangun” aku memperlihatkan muka ceria ku sambil terus tertawa, “hahahaha oh iya ya nak, ibu lupa, kamu baru bangun, ayo kita sarapan ibu sudah masak pagi – pagi sekali lhooo”, ibu ku menjawab dengan sangat ceria, seakan dia lupa sakit dan memar wajahnya serta kejadian yang baru saja kami lewati di pagi ini, “okaaaaayyyyyyyyyyy” aku bangun sambil merangkul manja ibuku dan ibuku pun menyambutnya dengan cium dan pelukan hangatnya.

    Weekend ini aku dan ibu ku habiskan untuk memasak resep baru, yaaa aku dan ibuku memiliki hobby yang sama, sama – sama suka bereksperimen di bidang kuliner, kami sangat suka sekali memasak jika ada senggang waktu seperti hari sabtu dan minggu, karna jika di hari biasa kami sangat padat dengan kegiatan kami masing – masing, aku sekolah dan ibu ku bekerja, ibu ku bekerja di salah satu perusahaan Negara sebagai seorang sekretaris, menurut ku memang ibu ku sangat cocok dengan profesinya saat ini, dia bekerja dengan hati, mampu melayani dengan baik, dia sangat keibuan, dia benar – benar wanita idaman, tapi terkadang akupun bertanya, seorang wanita baik seperti ibu kenapa harus diperlakukan seperti binatang oleh ayahku, terkadang banyak pertanyaan yang muncul, mengapa ayahku begitu tega menyakiti wanita yang selalu menyayanginya sepanjang hari, menyiapkan makanan pagi dan malam, walaupun masih belum pasti bahwa ayahku akan pulang kerumah atau tidak, menyiapkan pakaian yang sudah rapih diatas kasur, walaupun masih belum pasti ayah mau menggunakan pakaian yang ibu pilihkan untuk ayah, menyiapkan minum jika ayah pulang walaupun seringnya gelasnya akan tetap seperti itu, tanpa berubah posisi dan kurangnya jumlah air yang ada di dalamnya sampai keesokan paginya, Ibuku memang perempuan luar biasa, walaupun di perlakukan seperti ini dia selalu ceria dan bersikap seperti biasa. Sungguh hebat ibuku, dia lah pahlawanku, penyemangatku. Ayahku adalah seorang pekerja yang mengabdi pada Negara. Dulu ayahku adalah penyayang yang sangat mencintai keluarganya, akan tetapi semenjak masalah itu datang, yaitu ayahku bertemu kembali dengan seorang wanita yang ternyata adalah mantan pacarnya, yang dulu telah terpisah dikarenakan si wanita sudah menikah terlebih dahulu dengan laki – laki lain, hingga akhirnya ayahku menemukan ibuku dan menikah serta memiliki ku sebagai hadiah dari Tuhan, dulu kami adalah keluarga yang sangat bahagia, tapi semua itu serasa mimpi bagiku, mimpi indah dan ketika terbangun mimpi itu tak lagi sesuai dengan kenyataan yang harus aku hadapi sekarang, sekarang aku tidak tahu harus bagaimana, yang aku tahu hanyalah bagaimana aku melindungi ibuku dari cengkraman kebuasan ayah yang entah menjadi kasar, walaupun ibu hanya melakukan hal yang mungin hanya sepele ayah selalu marah pada akhirnya memukulinya.

PART II

    “nak…” terdengar suara ibu membangunkanku dari lamunan sore ketika aku duduk di teras rumah, “yaa Bu?, kenapa bu?, apakah ayah datang lagi, bu? Ibu tidak apa-apa kan?” serentak aku langsung bertanya dengan sederet pertanyaan yang bersambung dengan lamunan ku ketika tadi, “ibu tidak apa – apa, kenapa kamu melamun nak?, apa yang telah membuatmu berfikir sampai kamu terlihat sangat kosong?”, aku langsung memeluk ibuku, “aku sangat menyayangimu bu, aku tidak ingin ibu disakiti, aku tidak ingin ibu dilukai oleh siapapun”, terisak tangisku jatuh tak tertahan, “terimakasih nak, kamu adalah berlian yang diberikan Tuhan untuk ibu”, tangisku semakin jatuh tak tertahan, dan pelukanku semakin erat mengikat pinggang ibuku, “nak ada yang ingin ibu sampaikan” seketika ibuku terdiam sambil menarik nafas berusaha untuk melanjutkan perkataannya, “ibu akan menggugat cerai ayahmu, ibu sudah tidak sanggup lagi menahan pedihnya derita yang kau tanggung, melihat berlian kesayangan ibu selalu terdiam seperti ini, ibu sungguh sudah tidak kuat”, dan ibu pun memperlihatkan sebuah dokumen perlengkapan gugatan perceraian, akupun semakin menangis dan sangat – sangat tidak kuat untuk menahannya, mimpi ku seakan hancur ketika aku benar – benar tidak lagi memiliki keluarga yang utuh, tidak lagi memiliki keindahan keluarga yang harmonis, oh tuhan…..rasanya mesin waktu terasa terhenti berputar. Aku semakin terisak dan tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun, “ibu, bolehkah aku sendiri dulu?”, sambil berdiri aku meminta izin untuk menenangkan pikiran dan hatiku ke kamar. “baiklah nak, kau harus ada waktu untuk memikirkan segala yang terbaik”, aku langsung menuju kamar ku, untuk merenungkan segala pembicaraan ibu ku tadi, aku harus berfikir secara dingin dan mempertimbangkan segalanya dengan baik, aku harus cerah secepatnya, dan aku butuh tidur untuk memulihkan segalanya, ku tutup pintu kamar ku dengan pelan, aku berjalan menuju kasur ku dan menarik selimut ku yang hampir menutupi semua badanku terkecuali wajahku yang berusaha untuk menstabilkan nafas agar tetap tenang, air mataku terus berlinang ntah apa yang harus ku lakukan saat ini, aku tidak mengerti. Sampai saat mataku mulai tertidur dan meneteskan air mata terakhir hari ini, dan aku berharap ketika aku bangun aku menjadi lebih sangat kuat dari aku yang biasanya.

PART III

Pagi cerah ku dengar kicauan burung berbunyi serasa ingin membanguniku dari kesedihan, seketika ku bangun dengan segenap kekuatan mencoba membuka mata dari rasa bengkak yang menyelimutiku semenjak kemarin, aku terbangun dari kasur dan membuka gordyn kamar tidurku, sinar matahari yang tenang membawa ku menjadi lebih tenang, menjadi lebih damai dalam setiap tarikan nafas yang dengan pelan ku hembuskan, dalam hati ku berkata “Tuhan, aku percaya kehendakmu, aku percaya apa yang terjadi akan membuahkan hikmah dan berkat yang sangat besar untuk kehidupanku”, aku mulai bangun dan menuju cermin, aku berkaca dan menarik nafas dengan tenang kemudian aku hembuskan kembali serta aku siap dan berjanji untuk tidak bersedih lagi, pagi ini aku jalani seperti aku tidak mengalami hal apapun, aku kembali ceria dan bersemangat, aku bergegas ke kamar mandi untuk bersiap – siap berangkat ke sekolah.

    “sudah rapih sen?”, teriakan suara ibuku di balik pintu, “sebentar lagi bu, aku masih pakai sepatu”, “ok, ibu tunggu di meja makan yaa, cepat loh nak, ini hari senin, jalanan akan macet kalau kita semakin siang maka akan semakin terlambat”, aku telah siap dan sambil berlari ku buka pintu kamarku, “yapsssss… sudah bereskan” dan ibuku menoleh ke belakang untuk melihatku dan sambil tersenyum kegelian melihat kelakuanku, aku pun bahagia melihat kegembiraan yang terlihat di wajah ibuku, aku pun tertawa terbahak – bahak, aku dan ibuku berjalan menuju meja makan bersama.

    Setelah menghabiskan sarapan pagi, aku dan ibuku langsung berangkat ke sekolah kebiasaan ibuku adalah setiap pagi dia selalu mengantarku ke sekolah sebelum dia berangkat ke kantor, “bekel makannya di habiskan ya sen, terus tadi ibu juga sudah masak untuk kamu makan siang, kamu kalau sudah pulang kabari ibu yaa,” teriak ibu ku dari dalam mobil dan aku mengiyakan saja, dan mobilnyapun berlalu dari gerbang sekolah ku,.

    “senaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak seorang laki – laki yang aku pun sudah hafal bunyi suaranya, aku pun menoleh ke belakang, “hai bim, baru datang?”, “engga sen, sebenarnya aku sudah sampai sini dari jam setengah 7, tapi tadi sempet ada problem, aku diciprat mobil, alhasil baju aku kotor semua kaya gini” cerita antusiasnya bimo sambil memperlihatkan bajunya yang basah dan kotor kena cipratan mobil, “terus kamu apain lagi tuh pengguna mobil?” tanyaku sambil berusaha membersihkan bajunya yang kotor itu dengan sapu tangan yang biasa ku pakai, “yaa aku turun dari motorkulah, terus aku ketuk kaca mobilnya, aku suruh turun orang itu, eh dia bilang dia sibuk bla – bla – bla, dan akhirnya dia keluar dari mobil sambil meminta maaf dan memberiku ini… tarraaaaaaaaaaaaa, 500.000 sen lumayan buat kita jajan – jajan ntar siang, aku mau traktir kamu ke mall yaaaa hahahahahaha” mendengar bimo yang selalu saja berbuat lucu begitu aku pun langsung tertawa terbahak – bahak “hahahahahaha kamu lucu banget sih bim,” , “nih ya sen tadinya aku bilang gausah, si bapa itu ga perlu kasih aku uang, tapi dia malah memaksa aku untuk menerimanya, yaaa apa boleh buatkan,hahahahaha” bimo masih antusias dalam bercerita kejadian pagi ini, bimo adalah teman ku dari SMP, kami adalah teman dekat, mungkin seperti sahabat, karna kami selalu menghabiskan waktu bersama, orang tua kami pun sudah saling kenal, yaa karna kami hanya bermain berdua, sampai saat ini kami masih seperti ini, dia adalah orang yang aku sayang, kami adalah tempat saling bersandar bahu, yaa begitu banyak cerita tentang kami, dan kami akan meraih mimpi bersama dengan saling menjaga dan saling berpegangan menghadapi kerasnya kenyataan hidup, bimo mempunyai ayah yang baik, dan menjaga dia dengan baik, merawat dia dengan penuh kasih sayang, ibunya sudah meninggal kecelakaan maut ketika dia SMP, dan waktu itu hanya aku yang mampu membujuknya dan menyemangati untuk bangun, ntah apa yang dia pikirkan, akupun tak mengerti tujuan ku hanya satu yaitu membuat dia kembali ceria sepeninggal ibunya, begitu juga sikap nya terhadap ku, dia yang selalu menemaniku menghadapi kerasnya kenyataan akan kedua orang tua ku yang begini adanya, mungkin tanpa semangatnya, aku pun tidak mengerti bisa jadi aku tidak akan sekuat ini.

    “sen, bagaimana kelanjutan perseteruh kedua orang tuamu? Tanya bimo ketika perjalan pulang di motornya, “hualaaah gaya bahasamu bim, perseteruh perseteruh, emangnya drama apaaaa, hahahahahahaha” jawabku sedikit tertawa memaksa agar tidak terlalu serius untuk menanggapi pertanyaannya yang agak sedikit menyulitkanku, “bim sebelum kamu antar aku pulang kerumah kita ke taman sebentar yuk, aku mau duduk disana sambil merasakan hawa anginnya danau” pintaku sambil agak mendrama sedikit, “huaaaalaaaaaah drama banget kamu sen sen, makan nasi sama garemnya aja bahasanya gayaaaaa, hahahahaha… ok siap boss kita ke taman sekarang”, laju motor bimo yang juga awet banget sampai kita kelas 3 SMA begini, motor ini juga berada dalam salah satu perjalanan cerita persahabatan kita, aku merasakan hawa angin yang sangat sejuk ketika bimo membawaku menuju taman.

    “sudah sampai non, bayarannya cuma cukup air minum aja non, saya haus sekali”, celetuk bimo sambil memasang muka melas seperti orang tidak minum lama sekali, “oh baik pak, bapak duduk sebentar yaa disini, biar nona ambilkan sebuah minuman kekuatan agar bapak tidak kehausan dalam jangka waktu yang sangat lama” sambil ku bergaya seperti putri- putri baik di cerita dongeng, dan kami pun langsung tertawa dengan percakapan konyol kami tadi, kami memang selalu melakukan hal konyol bersama. Tapi entah mengapa kami tidak pernah bosan akan ini. Aku berjalan mencari tukang penjual minum dekat taman, aku berencana setelah ini untuk menceritakan mengenai ayah dan ibuku tentang perceraian mereka, tentang perpisahan mereka, tentang kesedihanku menghadapi kenyataan ini, tapi entah mengapa biasanya di dekat bimo justru aku mampu mengeluarkan segenap air mataku, yang bahkan tidak bisa keluar walaupun itu bersama dengan ibu ku. Aku telah membeli 2 buah minuman dingin dan berjalan menuju bimo, ketika sudah terasa dekat menuju tempat bimo semula, “kemana itu orang sih, baru ditinggal sebentar aja udah hilang” jengel ku dalam hati.

    Mata ku tak berhenti untuk mencari bimo, sampai ku lihat titik di ujung jalan bahwa bimo telah duduk riang bersama sekumpulan anak-anak jalanan, sambil bernyanyi dan memainkan gitar dia tampak ceria menhibur anak jalanan itu, perlahan aku menghampirinya dengan terus memadang dan berusaha memastikan bahwa itu benar bimo atau bukan. “bimmmmmmmmmmmmm” panggil ku menuju bimo, “hai nona, lama sekali” bimo langsung memberikan gitar tersebut dan seakan meminta izin kepada anak – anak jalanan itu untuk menghampiriku, “haaaaahhhhh haussssssssss…. Ini minumanku yaa?” tanpa basa – basi bimo langsung menarik minuman dari tanganku dan meminumnya dengan semangat, aku senang melihat sikapnya yang seperti ini, yang baik hati yang asli tanpa dibuat – buat sedikit pun, yang penyayang dan murah hati, sambil tersenyum ku terus memandanginya, “whooooooyyyyyyy” bimo mengagetkan ku dari lamunan ku barusan, “yaaaaakkkkkk” terbelalak ku merasakan kaget dan langsung memerah pipiku, “kamu ngelamunin apa sih sambil senyum – senyum gitu?” , bimo semakin menatap aneh dan tetap memandangiku dengan wajah makin heran. “enggaklah,…aku sedang ingin melamun saja, hahahaha” tertawaku seakan memecahkan keadaan tadi, “baiklaahhhhhh, mari kita duduk di tempat tadi”, ucap bimo sambil menarik ku untuk berbalik, dan seketika dia berbalik kearah yang akan kami tinggalkan, “dekkkkkk, mas pulang dulu yaaaa, besok kita ketemu di tempat ini lagi” bimo teriak kearah anak jalanan tadi, “baik massssss” jawab anak – anak jalanan tersebut, “bim, kok kamu seperti sangat begitu mengenal anak – anak itu?” tanyaku keherenan, “masa sih? Aku baru kenal barusan loh sen, banyak yang aku dapat hari ini dari mereka, ketulusan, semangat, dan kerja keras, semoga mereka berhasil di masa yang akan datang”, hela nafas bimo terdengar sangat serius, “mereka sekolah loh sen, nah setelah pulang sekolah mereka ngamen untuk sekedar beli buku, dan menabung di sekolah, atau jika ada lebih mereka akan sisihkan kepada ibunya untuk bantu – bantu makan dirumah, aku terenyuh mendengarnya sen tapi mereka sangat antusias menceritakan kisah hidupnya” bimo pun seakan terhanyut pada cerita anak – anak jalanan itu “lalu bim?” aku pun mulai menikmati pembahasan kami ini, “yaaaa mereka bilang agak sulit belajar bahasa inggris,dan aku berkeinginan untuk membantu mereka sedikit mengenal bahasa inggris, syukur = syukur sampai mereka paham, bagaimana menurutmu sen?, aku pun berharap bahwa kamu juga mau bergabung bersama ku.” Ajak bimo dengan pancaran mata yang menghangatkan hati “bolehlah tuh, mungkin kita bias buat mereka tertarik dengan metode – metode yang asyik, bagaimana? Setuju gak kamu bim?, “waaahhh aku setuju banget sen kamu emang cerdasssss” ledek bimo sambil mengacak – ngacak rambutku yang memang sudah berantakan karna sudah siang, dan kami tertawa bersama J J J

    Seru dengan perencanaan kami yang ingin mengajarkan anak – anak jalanan belajar bahasa inggris, kami lupa tujuan utama kami datang ke taman, tapi ya sudahlah aku memutuskan untuk diam dan suasana hatiku sedang tidak ingin membahas permasalahan keluargaku yang akan segera berakhir.

PART IV

    Hari ini adalah hari resmi ayah dan ibuku bercerai, ayahku memutuskan untuk pergi meninggalkan kami dan tinggal bersama istri barunya, dan kebetulan ibuku mendapat tugas dinas di luar kota dalam jangka waktu yang lama, ibu memutuskan untuk segera pindah, begitu sigap dia mengurusi segalanya dengan cepat, aku yakin ibuku ingin secepat mungkin untuk menghapus segala kenangan bersama ayahku, ingin secepat mungkin memulai hidup baru, setelah perkara rumah dan sekolahku beres, ibuku menyegerakan untuk segera pindah dari kota ini.

    “sen, hati – hati yaa diperjalanan, dan kamu harus sering – sering ngehubungin aku, nanti kalo sudah libur sekolah, aku boleh yaa liburan disana, nanti kamu harus teraktir aku makan dan jalan – jalan disana”, bimo terus saja berbicara aku hanya tertunduk mendengarkan pebicaraan dia, “bim” pelukku langsung erat dan bimo menyambutnya dengan sangat terbuka dan hangat ku rasakan didalam dekapan bimo, aku merasakan bahwa ada hawa pedih yang bimo rasakan seperti tidak ingin ditinggal oleh ku, “terimakasih yaa bim, untuk segala yang telah kamu berikan untukku, atas segala perhatian dan waktumu, mengajarkanku banyak hal, terimakasih” tangis tak dapat ku tahan dan mengalir membasahi baju bimo, “semua ku lakukan karna aku sayang kamu sen,” perkataan bimo semakin membuatku terenyuh dalam pelukan.

    “Sennnnnnn.. ayooo cepat nak, kita harus berangkat” teriakan ibu memecahkan suasana di antara aku dan bimo, “aku berangkat yaa bim” izin ku kepada bimo dan melepaskan pelukan hangatnya, “jangan lupa hubungi aku jika suda sampai rumah barumu ya” pinta bimo yang masih menggenggam tanganku, aku menganggukan kepala dan mulai berjalan menuju mobil, lambaian tangan bimo yang terus ku pandangi sembari mobil terus berjalan dan bima pun mulai tak terlihat karna semakin jauh posisi kami berdua, “sahabat ku yang terbaik dan mngerti ku setiap saat, dan telah ku sadari bahwa kamu mulai menempati posisi special di hatiku bim” tertutup mataku membayangkan sesosok bimo yang selalu berada disampingku ucapku dalam hati .

5 tahun kemudian…….

    “bu, aku berangkat ya” izinku kepada ibu ketika sudah beres menyelesaikan sarapan pagi ku, “iya nak, kamu hati – hati yaa, jangan makan siang di luar karna ibu akan masak yang banyak” jawab ibuku dengan pancaran yang sangat istimewa, “okay” kucium pipi ibu ku, dan mulai ku beranjak menuju mobil mungil ku yang telah ku beli dengan gaji gaji ku selama setahun ini, aku telah lulus dar salah satu universitas negri di Yogyakarta dan telah bekerja di salah satu perusahaan milik Negara yang sudah beranjak 1 tahun, ntah mengapa bahagia sekali pagi ini, atau mungkin karna aku akan menemuinya, haha senyum kecil ku memandang kaca ang selalu merapihkan rambut dan secercak wajah merah ku mulai muncul, begitu sampai di bandara ku tengok jam, “aaah masih ada waktu setengah jam”, aku beranjak ke toilet untuk merapihkan sedikit baju ku dan memoles wajah ku sedikit lagi agar terlihat lebih segar. “sempurna” senyum ku melihat penampilanku dan aku pun meninggalkan toilet bandara sesegera mungkin, “alamak, ini sudah lewat 1 jam, pasti dia…..” belum sempat ku habiskan kata – kataku , ada tangan yang memegang tanganku dari belakang, dan ketika ku menoleh “hai… apa kabar?” sesosok tegap yang bahkan ku sangat mengaguminya sejak smp dan terpisah ketika kami sma, seakan mimpi aku melihatnya ada di depan mataku dengan penampilan yang berbeda, dia lebih matang lebih rapih dan lebih tampan, “hai… I miss you so much bim” pelukku yang langsung di sambut oleh bimo si pria lucu jaman dahulu, “ I miss you too, maaf baru bisa menemuimu setelah 5 tahun berlalu, karna aku berjanji ingin terus menemani mu selamanya, maka ku putuskan untuk puasa dan belajar lebih giat sampai ku lulus dan aku telah bekerja sekarang, aku ingin menyegerakannya sen” dan tiba – tiba bimo membungkukan badannya di hadapanku..” will you marry me???” ucap bimo sambil mengeluarkan kotak yang berisi cincin, aku terenyuh mendengarnya dan sangat ku rasakan bahagia bimo mengucap itu tanpa basa basiku jawab pertanyaannya “Yes, I do” sambil tersipu malu ku bangunkan dia dari posisi nya, bimo langsung memasangka cincin nya di jari manis ku.

    Setelah dari bandara kami pun pulang, ibu ku dan keluarga bimo pun sudah merestui kami sedari dulu, dan pada akhirnya kehidupan ini terasa lengkap lagi ketika bimo selalu di sampingku, menemaniku dari masa – masa sulitku. Terimakasih ibu , terimakasih ayah, teimakasih bimo yang telah mengajarkanku untuk berkembang dalam perkara kehidupan, bagaimana cara menetukan sikap dalam menghadapi segala cobaan kehidupan, sehingga aku mampu bersaing dan mampu menjadi pribadi yang luar biasa di masa yang akan datang.

TAMAT…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *