Pernahkah kamu merasa berbeda didalam suatu kerumunan dan saat kamu menyadarinya kamu mengubah perilakumu agar sesuai dengan kerumunan tersebut? Pasti kalian tidak asing kan dengan peristiwa seperti ini? Yup, fenomena ini yang dinamakan konformitas atau biasa disebut “ikut-ikutan”. Tapi kalian tahu tidak mengapa konformitas dapat mempengaruhi perilaku kita?

Pertama-tama, yuk kita mengingat kembali apa itu konformitas?

Konformitas adalah kondisi yang melibatkan perubahan perilaku individu untuk “menyesuaikan diri” atau berusaha menjadi “sejalan” dengan orang-orang disekitarnya. Dalam beberapa kasus, pengaruh sosial ini mungkin melibatkan bagaimana individu menyetujui atau bertindak seperti mayoritas orang dalam kelompok tertentu, atau mungkin melibatkan perilaku dengan cara tertentu agar dianggap “normal” oleh kelompok tersebut.

Seperti pada gambar ini, pasti kalian yang pecinta film pada tahun 2000an mengenal film Mean Girl. Yup, film yang di bintangi Lindsay Lohan pada tahun 2004 ini berhasil menarik perhatian publik dengan cerita kehidupan remaja di sekolah. Dimana Lindsay Lohan disini berperan sebagai Cady yang tidak pernah sekolah di sekolah umum melainkan homeschooling karena dirinya tinggal di Afrika bersama kedua orangtuanya kala itu. Setelah masuk ke sekolah umum ketika ia sudah pindah rumah, ia bertemu dengan kelompok Plastic yang beranggotakan tiga remaja perempuan yang cantik namun memiliki perilaku yang tidak baik. Agar mampu berteman dengan mereka, Cady rela melakukan makeover pada dirinya agar terlihat lebih mirip dengan anggota Plastic, namun Cady malah kebablasan dan justru itu merubah sifat aslinya yang semula baik, ramah, dan pintar, menjadi seseorang yang sombong dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang ia mau.

Nah, contoh diatas sudah sangat jelas bukan? Apa alasan kita melakukan konformitas?

Pada tahun 1955, Deutsh dan Gerard mengidentifikasi dua alasan utama mengapa orang melakukan konformitas:

1. Pengaruh Informasional

Terjadi ketika orang mengubah perilakunya agar menjadi benar. Dalam situasi dimana kita tidak yakin dengan respon yang benar, kita sering melihat orang lain yang lebih tahu dan lebih berpengetahuan dan menggunakan pentunjuk mereka sebagai panduan untuk perilaku kita sendiri. Misalnya dalam suasana kelas, ketika kamu menyetujui pendapat teman sekelasmu yang kamu anggap sangat cerdas.

2. Pengaruh Normatif

Berasal dari keinginan untuk menghindari hukuman (seperti mengikuti peraturan dikelas meskipun kamu tidak menyetujuinya) dan mendapatkan penghargaan (seperti berperilaku dengan cara tertentu agar orang lain menyukaimu). Nah, ini sama ya dengan contoh diatas tadi, dimana tokoh utama lebih memilih melakukan sesuatu agar diakui oleh kelompok yang ingin ditiru dan orang lain yang melihatnya.

Selain itu adapula jenis konformitas, diantaranya:

1. Konformitas normatif melibatkan perubahan perlaku seseorang agar sesuai dengan kelompok

2. Konformitas informasi terjadi ketika seseorang kekurangan pengetahuan dan mencari informasi dan arahan kepada kelompok

3. Identifikasi terjadi ketika orang menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan dari mereka berdasarkan peran sosial mereka. Misalnya, eksperimen penjara Stanford yang terkenal dari Zimbardo adalah contoh tentang orang-orang yang mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan peran yang diharapkan.

4. Kepatuhan melibatkan perubahan perilaku seseorang sementara masih tidak setuju secara internal dengan kelompok.

5. Internalisasi terjadi ketika kita mengubah perilaku kita karena kita ingin menjadi seperti orang lain.

Namun ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu:

1. Tingkat Kesulitan Tugas : Tugas yang sulit dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan konformitas loh.. tidak mengetahui bagaimana mengerjakan tugas yang sulit membuat orang lebih cenderung untuk melakukan konformitas, tetapi kesulitan yang meningkat juga dapat membuat orang lebih menerima tanggapan atau pendapat yang berbeda dan menyebabkan konformitas menurun.

2. Perbedaan individu : Karakteristik pribadi seperti motivasi untuk berprestasi dan kemampuan kepemimpinan yang kuat dikaitkan dengan penurunan kecenderungan untuk melakukan konformitas.

3. Ukuran grup : Orang lebih cenderung menyesuaikan diri dalam situasi yang melibatkan antara tiga atau lima orang lainnya.

4. Karakteristik situasi : orang lebih cenderung menyesuaikan diri dalam situasi ambigu dimana mereka tidak jelas tentang bagaimana mereka harus merespon.

5. Perbedaan budaya : para peneliti telah menemukan bahwa orang-orang dari budaya kolektivis lebih cenderung melakukan konformitas.

Memahami konformitas dapat membantumu memahami alasan mengapa beberapa orang suka “ikut-ikutan” kerumunan, bahkan ketika pilihan mereka tampak di luar karakter asli mereka. Ini juga dapat membantumu melihat bagaimana perilaku orang lain ternyata juga dapat mempengaruhi pilihan yang kamu buat juga lohh…

References:

https://www.verywellmind.com/what-is-conformity-2795889 https://www.google.images.com/mean-girl-makeover

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *