Dalam berbagai pelatihan penulisan, seringkali pelatih bertanya: “Siapa yang sudah selesai membaca satu buku dalam minggu ini?” Biasanya para hadirin saling bertatap mata satu-sama lain. Lalu pelatih bertanya lagi. “ Kalau begitu, siapa yang sudah selesai membaca satu bab dari sebuah buku dalam minggu ini?” Mulai ada satu dua mengacungkan jari, sambil menggumam: “tapi.. saya baca buku kuliah”, lalu yang lain menimpali, “Iya, saya baca buku untuk pelajaran yang nanti saya ajarkan..” Pelatihnya mengacungkan jempol! Itu juga membaca namanya! Sambil nyengir kuda.

Membaca memang sering diartikan sebagai membaca buku diluar buku teks (buku pelajaran atau buku kuliah) sesungguhnya konten buku yang dibaca bisa apa saja, namun hal yang paling penting adalah apakah kita sudah membacanya secara komprehensif. Mengapa? Karena membaca komprehensif lah yang membuat kita pada akhirnya memiliki pengetahuan dan berilmu-pengetahuan.

Seperti membaca ini misalnya:

“Perempuan itu duduk di bangku dibawah pohon Willow itu dengan wajah yang berkerut, ada sisa air mata yang melembab seperti bekas hujan yang mengungkungku kemarin sore”

Kamu mungkin bisa membaca tulisan ini, tetapi apakah kamu MENGERTI? Sebab membaca komprehensif mengandung PENGERTIAN yang diperoleh sesudah membaca. PENGERTIAN ini diperoleh dari teks yang tertulis dan menghasilkan pemahaman di luar teks. Apa pemahaman di luar teks yang diperoleh dari teks di atas?

Jawabannya bisa beragam:

1. Perempuan itu sedih

2. Perempuan itu sangat sedih

3. Perempuan itu habis menangis dan sangat tertekan

4. Peristiwa apa yang begitu dahsyat yang membuat perempuan itu menangis?

5. Perempuan cengeng

6. Mengapa harus menangis?

Dan masih banyak lagi INFERENCE, atau pengambilan kesimpulan yang mungkin berbeda-beda atas sebuah teks.

INFERENCE adalah proses mengambil kesimpulan dengan logika dari premis atau pernyataan yang telah diketahui. Nah, kalau melihat contoh dari enam inferece di atas, maka Kamu bisa mengambil kesimpulan lain juga, ternyata ada yang menyimpulkan atau memiliki inference yang sama dengan penekanan yang berbeda-beda, ada yang memberikan label pada si tokoh (perempuan cengeng); ada yang mempertanyakan alasan mengapa perempuan itu menangis.

Darimana kita bisa memperoleh pemahaman, dari baca buku lain yang memiliki teks yang hampir sama dengan konteks yang berbeda, atau pengalaman si pembaca dalam kehidupan. Misalnya pengalaman pembaca dimaknai bahwa menangis itu cengeng, maka pembaca akan mengambil inferensi (kesimpulan) bahwa menangis itu cengeng. Jika pembaca memaknai menangis itu karena tertekan, maka ia akan mengambil inferensi (kesimpulan) bahwa menangis disebabkan situasi tertekan. JADI SEMAKIN BANYAK MEMBACA PROSES INFERENSI KITA MAKIN CEPAT dan MAKIN BERVARIASI

Nah! Luar biasa kan, membaca bikin kita jadi pintar!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *