Pernah berpikir hidupmu tanpa konflik? Semua berjalan dengan baik tanpa ada kekurangan, tidur nyenyak, bangun seger, tidak usah belajar tapi nilai bagus, tidak usah mandi tetap bau wangi, tidak usah senyum wajahmu sudah cakep, kamu ngamuk orang tetap terima¸tidak usah kerja uang datang sendiri. Hmmmh.. mungkin senang juga sih, tetapi yakinlah, kamu akan merasa bosan. Tidak percaya? Coba saja.
Nah, pada dasarnya, karena kehidupan itu pada dasarnya penuh dengan konflik, it’s about do and don’t, dan pilihan dari sejak kamu bangun tidur. Misalnya, memilih bangun atau tidak lagi, pada saat itulah sebenarnya kamu sudah berkonflik. So, the true about conflict is the nature of human, the nature of you! Para penulis adalah orang yang paling peka terhadap konflik yang ada di dalam dirinya, karena sebenarnya ia mengetahui dan menyadari dirinya dan kemudian menuliskannya dalam tulisannya.
Jadi, pada dasarnya konflik dibagi menjadi dua hal, konflik internal (intrapersonal conflict) atau dan konflik antar pribadi (interpersonal conflict) bisa kemudian berkembang menjadi konflik di dalam kelompok intragroup conflict, terus bisa lebih luas lagi konflik antar kelompok (kalau kamu sudah mengetahui konflik internalmu biasanya kamu akan mudah menemukan konflik yang lain untuk kamu tulis di tulisanmu selanjutnya dan memudahkanmu untuk memilih konflik-konflik yang lain selain konflik internal.
Sebenarnya konflik itu sangat berkaitan dengan NILAI yang kamu yakini. Misalnya kamu meyakini bahwa berbohong itu tidak benar, maka ketika kamu terpaksa harus berbohong, kamu akan merasakan konflik internal, atau ketika kamu terbiasa berprasangka pada orang yang keliatannya jahat, maka ketika kamu bertemu dengan orang yang keliatan jahat kamu akan berkonflik, antara rasa takutmu dan dengan keberanian kamu menghadapi orang itu.
Nah, ini ada contoh membangun konflik internal.
1. Konflik-konflik kecil sepanjang cerita. Misalnya kamu memilih ide dari Resep Menulis 1: Menemukan Ide tentang prasangka, begini cara menulis konfliknya.
Aku menatap Laki-laki seram itu sesekali. Laki-laki itu sungguh menakutkan, codet di pipi, rambut punk, dan segala rantai berbagai ukuran yang melingkari lehernya, pergelangan tangannya dan mungkin kakinya seperti memberitahukan pada semua orang bahwa dia orang jahat. Iyalah, mana ada orang baik-baik mengenakan segala atribut seperti itu? Orang baik-baik tentulah berpakaian rapi, dan mungkin wangi. Seperti aku –aku senyum sendiri-
“Eh, Mbak!” Laki-laki tiba-tiba menepuk lututku.Ia memang berdiri di depanku di dalam bus yang penuh sesak itu. Tepukannya membuatku terlonjak. Kontan mataku melotot. Karena tidak suka dia menyentuh-nyentuhku.
“Itu! Hape-nya mau jatuh!!” suaranya cempreng. Jarinya menunjuk telpon genggamku yang sudah tiga perempatnya nongol dari saku.
“Ooohh…” buru-buru aku memasukkan kembali telepon genggamku ke dalam tas dan menarik resluiting penutup tas tanganku.
Seseorang yang mungkin temannya menepuk lelaku berleher rantai itu. “Ayo, turun di sini, nanti terlambat latihan teaternya!” ajaknya
Aku melongo. Latihan teater? Laki-laki itu mau main teater! Pantas bajunya seperti perabotan lenong. Aku menunduk malu, memain-mainkan ujung sepatu dengan ujung sepatu yang lain. Ada yang dengar gumamanku tadi tidak ya? Bahwa aku mengira laki-laki itu jahat?
Nah, begitu caranya menulis sebuah paragraf konflik.
2. Konflik sebagai jantung cerita.
Sebenarnya semua cerita harus dibangun dari konflik. Tetapi ada yang menuliskannya dengan cara menyebar, konflik-konflik kecil dalam sebuah cerita. Atau ada juga konflik besar yang menjadi jantung cerita.
Bagaimanakah yang kedua ini? Misalnya dalam novel karya Paulo Coelho yang judulnya The Devil and Miss Pyrm, jantung ceritanya adalah konflik, konflik seluruh penduduk di sebuah desa.
Sebuah desa yang tenang, damai dan konon katanya ditinggali penduduk yang jujur dan tidak pernah berbuat jahat, tiba-tiba kedatangan seorang pendatang yang menanam emas di hutan, lalu memberitahukan tentang keberadaan emas itu pada penduduk desa. Bisa dibayangkan apa yang terjadi bukan? Apakah penduduk desa itu tetap menjadi orang yang jujur, dan tidak pernah berbuat jahat mengetahui ada emas di tanam di hutan?
Oke ya, ayo dicoba menuliskan konflik. Paling mudah adalah menuliskan berlatih menuliskan konflikmu sendiri.