Tidak seorangpun manusia di muka bumi ini yang luput dari rasa takut. Baik kamu maupun aku pasti pernah mengalaminya. Bisa takut pada sesuatu yang spesifik, takut kehilangan seseorang, atau takut dengan kegagalan dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan kamu? Rasa takut apa yang kerap menerjang batinmu? Tahukah kamu sebenarnya rasa takut itu bisa kita atasi dengan cara berteman dengannya loh~
Pasti kalian bingung bagaimana caranya untuk berteman dengan rasa takut kalian, membayangkannya saja sudah membuat kalian merasa cemas. Tetapi kita punya pilihan untuk tidak berada dalam lingkup dari ketakutan itu sendiri.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya untuk keluar dari lingkup tersebut?
Pertama-tama kita harus memahami sifat ketakutan. Ketakutan adalah mekanisme adaptif evolusioner yang membuat kita tetap hidup. Ini adalah emosi yang dirancang untuk memungkinkan makhluk hidup bereaksi terhadap apa pun yang mengancam kelangsungan hidup mereka.
Dalam pengertian sederhananya adalah seperti ini, ketika sesuatu di lingkunganmu menimbulkan rasa takut, otak dan tubuhmu bangkit untuk mempersiapkan respons dengan berkelahi, melarikan diri atau terdiam membeku.
Yang perlu kita tentukan ketika menghadapi takut bukanlah bagaimana kita dapat menghindari perasaan itu, melainkan bagaimana kita dapat belajar mengembangkan hubungan yang sehat dengan ketakutan tersebut. Meskipun ini menantang dan sulit, hal ini menciptakan potensi untuk kehidupan yang jauh lebih damai. Lalu bagaimana caranya? Ada tiga kualitas dasar yang diperlukan, yakni:
Curiosity – ketika kita diliputi oleh ketakutan dan kecemasan, pikiran kita mencari kepastian dalam upaya untuk menstabilkan dan merasa aman kembali. Karena yang cenderung kita takuti adalah hal-hal yang tidak kita kenal atau tidak kita ketahui, naluri awal kita mungkin mundur atau berhenti. Tetapi tidak harus seperti ini. Kita mampu merespon secara berbeda terhadap hal-hal atau orang yang memicu ketakutan kita. Alih-alih membiarkan emosi yang mengusir kita dari apa yang membuat kita takut, kita punya pilihan untuk penasaran tentangnya. Karena, rasa ingin tahu adalah penangkal rasa takut yang luar biasa. Saat kita penasaran, kita memasuki keadaan heran seperti anak kecil. Kita membuka diri untuk menemukan sesuatu yang baru, membiarkan diri kita ingin tahu dan mengeksplorasinya. Saat kita belajar menanggapi naluri ketakutan kita dengan menenangkan diri sendiri dengan rasa ingin tahu, kita akan mengendurkan cengkraman rasa takut pada diri kita.
Compassion – Kita dapat belajar menanggapi hal-hal yang kita takuti dengan rasa kasih sayang. Tentu, ini tidak mudah. Itu membutuhkan usaha dan latihan. Tetapi ketika kita dapat memperluas kebaikan welas asih pada hal-hal yang kita takuti, dengan tujuan untuk menerimanya sebagaimana adanya, kita membuatnya mungkin untuk menghilangkan rasa takut tersebut. Membangun hubungan welas asih dengan rasa takut juga berarti memperluas welas asih terhadap diri sendiri setiap kali kita merasa takut. Tidak dapat disangkal bahwa hidup bisa menakutkan, dan ketakutan adalah respons alami manusia. Penting bagi kita untuk membiarkan diri kita merasakan emosi ketakutan tanpa menjadi kewalahan olehnya atau menilai diri kita sendiri karena merasakannya.
Courage – Sesuatu yang indah terjadi ketika alih-alih berpaling dari hal-hal yang membuat kita takut, kita malah mulai bergerak ke arah itu. Ini bukan hal yang mudah, tentu saja. Itu membutuhkan keberanian yang luar biasa. Banyak orang percaya bahwa memiliki keberanian berarti hidup tanpa rasa takut; tapi bukan itu masalahnya. Hidup dengan berani berarti mengakui bahwa rasa takut itu ada, menarik napas, dan tetap melangkah maju. Dunia bisa menjadi tempat yang menakutkan, dan tidak diragukan lagi kita hidup di masa yang tidak pasti. Tapi kita tidak harus termakan oleh teror. Kita tidak harus menutup diri dari hal-hal yang tidak pasti.
Nah, ternyata ada 3 sifat dasar yang harus kita mulai tumbuhkan dalam diri kita agar dapat memiliki hubungan yang sehat dengan rasa takut. Jangan berpaling dari rasa takut, rasa takut pasti selalu ada, namun bagaimana kita mampu berdampingan dengannya.
References:
https://www.psychologytoday.com/us/blog/mindfully-present-fully-alive/201708/making-friends-fear