Judul : Loss of Love
Topik : Agresi
Pada suatu hari hiduplah satu keluarga sederhana; Ayah, Ibu dan dua orang anak perempuan, Natlye dan Adiknya Finna. Usia mereka terpaut cukup jauh yaitu 6 tahun. Tapi sayangnya perlakuan oarng tua terhadap anak-anaknya sungguh tidaklah adil, dengan selalu membangga-banggakan anak ke-2 yaitu Finna.
Dimana kisah ini berawal dari tahun 2000 silam. Lahirlah seorang anak perempuan adik Natlye, tepatnya pada hari Kamis, 06 April 2000 sore hari.
Semenjak Finna dilahirkan ke dunia, dunia serasa berhenti sampai disini. Dimana dulu Natlye yang selalu dimanja, semua permintaan bahkan keinginannya pun selalu dikabulkan oleh orang tuanya, hingga pada waktu adik kandungnya dilahirkan semua terasa berubah, semua tak lagi sama. Pada saat Natlye menginjak usia 6 tahun, ia bagaikan bocah yang tidak mengerti akan perubahan siakap kedua orang tua terhadapnya, Natlye acuh. Ia fikir mungkin sementara karena wajar, adinya masih bayi jadi dia tak terlalu memikirkan atau bisa dibilang mengabaikannya. Karena pada saat itu ia masih memiliki Nenek yang sangat sayang kepadanya.
Hari silih berganti, bulan pun berlalu. Kini Natlye memasuki usia reamaja awal (15 tahun), dimana ia saat ini menginjak bangku SMA.
Pada hari pertama masa orientasi, Natlye mempersiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa pada keesokan harinya. Tetapi sangat disayangkan, Ayah dan Ibunya pun acuh seolah tak ada yang peduli dengan apa yang putri sulungnya perbuat apalagi dengan suka rela mau untuk membantu mempersiapkannya. Natlye sedih, murung, hanya saja Neneknya selalu memberikan hal positif terhadapnya.
Pada keesokan harinya, Natlye bangun pagi-pagi dikarenakan memang merupakan peraturan murid baru yang harus datang pada pukul 05.00 pagi. Natlye pun spontan meminta Ayahnya untuk mengantarkannya ke sekolah. Dan tanpa fikir panjang Ayah Natlye menolak dengan lantangnya.
Natlye : “Ayah, Ayah.. Anter kaka ke sekolah yukk.. ini kan hari pertama kaka masuk sekolah. Mau yak yah, soalnya kalo pake angkot jam segini masih belum ada angkot yah.” (Sembari menunjuk ke arah jam yang menunjukkan waktu pukul 05.00 pagi)
Dengan tanpa fikir panjang, sang Ayah menjawab
Ayah : “Ayah tidak bisa! Kalo Ayah mengantarkanmu ke sekolah terlebih dulu nanti Ayah telat masuk kantor!”
Natlye : “Tapi kan Ayah masuk kantor jam 7 pagi Ayah masih lama…”
Ayah : “Tetap saja tidak bisa, Ayah kan mesti mengantarkan Adikmu dulu ke sekolah. Tidak bisa! Manja amat jadi anak, kamu kan sudah gede, belajar mandiri kenapa !”
Lalu kemudian Nenek pun menghampiri Natlye dan mendekapnya.
Nenek : “Natlye mau berangkat ke sekolah sayang?” (Tanyanya dengan lembut)
Natlye : (Natlye menganggukkan kepala) Tanda mengiyakan.
Nenek : “Yasudah, biar Mang Diman saja yang mengantarkanmu ya nak. Nanti biar Nenek yang bilang.” (Mang Diman adalah supir keluarga Natlye)
Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, Natlye pun sudah berada di Sekolah dengan diantar Mang Diman tadi.
Semasa MOS berlangsung, Natlye benar-benar kehilangan fokus. Entah apa yang ia fikirkan, hanya saja yang terlintas difikirannya saat ini hanyalah “Ayah yang tak sayang lagi kepadanya” hanya itu yang terblesit difikirannya, hanya itu.
Tibalah dimana saatnya Nenek Natlye menghembuskan nafas untuk terakhir kali, dimana pada saat ia menginjak bangku kelas XI SMA. Yang mana Natlye merupakan salah satu siswi yang cerdas, sehinggga ia masuk XI IPA.
Natlye sangat sedih dengan kepergian Neneknya. Ia serasa hanya hidup sendiri di rumah yang megah. Kesehariannya hanyalah menghabiskan waktu di kamar, hanya dengan menulis, mencorat-coret buku, entah apa yang ia tuangkan di dalamnya.
Pada suatu hari Natlye sadar, ia tak mungkin terus-terusan seperti itu, seperti mayat hidup yang hanya menghabiskan waktu untuk bertahan hidup dengan makan dan minum saja, tanpa melakukan hal lain yang lebih bermanfaat untuk hidupnya.
Keeoskan harinya Natlye terbangun dari tidur, ia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah (hari pertama masuk sebagai anak kelas XI) kebetulan juga pada saat itu Natlye menjadi Ketua pengelenggar MOS pada periode itu.
Siang hari dimana tepatnya Natlye ada jam mengisi materi di kelas X, atau sering disebut juga dengan pengarahan atau juga pengenalan tentang ruang lingkup sekolah.
Selang beberapa menit tibalah Natlye di depan rungan
Natlye : “Selamat siang semua…”
All : “Selamat siang kak…”
Natlye : (Tanpa fikir panjang, ia pun memperkenalkan dirinya) “Perkenalkan nama saya Natlye, jadi kalian bisa panggil saya Nath atau Natlye whatever!”
All : “Iya kak Natlye…”
Natlye : “Ga pake ‘Kak’ juga kali! Panggil saja saya Natlye, lagian paling kita seumuran tidak jauh beda.”
“Oke dilanjut, saya sekarang duduk di bangku kelas XI IPA 2. Saya sekarang akan memberikan sedikit pemahaman tentang ‘apa itu dunia SMA, dan bagaimana atau seperti apakah kehidupan SMA itu?. Baiklah ada yang mau ditanyakan?”
Salah seorang murid sebut saja namanya X mengangkatkan tangan dan bertanya;
X : “Kakak tinggal diamana Kak?”
Natlye : “Saya tinggal di Perumahan Jagakarsa Ciganjur. Ada lagi?”
X : “Nomor handphone Kakak berapa kak?”
Y : “Kakak sudah punya pacar atau belum?” (Salah satu murid menimpali)
Natlye : “Apa yang kalian bicarakan? Sudah-sudah kita sudahi dulu sesi tanya jawab ini. Kembali kemateri kita siang ini.”
(Seketika kelas gaduh dan hening sesaat).
Setelah panjang lebar Natlye menjelaskan isi materi pada siang hari itu, berakhir pula waktu Natlye untuk berada di kelas X tersebut tepatnya di kelas X-1. Tapi sebelum Natlye mengakhiri perjumpaan kali itu, ia mencoba menciptakan suasana yang dimana tadinya murid-murid sudah pada mengantuk, capek dengan aktivitas hari itu yang cukup melelahkan dan menguras tenaga Natlye menciptakan sebuah permainan, dimana hanya sebuah bolpoin yang dilemparkan dari belakan ke depan atau sebaliknya mengikuti iringin musik yang dinyanyikan. Dan apabila musik berhenti bolpoin tersebut juga mesti berhenti, dan orang terakhir yang memegang bolpoin itulah yang akan maju ke depan kelas dan diberi hukuman.
Tak lama permainan itu dimulai, musik diputar beberapa menit kemudian musik pun berhenti. Salah seorang siswa maju ke depan kelas tanpa disuruh, seketika permainan dilanjutkan kembali dan berhentilah bolpoin itu kepada seorang siswi berbarengan dengan berhentinya iringan musik. Siswi tersebut diam dengan seribu bahasa, seolah tak menghiraukan dengan perkataan Natlye yang dari tadi menyuruhnya untuk maju ke depan kelas berbarengan dengan Z (sebut saja namanya), siswa yang tadi kalah permainan dan saat ini berada di depan kelas. Kemudian bangkitlah siswi itu dari tempat duduk dan menghampiri Natlye, lalu Natlye berkata
Natlye : “Baiklah adik-adik, sekarang sudah ada satu pasang laki-laki dan seorang perempuan. Untuk mempersingkat waktu kita akan kasih hukumannya apa? Silahkan ada yang mau mengeluarkan pendapat?”
“Ok, tak ada yang bersuara? Bagaimana jika kita menyuruhkan bergoyang dan bernyanyi. Setuju?”
All : “Setuju kak…” (anak-anak pun kompak mengiyakan, dan antusias terhadap hukuman apa yang pantas untuk siswa/siswi yang kalah akan permainan itu)
Lalu tak lama setelah disuruh, Z mengeluarkan suaranya dan bernyanyi seehingga menyebabkan kelas menjadi tak karuan yang terdengar hanyalah gaduh, ketawa anak yang sedang gembira, dan lainnya. Ketika Z pun usai menyanyi, siswi tersebut tetap tak buka mulut, apalagi untuk bernyanyi. Bersua saja tak bisa.
Menit berlalu, Natlye pun akhirnya kesal melihat siswi baru yang acuh tak peduli terhadap perkataannya. Natlye memuncak, dia marah. Entah apa yang di ucap terhadap anak itu, yang jelas si anak merasakan hati yang tergores akibat perkataan yang dilontarkan Natlye terhadapnya. Tanpa Natlye sadari ia memaki-maki siswi baru itu dan bersifat agresi terhadapnya.
Setelah Natlye selesai atau mugkin merasa puas terhadap perlakuannya terhadap anak tadi, tapi ternyata salah. Justru ia sangat menyesal telah berbuat hal yang tidak baik terhadap anak baru tadi, melontarkan kata-kata yang tak sepatutnya ia lontarkan, ia keluarkan.
Selang berjalannya hari, bulan bahkan tahun, kini Natlye menginjak bangku kuliah (alias mahasiswa baru atau sering disebut juga dengan MABA :-D). Tepatnya di Trisakti University, salah satu perguruan tinggi swasta bergengsi di Indonesia. Disinilah awal mula dimana Natlye yang jadinya lebih sering ngebully orang entah itu perkataan maupun perbuatan, terlebih terhadap MABA setelah ia menginjak semester 2.
Kisal berawal dari masa-masa SMA kemaren, dimana Natlye yang tanpa sadar memaki-maki siswi baru, membully-nya, bahkan sempat merasakan puas akan hal yang ia perbuat terhadap orang lain, dan menyesal setelahnya.
Tapi kini setelah Natlye sah menjadi seorang mahasiswi, apalagi dengan statusnya sekarang yang bukan hanya menyandang sebagai mahasiswi biasa, melainkan “ketua senat” menjadi-jadilah ia saat itu.
Natlye yang dulunya selalu nurut apa perkataan orang tuanya, tidak pernah sedikitpun melawan apalagi sampe membully orang. Kini semua berubah, seketika ia merasa bebas jauh dari orang-orang yang ia sayang, orang tua yang selalu mengabaikannya, yang selalu menganggapnya tak ada, selalu tertutupup kehadirannya oleh Adiknya (Finna), selalu dipandang sebelah mata oleh kedua orang tuanya.
Pada masa ospek dimulai, menjadi-jadilah seorang Natlye, ketua senat yang hobby membully/menyiksa mahasiswa/i baru yang melanggar peraturan yang ditetapkan, bahkn mahasiswa/i yang tak punya salah sama sekali pun Natlye akan mencari-cari kesalahan anak itu. “You False” prinsipnya, jadi menurutnya hanya ia yang selalu benar di dunia ini.
Hari-hari dilaluinya hanya dengan sia-sia untuk hidupnya, tak ada manfaat dan tak ada gunanya. Natlye havefun melakukan semua itu. Pun tibalah disaat dimana ia melakukan klimaks dari semua perbuatanya pada saat ia menginjak semester 8 (semester akhir). Ketika ia sedang sibuk-sibuknya dengan skripsi atau thesis yang akan ia buat, ia justru malah membully mahasiswa baru yang hampir saja tak tertolong nyawanya karena ulah Natlye yang sangat keterlaluan (sebut saja A). Natlye membentak seorang mahasiswa, yang padahal hanya melakuan sedikit kesalahan terhadapnya pun itu tidak lah sengaja. Natlye menjadi-jadi hanya karena A tak sengaja menabrak Natlye yang sedang jalan dari belakang, sehingga beradulah punggung dengan punggung, lalu terjatulah Natlye terjongkok ke arah depan, hingga sedikit melukai lutut sebelah kananya. Natlye bangkit dan segera menengok ke belakang, terkejutlah seorang Natlye ternyata yang menabraknya hingga terjatuh itu hanyalah seorang mahasiswa baru yang sedang mendapatkan hukuman dari seniornya. Lalu Natlye tak tanggung-tanggung untuk memarahi, memaki habis-habisan si A, membullynya, bahkan Natlye hampir melakuakn kekerasan terhadapnya. Tak tanggung-tanggung emosi Natlye, perlakuan yang begitu amat tak sepantasnya ia keluarkan.
Hingga pada saat si A tengah memegang dadanya dengan keras rasa yang amat sakit (yang ia rasa), nafas sesak yang mungkin ia tak bisa mengatur bagaimana mengatur nafas dengan baik (seperti halnya nafas orang yang mengidap penyakit asma dan kambuh). Tak lama kemudian terjatuhlah A pingsan tergeletak di depan Natlye. Awalnya Natlye tak percaya dengan kejadian apa yang ia lihat pada saat itu, ia sempat hampir melukai A pada saat membangunkannya.
Lalu datanglah seorang mahasiswa semester 4 (sebut saja B), menghampiri Natlye.
B : “Maaf kak, ini si A kenapa ya?” Tanya ketua senat itu.
Natlye : “Dia tadi nabrak gue, dan lihat dia bikin lutut gue lecet berdarah, dia hampir nyelakain gue tahu nggak!” (Sambil memperlihatkan lutut yang agak sedikit berdarah) “Dan loe lihat sekarang, dia malah pura-pura pingsan. Dia fikir gue bego apa bakal percaya gitu aja, biar masalahnya cepat kelar. Enggak! Dia belum tahu siapa gue.”
B : “Tapi sepertinya dia pingsan beneran kak” Menunjuk ke arah A.
Natlye : “Enggak. Gue nggak percaya pokoknya. Loe lihat!” Sembari mencoba untuk membangunkan A yang dikiranya pura-pura pingsan itu.
B : “Mending kita bawa ke klinik kampus saja kak, gue takut dia kenapa-kenapa. Kan loe juga yang bakal disalahin kalo memang beneran dia kenapa-kenapa. Loe mau tanggungjawab?” Nadanya ketus.
Tak lama datanglah seorang mahasiswa baru (sebut saja C), ia adalah salah seorang sahabat A sejak masa SMA. Dan terkejutlah C melihat A yang tergeletak pingsan.
C : “A.. Loe kenapa? Bangun A!” (Haru)
B : “Loe kenal sama dia?” (Dan lagi, B menunjuk ke arah A)
C : “Ia kak, dia sahabat saya dari SMA. Dia kenapa kak, kok bisa sampai pingsan begini?”
Natlye : “Oh, jadi loe temennya dia.. sahabat, iya? Bagus deh. Tadi dia abis gue marah-marahin, abis gue bully karena dia hampir sudah mau mencelakakan gue!”
C : “Ya ampun kak, kakak memarahinya? A tidak bisa mendengar perkataan keras terhadapnya, apalagi dibentak. Jantung A lemah kak, dia sakit.”
(Suasana panik seketika)
B : “Yang bener lu dek? Jadi temen lu ini sakit jantung? Kalo memang seperti itu, kita harus cepat-cepat membawanya ke rumah sakit!”
C : “Iya kak, kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga!”
Natlye : “Halah.. paling loe ngarang doang kan, dia ini kan temen loe, loe cuman mau ngelindungin dia doang kan biar bebas dari hukuman.”
C : “Enggak kak, gue berani bersumpah. Si A memang sakit.”
B : “Sudahlah, ayok kita bawa dia ke rumah sakit!” (Sembari mengangkat dan menggendongnya ke arah mobil yang saat itu di parkir yang tak jauh dari lokasi kejadian).
Tibalah mereka di rumah sakit, yang letaknya tidak jauh dari kampus.
Setelah dokter selesai menangani A ia keluar, ia menceritakan semua penyakit atau lebih tepatnya keadaan A pada saat itu. Lalu Natlye menyesal dengan apa yang ia lakukan terhadap A, hahkan ia hampir menghilangkan nyawa A seketika itu juga. Tak lama Natlye meninggalkan rumah sakit, ia pergi ke suatu tempat, menyendiri, sunyi, sepi tak ada seorang pun yang tahu ia kemana. Dan pada saat itu pula ia berjanji untuk tidak akan pernah lagi membully orang, bahkan anak baru sekalipun. Ia pun fokus dengan thesisinya.
Dua minggu setelah itu, Natlye hidup normal layaknya seseorang yang tak pernah mengalami kejadian kelam di masa lalu. Tapi sayangnya, di tengah perjalanan pulang Natlye hampir saja tak bisa mengontrol amarah yang ingin ia keluarkan terhadap tukang parkir sebuah restoran pada malam itu ketika ia sedang berkumpul dengan teman-temannya. Pada akhirnya, Natlye pun bisa meredam amarahnya dengan melakukan hal yang lebih positif.
Dari kejadian itu lah sampai saat ini, Natlye tidak pernah lagi membully atau menyakiti orang lain. Ia sekarang menjadi seseorang yang lebih bisa mengendalikan sifat agresinya itu ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Dan pada hari dimana ia akan melangsungkan sidang skripsinya, ia pun berhasil, ia lulus dengan nilai ‘A’.
Selesai.