Diperhadapkan pada 2 pilihan adalah hal yang paling ku benci. Saat seseorang yang mencintaiku telah terikat dengan kasih sayang, masa lalu yang pernah ku cintai kembali hadir membawa harapan. Entah bagaimana perasaanku saat ini.
Namaku Qinan,biasa dengan panggilan Qiqi,Mahasiswi jurusan Design Interior (sem-6) disalah satu Univ di Bandung.banyak kisah cintaku yang mungkin 11-12 dengan kisah cinta yang pernah kalian alami.
………………………………………..
Sore itu ku langkahkan kaki menyusuri pinggiran danau dengan membawa alat gambar. Rasanya ingin aku melukiskan sebuah kisah cinta dalam hidupku, yang selalu merasa kesepian meski telah ku miliki kasih itu. Bagiku cinta tidaklah nyata,hanya ungkapan dan untaian tanpa aksi yang sebenarnya.
Aku hanya dapat mengela nafas saat kupandang kebahagiaan seseorang yang memiliki pendamping,yang selalu ada disegala keadaan hati,dan aku pun hanya dapat berharap sesuatu yang indah akan ku alami.
Perlahan aku mulai membuat goresan pada kertas yang akan ku gambar,dan belum lama ku memulai goresan pada kertas gambarku,pesan singkat membuat handphone-ku bersuara nyaring.
“Qinan,nanti malem gw sama Alda kerumah lw yah.”
kira-kira demikianlah isi pesan singkat dari Dana sahabatku.
“iya” jawabku singkat tanpa menghiraukan isi pesan Dana.
Kini kembali kusibukkan diriku dengan menggambar lagi,mengisi hari-hari tanpa ada yang menemani.
begitu seriusnya aku menggambar membuatku lupa waktu.
“non Qiqi tadi ada tukang pos kasih ini (sambil memberikan seikat bunga lily putih) kata nya buat non Qiqi.” Ujar mbok Asih yang sejak ku kecil sudah bekerja dirumah.
“dari siapa mbok?” tanya ku heran
“tukang pos nya sih gak ngasih tau non dari siapa,tapi yang jelas itu buat mbak Qiqi.” Jelas mbok Asih
“hmmm… gitu ya mbok,ya udah deh mbok aku mau naik ke atas dulu. Makasih yah mbok.”
“sama-sama non”
“siapa yang ngirimin bunga lily yah?” batinku
dikamar,kurebahkan tubuhku sejenak berharap hari esok menjadi hari yang menyenangkan.
Tiba2 handphoneku kembali berdering nyaring,ternyata Alex pacarku menelephone ku.
“hallo.” Terdengar suara dari arah lain
“iya” jawabku singkat
“gimana kabar kamu?”
“flat aja.”
“kamu kenapa sih cuek banget kayaknya sama aku.”
“nggak apa-apa lagi banyak pikiran aja” jawab ku dengan nada datar
“yakin gak mau cerita?”
“iya yakin”
“aku mau cerita nih.”
“apa?”
dan kini Alex kembali bercerita seakan aku adalah diary hidup miliknya,padahal saat itu rasanya ingin aku menutup telingaku rapat-rapat bahkan memasukkannya kedalam toples dan menutup toples itu dengan rapat.
“kamu masih ngedengerin aku kan?” tanya Alex yang akan kembali melanjutkan cerita tanpa menggunakan tanda bacanya itu. L
“Lex aku ngantuk mau istirahat besok ada jam kuliah,sorry.”
“ya udah deh night sayang.”
“ok night” ku matikan panggilan Alex dan telephone genggamku.
hari semakin gelap entah mengapa mataku tak dapat terpejamkan,namun tiba-tiba tanpa aku rencanakan masa lalu kembali terlintas dalam pikiran ku.
“aduhh.. kok gw jadi mikirin Yosua yah” aku terkaget dan dengan segera kubangkitkan tubuhku.
dan tiba-tiba kurasakan hati yang berbeda ketika aku memikirkan dia sang masa lalu.
“kalo emang Yosua kangen sama gw,gw harap dia sms gw. Tapi kalo emang nggak semoga ini Cuma kangen selintas aja.”
……………………………………………….
Pagi itu masih belum terlihat seberkas sinar mentari menerobos selah-selah kamarku,tetapi si Mbok sudah membangunkanku.
“non…” Mbok Asih mengetuk pintu kamarku
kubuka mataku dan kubangkitkan tubuhku,melangkah menuju pintu kamar.
“kenapa mbok?” tanya ku dengan nyawa yang masih melambai-lambai
“tadi non ada tukang pos kasih bunga lily putih lagi.”
“dari siapa lagi mbok?”
“dia Cuma bilang dari orang yang sama non.”
“ya udah deh mbok,makasih yah.”
“iya non sama-sama,si mbok turun dulu yah non siapin sarapan.”
“iya mbok J makasih yah.”
Inilah resikonya kalau mama menikah dengan warga negara bukan Indonesia,beruntung masih ada mbok Asih.
“bunga lily lagi?” sambil merapatkan pintu kamar. “dari siapa yah?kenapa jadi misterius gini sih?”
sambil kuputar rangkaian bunga lily yang menjadi bunga favorite ku,kutemukan sepucuk kartu ucapan yang mengatakan:
SELAMAT PAGI. BERHARAP HARI-MU MANIS. J
BY. A
“A?masa iya Alex? Dia aja gak tau gw suka bunga lily putih.” Sejenak hening. “atau mungkin?……Yosua?nggak… nggak mungkin gw aja gak tau dia dimana sekarang.”
Saat itu kurasakan kegalauan hati yang begitu memuncak,sampai tak sempat ku menoleh ke arah jam yang membuatku harus segera berangkat ke kampus.
“selamat pagi pak.” Dengan terengah-engah nafas ku berhembus
“pagi! Silahkan duduk.” Ujar dosen yang sangatlah baik kepada mahsiswa/i di kampus.
Kumelangkahkan kaki ku menuju kursi yang sejak tadi tak berpenghuni.
“kemana lw baru dateng?” tanya Aldo sahabatku berbisik
“panjang ceritanya.”
Dan kelas pun saat itu dimulai. Rasanya semua pelajaran kali ini tak 1 pun menetap pada otakku,hingga akhirnya kelas berakhir.
“woy…” Aldo menepuk pundakku mengagetkan
“Aldoo…!” sambil mengerutkan dahi
“bengong aje dari tadi,mikirin apaan sih?”
“gak ada kok.”
“bohong banget,gw tuh kenal lw udah lama yah Qi jadi lw gak bakal bisa bohong dari gw.”
“apaan sih lw hahaa…” aku tertawa seakan tak percaya bahwa Aldo berkata sepengertian itu terhadapku.
“seriusan gw.. kok malah ketawa sih?emang lucu?”
“hahaa bangett.. bangettt lucunya.”
“songong banget lw.” Dan kini rambutku tak beraturan karena Aldo
“ya udah kita ke Dana sama Alda yuk.”
“ok.”
Baru setengah jalan meninggalkan kelas handphone ku berdering,dan ternyata panggilan dari Alex.
“hallo.”
“hay sayang,kamu udah pulang?”
“belum,kenapa?”
“gak apa-apa sih,Cuma nanya aja gak boleh yah?”
“nggak kok biasa aja.”
“kamu udah makan?”
“belum”
“kok belum nanti sakit loh.”
“udah biasa sakit kok.” Seharusnya setelah mendengar suara ku Alex paham kalo aku sudah lelah dengan sikapnya,sayang tak pernah dia sadar akan kesalahannya.
Sejenak terlintas dipikiranku soal bunga beberapa hari ini yang membuatku galau.
“kamu kemaren ngirim sesuatu gak gitu kerumah?”
“sesuatu?nggak tuh. Emang sesuatu apa sayang?”
“hmm… nggak Cuma sendal jepit bekas doang.”
“hahaha kamu ini.”
“ya udah yah aku mau masuk kelas dulu.”
“ok sayang bye.”
“bye”
“siapa Qi?” tanya Aldo yang sejak tadi tak bersuara
“Alex.”
“masih tahan?”
“maksudnya?”
“Dana sama Alda sering kali cerita ke gw soal masalah lw sama Alex”
“haah? Seriusan?”
“iya.”
“songong emang nih si duo maut.”
Aldo hanya tertawa kecil mendengarku yang mendumel karena kelakuan kedua sahabatnya.
“kenapa lw gak udahin aja sih Qi?”
“gw gak tau do,gw galau banget”
“gw tau,lw sebenernya masih sayang kan sama Yosua?”
(menghela nafas panjang) “apa boleh buat?cinta gak bisa dipaksa kan?”
“Yosua aja yang bego. Cewek kayak lw masih aja di PHP-in dan disakitin.”
“tau gak sih?” aku tersenyum
“apa?” tanya Aldo penasaran
“lw bisa lebay juga yah do?” aku tertawa girang.
Entah bagaimana isi hati ku sebenarnya,perkataan Aldo tak ada salahnya sedikitpun. Jujur saja Yosua adalah satu-satu nya cowok yang bisa mengubah setiap keadaan hati ku yang kurang baik.
“hei Qiqi,sorry yah malem itu gw gak jadi kerumah lw.” Ujar Dana menghampiri
“haha iya paham kok,pasti jalan sama cowok lw berdua kan?”
“emang lw temen yang paling pengertian Qi” peluk Alda
“meluk gw kalo ada mau nya aja nih?” aku tertawa melihat kedua sahabatku
Pernah terlintas dipikiranku,aku yang bodoh?aku yang terlalu setia?atau memang semuanya hanya bisa memanfaatkan ku?
semua sahabatku merasakan kebahagiaan cinta itu,mengapa aku tidak?adakah kesalahan itu?tapi dibagian apa?yang mana? Ribuan pertanyaan kini mengepung otakku.
“woy ….” Kehadiran Aldo yang mengagetkanku membuat jantungku sedikit lepas dari tempatnya
“aldoooooo….” Tanganku mendarat dipundak Aldo
“sttttt…. Sakittt tauu.” Aldo mengacak2 rambutku
“gw juga kaget tau …. Untung jantung gw copot baru sesenti coba kalo copot semua?”
“lebayyyyy…”
“abis nya..”
“kalian kenapa gak jadian aja sih?” Tanya Bimo anak Hukum yang kebetulan lewat dekatku
“apaan deh mo?” jawabku tak berirama dan sedikit kaget
“haha tapi serius … daripada kalian sahabatan,mending jadian.”
“lw mau qi?” Tanya Aldo yang ku rasa hanya ejekan saja
“apaan sih kalian berdua ini……. Hahahaa” aku hanya tertawa