“Tidak apa-apa kok, semuanya akan baik-baik saja”
Sudah berapa kali kamu mendengar kalimat ini? Atau seberapa sering kamu mengatakan itu pada dirimu maupun orang lain?
Bisakah bersikap positif menjadi berlebihan? Jawabannya adalah iya! Ini alasannya mengapa Toxic Positivity adalah kekuatan tak terlihat yang dapat menyebabkan orang menjadi kurang sukses, lebih egois, dan bahkan lebih mudah tertipu. Mengapa dikatakan tidak terlihat? Karena masih banyak sekali orang yang tidak tahu apa itu toxic positivity dan banyak pula yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki toxic positivity terhadap orang lain maupun dirinya sendiri.
Lalu sebenarnya apasih toxic positivity? Toxic Positivity adalah perasaan berpura-pura bahagia padahal nyatanya tidak demikian. Toxic Positivity juga memiliki variasi, diantaranya yang dapat kamu alami dari seseorang atau diberikan kepada seseorang, dan yang dapat kamu berikan pada dirimu sendiri.
Bagaimana caranya kita membedakan toxic positivity dengan true positivity? Berikut beberapa poin yang membantu kita untuk membedakan keduanya
• Orang dengan toxic positivity tidak menggunakan empati, sedangkan orang dengan true positivity menggunakan empati.
• Dalam situasi apapun, orang dengan toxic positivity terus bersikap positif, sedangkan orang dengan true positivity dapat mengatasi emosi negatif melalui strategi berpikir positif tanpa menyangkal rasa sakit.
• Orang dengan toxic positivity menghiraukan kenyataan dan hanya fokus pada harapan, lain halnya dengan orang yang memiliki true positivity, ia akan menghadapi kenyataan tetapi mempertahankan harapan.
Wah, ternyata beda-beda tipis yaa perbedaannya. Terkesan sama namun berbeda sekali maknanya…coba lakukan ini untuk menangani toxic positivity!
• Cobalah berhenti menghindar. Akui apa yang kamu rasakan, dan rasakan semua emosimu, baik atau buruk. Duduklah bersama mereka. Menghindari perasaan hanya akan memperpanjang ketidaknyamanan.
• Dengarkan pendapat orang lain. Setiap orang berhak atas perasaannya sendiri. Jangan mempermalukan orang lain karena emosinya. Sangat penting untuk mengetahui bahwa orang lain mungkin tidak mengatasi hal-hal dengan cara yang sama seperti kamu. Tawarkan dorongan dan saran yang baik. Tapi lebih baik pilihlah dukungan saja daripada memberi saran yang tidak diminta.
• It’s Okay Not To Be Okay. Berilah izin pada dirimu untuk beristirahat atau melakukan sesuatu dengan tidak sempurna, karena itu dapat membebaskanmu dari rasa bersalah.
• Bersikap Realistis. Jika kamu ingin merasa produktif, mulailah dengan langkah-langkah kecil yang dapat kamu lakukan. Misalnya, kembangkan hal-hal yang sudah kamu kuasai dan kenal. Tetaplah pada apa yang kamu ketahui sampai kamu merasa lebih baik.
• Kenali pesan-pesan toxic positivity. Ingat, jika pesan mengandung pendapat bahwa positivity hanya jalan keluarnya, itu salah.
• Tidak apa-apa waspada terhadap media sosial. Pada pandemi ini kegunaan media sosial semakin bermacam-macam, banyak sekali orang yang membagikan informasi ke berbagai penjuru dunia. Namun, ada pula yang tidak menyadarinya dengan menggunakan pesan-pesan toxic positivity.
Nah, gimana nih guys menurut kalian tentang toxic positivity? Bahkan bersikap positif saja masih ada dampak negatifnya ya jika berlebihan.
Jadi, yuk kita sama-sama pahami lagi dan belajar secara perlahan agar kita tidak keliru dalam menyebarkan positive vibe yang baik!
References: https://www.scienceofpeople.com/toxic-positivity/ https://www.healthline.com/health/mental-health/toxic-positivity-during-the-pandemic#So,-how-do-you-deal-with-toxic-positivity?