Apakah kamu orang yang sering minta maaf padahal nggak berbuat salah? Sering banget bilang “iya” sama temanmu disetiap diskusi atau pas ngobrol santai, padahal kamu sendiri gak setuju? atau kamu sering diajak nongkrong keluar rumah sama temanmu, dan kamu selalu meng-“iyakan” ajakannya tersebut, padahal kamu sendiri sebenarnya nggak mau? Semua itu kamu lakukan hanya karena tidak enak dengan temanmu dan takut ia marah. Jika kamu termasuk orang yang seperti ini, itu ialah tanda-tanda kamu seorang people pleaser. Dengan kata lain, kamu selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan rela melakukan apapun agar orang-orang disekitarmu ngga kecewa. Yuk kita kupas tuntas gengs, apasih itu people pleaser?
People Pleaser
People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang serba “ngga enakan”, selalu berusaha menyenangkan orang-orang di sekitarnya, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan apapun agar orang-orang disekitarnya tidak kecewa terhadapnya. Biasanya segala keputusan yang diambil berdasarkan bagaimana pada umumnya orang lain akan bereaksi atau justru apa yang diharapkan orang lain terhadap diri kamu tanpa memikiran perasaanmu sendri. Seorang people pleaser akan mendapatkan rasa aman dan percaya diri lewat persetujuan orang lain. Apabila ia tidak mendapatkan penerimaan atau pengakuan dari orang lain, seorang people pleaser akan merasa minder, bingung, dan merasa diri tidak pantas serta kurang baik. People pleaser selalu mencari pengakuan dari orang lain, dan tanpa disadari hal tersebut dapat merusak diri sendiri. Mereka akan takut mengekspresikan diri mereka karena tidak mau dianggap aneh, atau tidak sesuai dengan orang kebanyakan.
Faktanya, seseorang yang serba engga enakan ini atau yang kita sebut sebagai people pleaser menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesuatu untuk orang lain. Mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, membantu orang lain dengan pekerjaan mereka, membuat semua rencana, dan selalu ada untuk anggota keluarga dan teman. Sejauh ini kedengarannya bagus. Sayangnya, ini bisa menjadi pola perilaku yang sangat tidak sehat, lalu bagaimana cara untuk berhenti menjadi people pleaser?
Cara Berhenti Menjadi People Pleaser
Disaat kamu memiliki sifat people pleaser secara tidak langsung kamu menempatkan kedudukan diri kamu lebih rendah daripada orang lain, terkadang maksud dari diri kamu baik untuk menjaga perasaan orang lain. Tetapi yang harus kamu ketahui, jika sifat ini dibiarkan terus menerus akan merusak kesehatan mentalmu, dan tentu saja membuat diri sediri menjadi capek hati. Jangan biarkan dirimu terkurung dalam sifat ini yah, karena bisa jadi dikemudian hari membuat orang-orang disekitarmu akan merendahkanmu. Yuk coba beberapa cara ini, agar dirimu bisa berhenti menjadi people pleaser dan tidak terus menerus capek hati:
- Lupakan Masa Lalu. Kamu harus berusaha untuk melupakan masa lalu,yaitu masa-masa yang membuat kamu menjadi tidak percaya diri dan tidak berani menjadi diri sendiri. Dengan merelakan masa lalu akan membuat kamu lebih menerima suatu keadaan dan menerima diri sendiri.
- Hargai Diri Sendiri. Mulai untuk menghargai dirimu sendiri dan jangan merendahkan dirimu dihadapan orang lain. Serta menentukan sebuah tindakan, tidak hanya berdasarkan keinginan untuk menyenangkan orang lain, namun juga untuk kebaikan diri kamu sendiri. Dengan begitu, kamu akan tetap melakukan hal baik untuk membantu orang lain, tanpa mengurangi harga dari dirimu sendiri.
- Jagalah Keseimbangan dalam Hubungan Sosial. Saat kamu selalu berusaha menyenangkan orang lain, orang lain menjadi tampak ngga melakukan apa-apa atau usaha orang lain jadi ngga seimbang dengan usahamu. Beri kesempatan orang lain untuk melakukan hal baik untuk kamu agar hubunganmu selalu terjaga dengan seimbang dan harmonis.
- Pahami Situasi dan Kondisi. Cobalah untuk lebih peka terhadap situasi dan kondisi. Jika ada orang yang ingin meminta tolong pada kamu, pahami dulu niatan dan tujuan orang tersebut. Bila ia memang membutuhkan bantuan, kamu bisa memberikan bantuan. Tetapi, jika orang lain sengaja memanfaatkanmu, jangan pernah takut untuk berkata tidak.
- Menolak Bukan Berarti Jahat. Melakukan penolakan tidak berarti kamu jahat, apalagi jika memang kamu benar-benar tidak bisa memberikan bantuan. Maka dari itu, jika kamu terpaksa menolak untuk memberikan bantuan, kamu bisa menunjukan empati. Berikan pengertian kepadanya bahwa kamu memang benar-benar tidak bisa memberikan bantuan seperti yang diharapkannya.
- Tidak Usah Minta Maaf Jika Tidak Perlu. Kamu boleh meminta maaf jika dirimu melakukan suatu kesalahan, tetapi jika bukan kamu yang melakukan kesalahan itu tidak perlu.
- Berikan Batasan yang Jelas. Kamu boleh berbuat baik namun tetapkan batasan yang jelas, sampai mana orang lain boleh menggunakan kebaikanmu.
- Tidak Usah Terlalu dipikirkan. Cobalah untuk berpikir secara rasional. Misalnya jika kamu harus menolak tawaran atau ajakan orang lain karena tidak punya waktu dan energi, yasudah, tolak saja. Kamu tentu sangat berhak untuk menolak jika situasi dan kondisi tidak mendukung. Jangan malah berpikir yang tidak-tidak, misalnya, “Apakah ia tersinggung karena ku tolak?” Masalahnya, orang lain belum tentu memikirkan hal yang sama dengan apa yang kamu pikirkan.
Mungkin awalnya kamu akan sulit untuk melawan rasa “engga enak”, tapi ngga ada salahnya kan kalau kamu mau mencoba pelan-pelan keluar dari sifat yang menyiksa ini. Jangan biarkan dirimu terus menerus tersiksa demi orang lain. Karena dirimu sendiri juga berhak untuk bahagia, dirimu kan bukan Captain America yang selalu siap dan kuat untuk melindungi orang lain, yaa gaa gengs? hehehe.. Kamu harus mulai tanamkan dalam pikiranmu, bahwa kamu bisa untuk bilang “tidak”. Jangan terlalu peduli tantang pendapat orang lain terhadap dirimu yah. Kamu adalah kamu, sama sekali ngga dosa lohh kalo sesekali menolak permintaan orang lain, atau ngga setuju terhadap sesuatu. Dengan begitu, orang lain akan lebih menghargai dirimu. Tetapi jika kamu sudah merasa tidak nyaman dan dirasa sifat ini sudah sangat mengganggumu, kamu bisa banget loh gengss untuk berkonsultasi ke psikolog agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Referensi :