Pagi itu dibulan November 2011, Adalah minggu yang begitu muram dan tampak menyedihkan, Hujan rintik yang membasahi jalan-jalan kota bogor terlihat dari bilik jendela kediamanku, dan begitu pula pepohonan yang sepi tanpa burung-burung hinggap, kemudian langit yang tak berwarna, serta matahari yang selalu dibalik awan enggan dilihat.
Disaat sahabatku kembali menarik selimutnya dan melanjutkan mimpi yang entah apa saat itu ia impikan, aku pun beranjak bangun untuk mencerahkan hari dengan menghidangkan segelas kopi hitam panas dimeja dekat jendela.
Aku duduk tepat dibalik jendela dengan meja kecil dihadapanku, yang diatasnya sudah kuletakan secangkir kopi. Sesekali ku pandangi jalan diluar sana dari balik jendela dengan pandangan kosong yang entah apa pada saat itu aku sedang pikirkan
“Hari libur yang begitu suntuk dan sangat cocok untuk bermalas-malasan !” ucap Argha yang beranjak bangun dari tempat tidurnya. “Reggae Yoooomaan !!” lanjutnya. Tak lama kemudian terdengar dentuman music khas reggae yang terdengar begitu lantang dari sound yang ada di meja didekat tempat tidur kami.
“Rama” ucap argha memanggil namaku dan melanjutkan “hari ini ada satu client yang akan Mengunjungi kediaman kita, bisa kah kau membantuku merapihkan tempat tinggal kita yang terlihat kumuh ini ?”
“Oke baiklah” ucapku.
Sambil berjalan kearah kamar mandi, argha kembali melontarkan perintahnya “mulailah dengan merapihkan kasur kita, kemudian beberapa barang yang ada dilantai agar terlihat lebih rapih dan sementara itu aku ingin mandi terlebih dahulu.”
“iya brew.”
“Aku sudah bersusah payah bangun pagi untuk bisa mandi dan berpenampilan rapih agar tidak mengecewakan clientku.” Ucap argha menambahkan.
“jika kau terus saja berbicara, lalu kapan kau akan mulai mandinya breeew ?!.” sautku dengan nada kesal.
“Oke … Hahaha” ucap sahabatku itu dengan tertawa kecil seperti meledek-ku yang sedang merapihkan kasur tidur.
Selang 15 Menit aku hampir selesai merapihkan seluruh isi ruangan, terdengar suara ketukan dari pintu depan. “Tok…Tok..Tok…”
“Yap… Sebentar” sautku sambil mematikan music yang tadi terdengar sedikit lantang lalu menuju pintu depan.
Tak lama pun suara kunci kamar mandi terdengar. “Cletak…Cletak..” lalu keluar argha dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kecilnya “hey rama…itu pasti clientku, cepat kau bukakan pintu, suruh masuk tamu kita dan perintahkan untuk menungguku 5 menit.” Ucap argha sembari berlari kecil kearah kamarnya.
Aku pun melanjutkan berjalan kearah pintu depan dan membukanya, kemudian ku lihat dihadapanku Sosok wanita yang sungguh begitu Anggun, berkulit putih, dan tingginya kira-kira sekitar 170cm, ia mengenakan jas biru yang ditutupi jaket tebal sedikit basah yang mungkin terkena percikan air hujan diluar sana, lalu Kuperhatikan wajahnya yang bulat, pipinya kemerah-merahan, dan rambut yang hitam tebal terkuncir seperti buntut kuda menghelai panjang sampai dengan bahunya, penampilannya menggambarkan sosok wanita yang cerdas. Wajahnya sangat mempesona, alisnya yang tidak begitu tebal dan juga tidak begitu tipis menambahkan karismatik sosoknya. Kalung perak yang mengait dilehernya pun, dapat sangat mudah aku mempersepsikan wanita ini adalah golongan menengah atas.
Wanita itu menyapaku terlebih dahulu “Selamat pagi…benarkah ini kediaman argha ?.”
“Yap benar.” Jawabku.
“Boleh saya menemuinya untuk suatu hal ?.”ucap wanita itu.
“Silakan masuk” jawabku dengan mempersilahkannya masuk dan mengantarkannya ke area ruang tamu lalu mempersilahkannya duduk.”Silahkan duduk dan tunggu disini mba,”.
“selagi anda menunggu, aku akan siapkan teh hangat, mohon tunggu sebentar.” Ucapku dan melangkah menuju dapur.
“oke thanks.” Jawab wanita tersebut.
Disaatku menyiapkan teh hangat untuknya, sesekali kupandangi wanita itu dari dapur yang ku akui, aku sangat terpesona dengan penampilannya yang begitu anggun, Lalu kemudian tak sengaja lerlintas dalam benak-ku kepada sahabatku yang satu itu. Selama beertahun-tahun hidup dengannya tak pernah sekalipun aku mendengar kata ‘Wanita’ darinya atau sesekali mendengar kisah cinta dari mulutnya.
Menurutnya Cinta adalah ‘Nol’. cinta tak memiliki arti dan tak terlihat, “Seorang analitis sepertiku tidak membutuhkan cinta. Yang bahkan mbah Google pun tak sanggup mengartikan cinta itu apa.” Ucapnya disuatu waktu kepadaku, Aku hanya tertawa dalam hati dengan sedikit berfikir bahwa yang ia ucapkan ada benarnya, setiap orang mengartikan cinta itu berbeda-beda dan membahas tentang cinta adalah hal bodoh yang tak akan pernah ada habisnya, yang artinya cinta adalah ‘NOL!!’.
Yang ku tau kekurangan dalam hidup sahabatku itu hanyalah masalah cinta, selebihnya nyaris sempurna, ia memiliki wajah yang tampan, tubuh yang tegap, memiliki otak yang cerdas, dan saran serta pemikirannya dibutuhkan oleh banyak orang. Terkadang aku berfikir argha bukanlah manusia biasa, ia berprilaku simple dan santai namun sangat analitis akan suatu hal apapun, aku menyebutnya sebagai ‘the master of problem solving’.
“Maaf telah menunggu lama…dari email yang aku terima, anda akan datang pukul 10.00am ternyata anda datang lebih awal dari yang aku perkirakan..haha” ucap argha yang keluar dari kamarnya. “nindita august…benar itu nama anda?” Tanya argha dengan menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Panggil saja aku nindi” jawab wanita itu dengan senyum kecil dan menjabat tangan argha.
Aku lalu datang membawakan teh hangat yang baru tadi aku siapkan dan menaruhnya diatas meja bulat dihadapan wanita tersebut.
“Silahkan boleh langsung diminum” ucapku.
“Terima kasih” saut wanita itu.
“oke…nindi, aku orang yang sangat simple dan tak suka banyak basa basi, boleh kita mulai dengan cerita anda sekarang ?” argha memulai percakapan lalu menariku untuk duduk disebelahnya dan memperkenalkanku.
“dan mungkin sebelumnya, aku perkenalkan terlebih dahulu ini adalah sahabatku Rama yang tinggal bersama aku disini, ia adalah seorang sarjana psikolog dan bekerja di salah satu perusahaan asing di Bogor. Ia sangat bisa dipercaya menjaga kerahasiaan, dan pasti akan juga membantuku disini jika anda mempersilahkannya duduk di sampingku dan ikut mendengarkan kisah anda.” Ucap argha.
“Oke tidak masalah”
“jika begitu mari dimulai dan silahkan ceritakan” ucap argha membalas.
Wanita itu pun lalu menarik tas yang ada di sampingnya dan mengambil sebuah foto untuk ditunjukan kepada sahabatku argha. “aku sangat mencintainya…beliau adalah suamiku”. ucap nindi membuka kisahnya.
“beliau bekerja disalah satu perusahaan asing di Indonesia sebagai general manager…aku sangat mencintainya atas dasar hati bukan yang lain…tapi…”
“Tapi ?” ucap argha dengan nada pelan.
“Tapi wataknya yang keras dan tidak pernah mau mengalah membuat hidupku bersamanya tidak begitu bahagia. ”Lanjut nindi. __“hari ini tepat satu minggu aku tidak bisa melihatnya kembali hingga sampai kapanpun sebab Suamiku telah tiada, beliau meninggal akibat keracunan obat tidur yang diminumnya berlebihan. Dan tiga hari sebelum ia meninggal, sudah terlihat jelas perubahan sifat dan tingkah lakunya, beliau semakin menjadi pria yang dalam hari-harinya marah-marah tanpa sebab, merokok berbatang-batang, bahkan meminum alkohol tekadang hingga pagi”. Ucap wanita itu kemudian terhenti dan menarik nafas dalam, lalu menghebuskan kembali udara dari mulutnya seakan-akan menahan tangis.
“ini…menangislah” ucap argha dengan menyodorkan dua lembar tisu yang di ambil dari meja kecil disebelah kirinya.
Tapi wanita itu menolak dan melanjutkan ceritanya “dalam hari-harinya suamiku selalu pulang larut malam dan sangat jarang sekali berbincang-bincang, biasanya hanya waktu sebelum kami tidur aku menanyakan pekerjaannya dan menasehatinya — jangan terlalu keletihan dengan pekerjaannya dan selalu ingat makan –. Pokoknya kami hanya berbincang-bincang sekedarnya saja, Lalu biasanya ia selalu memeluku dan tertidur.”
“Sudah berapa lama anda bersama dalam pernikahan ?” Tanya argha yang sedikit memotong.
“dua tahun lamanya kami menikah.” Jawab nindi.
“apakah anda mengetahui bahwa dia seorang yang hardworking sebelum menikah ?”
“Jelas aku sangat mengetahuinya, karna kami bepacaran hingga kurang lebih tiga tahun.”
“anda memiliki anak ?”
“itu adalah masalah kebahagian kedua yang tidak aku miliki, karna aku sudah divonis mandul.”
“tapi suami anda pernah mempermasalahkan kemandulan anda?, maaf jika petanyaan ini sedikit menyinggung.” Tanya argha dengan sopan lalu merubah posisi duduknya dengan menyilangkan kaki kanan diatas kaki kirinya.
“tidak pernah satu kali pun, entah apa yang ada dalam fikiran suamiku, tekadang aku-pun bingung dengan semua sifatnya yang sangat tertutup.” Jawab nindi.
“hmmm…oke silahkan dilanjutkan hal apa lagi yang akan anda ceitakan disini.” Ucap argha
Nindi pun kembali melanjutkan kisahnya sambil mengusap-usap punggung tanggannya dengan pandangan kosong menatap kebawah “aku sudah meng-ikhlaskan kepergian suamiku, namun kini masalah teberat yang akan aku tanggung adalah tuduhan bertubi-tubi dari semua keluarga besar suamiku bahwa aku yang telah membunuh suamiku sendiri, masalah ini akan dilaporkan secepatnya kepihak hukum untuk memenjarakan ku”
Wanita itu kini menatap wajah argha dengan penuh harapan dengan mata sayu dan melanjutkan “Tolong bantu aku… aku seorang wanita yang butuh pengertian. Mereka tak mampu mengerti keadaanku, mereka semua persetan !!!.” ucap nindi dengan perlahan menaikkan ucapannya dengan nada yang tinggi. “aku tidak meracuni suamiku !!! bagaimana mungkin aku meracuninya jika aku mencintainya!!. Tolong aku….beri tahu aku apa yang harus aku lakukan ?!. aku tidak mau masuk penjara…please…”
Kemudian wanita itu menghentikan ucapannya dan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Aku sangat memperhatikan semua cerita yang wanita itu ceritakan, dengan posisi yang begitu tertekan kehilangan suaminya dan kini tertuduh sebagai tersangka telah membunuh oleh keluarga suaminya sendiri. alangkah berat penderitaan yang kini dihadapi wanita cantik ini, aku sangat berempatik dengan keadaannya dan merasakan hal yang mungkin begitu berat aku tanggung jika aku diposisinya.
Kini ku alihkan pandanganku kepada sahabatku yang ada disampingku, begitu serius tatapannya melihat wanita itu. Posisi duduk yang begitu khas darinya mencerminkan ia sedang befikir keras menganalisis semua kisah dari wanita dihadapannya. kaki kanan yang disilangkan diatas kaki kirinya dan dua telunjuk yang menutupi bibir merahnya, serta jemari yang lain saling berpelukan didepan dagunya dengan sikut kanan sebagai tumpuan diatas paha kanannya, biasanya posisi sahabatku yang seperti ini membuat aku kagum, bahwa ia bisa melakukan banyak hal hanya dengan duduk, kecerdasannya yang tekadang melebihi batas wajar membuat aku tak bisa bekata-kata jika diperintahkan apa saja oleh sahabatku itu.
Lalu argha kembali membuka pecakapannya. “apakah anda selalu bertengkar atau memiliki masalah dengan keluarga suami anda sebelumnya?.”
“tidak ada… sejujurnya aku memang membenci semua keluarga suamiku, tapi aku tidak pernah menyakiti mereka.” Jawab nindi.
“apa yang keluarga anda tuduhkan jika tanpa barang bukti anda membunuh?.”
“barang buktinya hanya karna aku adalah seorang mantan apoteker dan sampah plastic bungkus obat tidur yang diminum suamiku sama dengan yang aku punya.”
“tiga hari sebelum suami anda meninggal, sifatnya berubah hingga 180 derajat berbeda seperti yang anda ucapkan tadi, mungkinkah ada beberapa hal yang disebabkan oleh anda?.” Kembali argha melontarkan pertanyaan.
“……saya rasa mungkin..,” wanita itu kemudian diam sejenak lalu menatap argha dengan pandangan yang tajam.
“ceritakan kemungkinan itu kepadaku” argha membalas jawaban wanita itu dan kini menyandarkan tubuhnya ke badan kursi.
“mungkin suamiku berubah karna ini” wanita itu menyodorkan foto yang diambil dari dalam dompetnya.
“apa ini?.” Tanya argha.
“entahlah….aku hanya menduga saja bahwa foto inilah yang menjadi alasan suamiku berubah 180 derajat, Karna suamiku adalah orang yang sangat tertutup dan jarang berbicara mungkin setelah ia melihat foto aku dengan selingkuhanku ini, membuatnya tertekan dan meluapkan emosinya dengan meminum alkohol dan sebagainya.” Ucap nindi lalu meminum teh yang ada dihadapannya yang sejak tadi telah aku buatkan.
Argha kemudian menarik nafas panjang lalu mengeluarkan udara dari mulutnya seakan-akan ia telah mendalami kasusnya dan menemukan jawabannya.”hmmm…oke aku sudah mampu menemukan point-point yang telah anda ceritakan”
Argha kini mengalihkan wajahnya kepadaku dan bekata “kau punya uang koin sobat?”.
“ada.”aku dengan cepat mengambil uang koin di sakuku tanpa bertanya lagi apa yang ingin dilakukannya.”ini” kataku sambil memberinya dua uang koin.
Argha kini meletakan uang 1 koin itu diatas meja dan menanyakan kepada gadis itu suatu hal “anda tau ini gambar apa?.”
“garuda” jawab wanita itu dengan wajah yang bingung.
“jika koin ini aku balik apa yang anda lihat” kembali argha bertanya
“angka seratus, one zero zero” ucap nindi
“that’s right” dengan senyum kecil membalas jawaban wanita itu.
“semua orang tahu, bahwa hampir setiap koin memiliki dua sisi yang memiliki gambar berbeda antara satu sisi dengan sisi yang lainnya, namun hanya beberapa orang saja yang ‘Awareness’ bahwa setiap sisinya tak pernah berhadapan walau dekat.” Ucap argha.
Wanita itu memperhatikan dan bertanya “aku belum mengerti?.”
“aku rasa anda orang yang istimewa, cerdas dan sangat berwawasan.” argha lalu memuji dan melanjutkan ucapannya. “jika koin ini diputarkan dan dilempar keatas akan menimbulkan dua kemungkinan saat koin ini kembali mendarat dibawah, sama halnya Setiap manusia memiliki kemungkinan untuk berlaku jujur dan tidak jujur, contohnya sisi yang satu koin ini adalah kejujuran, dan sisi yang lainnya adalah kebohongan, mereka sangat dekat namun tak bisa disaling hadapkan dan hebatnya bisa berjalan beriringan, kemudian koin akan dikatakan sebagai koin jika memiliki dua sisi. Dengarkan aku baik-baik, bahwa seseorang yang lupa akan dirinya tidak mampu membedakan antara sisi kebohongan dan sisi kejujuran, mereka akan selalu menggunakan kedua sisinya dalam satu waktu, dan sebaliknya seseorang yang mampu mengenali dirinya, adalah orang yang mampu mengendalikan kejujuran dan kebohongannya didalam setiap waktu.” ucap argha lalu mengembalikan koin itu kepadaku lalu melanjutkan” ada hal dimana satu kebohongan membuka kebohongan baru dan kebohongan baru membuka kebohongan yang baru lainya, hingga kebohongan yang lama tak mampu menahan kebohongan yang telah dibuat dan membongkar semuanya, tapi tidak dengan kejujuran yang akan membuka hal baru penuh hikmah dibaliknya, lalu menciptakan cahaya untuk menerangi jalan kejujuran yang lainnya.” Ucap argha dengan bijak dan membuat mata wanita itu berkaca-kaca sepeti menahan tangis.
Hingga saat ini pun aku tak memahami apa yang sedang argha lakukan, aku hanya bisa merasakan kesedihan wanita itu makin bertambah dan bahkan kurasa hampir tak bisa menahan tangis yang ingin diledakkannya pada saat ini juga.
“ingat baik-baik, aku adalah seorang proyektor dimana akan memberikan gambar dihadapan didasari dari cerita yang aku terima, aku memiliki dasar untuk berkata sesuatu, dan aku menyampingkan persepsi serta asumsi mentah yang aku dapat begitu saja. aku rasa anda sangat memahami semua yang aku katakan, anda telihat begitu berwawasan, jika anda sangat membutuhkan menangis….segeralah menangis semuanya akan terasa bebas jika diluapkan dengan menangis…”
Tatapan wanita itu terhadap argha sungguh sayu. Entah apa yang wanita itu fikirkan, sekarang ia telihat begitu bingung dan terlihat jelas diwajahnya begitu berat menahan tangis.
kini apa yang akan anda lakukan.?” Tanya argha dengan pelan dan memegang pundak wanita itu dengan lembut.
Tak di sangka akhirnya wanita itu kini menangis dengan sangat keras tak terbendung, ia meluapkan seluruh emosinya, ia menutup seluruh wajahnya dengan tangan, lalu menunduk kearah meja yang ada dihadapannya. aku dan argha saling berpandangan dengan bahasa tubuhku bertanya (ada apa) argha hanya membalas dengan menaruh telunjuk dimulutnya seakan-akan mengatakan (diam), aku kembali memandangi wanita itu yang sedang manangis keras dan betanya-tanya ada apa sebenarnya ? apa yang sedang terjadi ? mengapa wanita ini lalu menangis saat argha mengatakan tentang kejujuran ? apa hubungannya kejujuran dengan kematian suaminya ? .. semakin ku mempertanyakan semakin aku tak mengerti apa yang sedang terjadi.
Hingga saat tangisan wanita itu mulai mereda argha kembali mengatakan sesuatu, “diawal cerita anda mengatakan kata ‘sayang’, namun terlalu ceroboh anda mengatakan kata ‘tapi’ ditengah kalimat setelah mengungkapkan kata Sayang kepada suami anda, aku sangat memperhatikan kata-perkata yang anda ucapkan. aku selalu berfikir seseorang yang menggunakan kata ‘tapi’ ditengah kalimat karna ada beberapa hal yang bermasalah dengan kalimatnya, sebelum ia mengatakan tapi” ucap argha.
Wanita itu masih dalam tangisanya dan argha mengungkapkan kembali hal-hal yang membuatnya berkata demikian. “kemudian 2 point penting dalam percakapan kita tadi adalah dalam hari-hari anda suami anda selalu memeluk berulang kali sebelum tidur malam, sepanjang kehidupanku…aku mengenal cinta didasari oleh perbuatan atau tindakan, ketulusan cinta karna apa yang telah diperbuat bukan apa yang telah diucapkan. Suami anda sangat mencintai anda hingga beliau mengetahui anda tak bisa memiliki momongan, pun beliau tak habisnya bekerja hingga larut malam untuk membahagiakan anda seorang. Tapi semuanya musnah setelah mendapati apa yang telah menjadi semua kemungkinan anda yang tadi telah disebutkan, dalam psychology itu dinamakan ‘dejection-related emotions’ bahwa actual self tidak sama dengan ideal self pada diri suami anda, menyebabkan kekecewaan dan berlaku tidak wajar.” Ucap arga dengan serius dan menatap gadis itu yang terduduk masih dalam tangisannya.
Argha melanjutkan ucapannya. ”saat aku menanyakan ‘mungkinkah’ ada beberapa hal yang menyebabkan perubahan suami anda ? dan kemudian anda tak sengaja menjawab merasa ‘mungkin’. Pertanyaan yang aku buat bukan dengan tidak di sengaja, pertanyaan ini selalu dilakukan oleh para agent CIA untuk menciptakan jawaban otomatis. Semuanya dimulai dari sini dan anda membokar semua kebohongan yang telah anda ceritakan diawal cerita bahwa yang membunuh suami anda sendiri adalah…”
“STOP!!!, Pleaasseee hentikaan..aaaan” wanita itu berteriak dan terbata-bata dalam tangisannya memotong ucapan argha, lalu mengungkapkan hal yang menjawab semua pertanyaanku sejak tadi. ”aku pembunuh….memang benar akulah yang membunuhnya…aku wanita bodoh!! aku tak pantas ada disini” ia mengungkapkannya dengan kepala menunduk dan manaaruh ponsel dikupingnya. “aku bernama nindita august yang kini berada dijalan kranggan no 2, block I2 no 10, menyerahkan diri atas tindak pembunuhan suamiku sendiri seminggu lalu.” Ia melanjutkan tangisannya dan kami berdua hanya bisa termenung dengan kejadian hari ini yang begitu mengejutkan dengan kisah nindi august.
— beberapa menit polisi datang dan membawa nindi august —
Malam hari dimeja makan aku menanyakan sesuatu yang masih tersumbat dalam fikiranku kepada argha. “bagaimana kau bisa mengetahui lebih cepat bahwa wanita itulah pembunuhnya ?.” ucapku.
“Ernest Hemingway mengungkapkan : ketika orang sedang berbincang, dengarkan sungguh-sungguh. Kebanyakan orang tidak pernah mendengarkan.” ucap argha kemudian terus melanjutkan. ”kau pasti sering melakukan hal ini, seperti saat engkau berbicara dengan orang lain, kau akan lebih sering memikirkan apa yang kau akan ucapkan dari pada mendengarkan semua ucapan orang yang ada dihadapanmu.”
“hahahaha…” aku tertawa dengan lantang “yaaaah … begitulah aku sering melakukan hal itu…hahaha.” Ucap ku dengan tertawa mendengar apa yang diucapkan sahabatku.
“dalam psychology hallo effect adalah hal utama yang membentuk persepsi, percayalah akan semua kebenaran setelah kau mampu mengenali daripada mendahulukan persepsi. jadi kau harus bisa mengontrol persepsi untuk sebuah kebenaran. hal yang paling penting adalah ketika aku mengetahui bahwa wanita itu adalah seorang mantan apoteker, dan tak bisa dipungkiri lagi ia pasti mengetahui obat-obatan apa yang paling berbahaya dan mematikan saat kau mengkonsumsinya”
“Apakah hanya hal itu saja?” masihku bertanya dengan penasaran.
“bagaimana mungkin hanya dengan foto bersama selingkuhannya yang ditunjukan kepadaku, wanita itu bisa menceritakan dengan singkat perubahan sifat suaminya jika ia bukan pembunuhnya?,. Hanya ada dua kemungkinan ia berkata jujur atau berbohong bukan begitu?, dan pasti jawabannya adalah ‘jujur’ karna ia telah dengan tidak sengaja mengatakan ‘mungkin’ setelah ku menanyakan tentang penyebab perubahan sifat suaminya, ia menceritakan sangat jujur serta singkat dan detail yang mengungkapkan semua isi kebohongannya…haha..ini hanya permainan kata dan teka-teki otak saja kawan, cepat kita habiskan makan malamnya.” Ucap argha dan tersenyum tipis
aku terdiam dan melanjutkan makan makanan yang telah hidang di atas meja.