Hallo Pelangi

Kini ku berusia 20 Tahun, ya aku sudah mulai bangkit dari keterpurukan masa lalu kelam tepat nya,aku menutup mengunci rapat bibirku setelah bertahun tahun kusimpan memori ini sendiri bertarung melawan logika dan emosi, kini ku ingin menceritakannya, Pelangi.

Awal Kelahiran

Ditahun 1995, lahirlah seorang anak perempuan bernama Pelangi, di sebuah kota indah dan panas, papan baliho disetiap jalan, kemacetan yang menyesakkan adalah kota kelahiranku serta tempat ku dibesarkan menghabiskan hari hari. Dari sinilah ku mulai menceritakan kisah ini.Panggil namaku Pelangi.

Menjalani hari hari sebagai anak kecil periang,ceria,bahagia,pemikiranku diisi dengan hari ini main karet,besok main bola bekel,lusa main petak umpet (permainan yang saat ini hampir punah) hehe. Aku memiliki keluarga yang sangat ku cintai ku sayangi, ayah dan ibu serta kakak kakak dan adikku aku sangat menyayanginya amat sangat, terlihat seperti keluarga cemara bukan,aku sangat bahagia dan bersyukur. Terlebih jika papa selalu membawa Dunkin Donuts setiap harinya setelah pulang bekerja.heheh

Waktu terasa begitu cepat, tak terasa Pelangi kecil sudah mulai waktunya untuk bersekolah di sekolah dasar negeri (SD).Hari pertama dimulai bersekolah dengan penuh tangisan dan ketakutan di dalam ruangan baru dimana adalah ruang kelasku,aku diantar oleh kakaku yang cantik, Ibu tak bisa mengantarku karena beliau harus berdagang. “Huaaaa tak mau tak mau pelangi mau pulang kak pelangi takuuuuut” aku meronta sekuatku kepada kakak.Setelah ruangan pecah oleh tangisan anak anak yang belum mengerti apa itu kata sekolah,datanglah wanita cantik yang disebut Ibu Guru dengan baju merah (aku baru mengenal nya sekarang bahwa jenis baju itu adalah dress) heheh.Terjadilah perkenalan,ya hari itu tidak ada pelajaran hanya bertema perkenalan,saling mengenal siswa dan siswi satu sama lain,disamping kiriku bernama Dini dialah teman semeja ku. Hari berlalu aku sedikit sudah mulai mengerti Alfabet, Apa Angka, Tanda Baca serta Penjumlahan dan Pengurangan.akupun semakin akrab dengan temanku dini,kuberikan gambaran tentangnya (ia temanku yang cantik,cerewet,pintar) dan ia sering mengukur warna kulit tangannya dengan ku kalau sehabis olahraga,hehe dini dini ada ada saja. Bermain dan bermain entah itu sepulang sekolah atau jam istirahat sekolah,banyak permainan yang kita mainkan permainan karet,bola bekel,mintak jongkok,mintak umpet,bola kasti, Tentunya permainan itu hampir punah bukan tertutup oleh Gadget hmmm. Sepulang sekolah “Bu aku mau jajan minta uang”merengek mengeluarkan jurus jitu.heheh.Sekarang tidak lagi seperti itu dimana harus bekerja untuk mendapatkan tabungan,harus bekerja(ditekankan di hati)hehehe.

Awan gelap telah tiba

Pada hari yang tak pernah ku inginkan dalam hidupku, aku menyebutnya sebagai hari awan gelap, ya hari Awan gelap. Sepulang sekolah seperti biasa dengan ceria dan baju kotor karena sehabis bermain “Bu…Aku pulang…”dengan berteriak khas seorang anak kecil..Ku tak melihat ibu berdagang seperti biasa di depan rumah kami,dan kudapati ibu menangis adalah hal yang tak pernah kulihat nya seperti itu,aku ikut bersedih,dan nenekku berada disana mengajakku kerumahnya yang tak jauh dari rumahku,(masih satu kampung dan RT kalau kata orang betawi mah hihi). Malam itu aku tidur bersama Nenek dengan rasa gelisah dan pertanyaan pertanyaan yang berkumpul memenuhi pemikiranku,”Oh ada apa Tuhan,ku harap tak terjadi apa apa pada Ibuku lindungi Ibuku” dan aku terlelap bersama pemikiran yang menggumpal.

Aku mempunyai 4 orang kakak tiri dan 1 orang adik tiri,kami lahir dari seorang ayah berbeda tetapi kami dilahirkan disatu tempat yang sama, ya kami satu Ibu (Aku baru mengetahui setelah aku mendengar pembicaraan ibu ibu tetangga yang sedang bisik bisik,ketika aku lewat di hadapan mereka untuk bersekolah) Aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan tetapi membuat hari itu rasaku tak bersemangat seperti biasa. Hingga ku memutuskann tidak sekolah kembali ke rumah Nenek dan bicara” Nek,huaaa huaaa huaaa tadi pelangi dengar ibu ibu bicara pelan pelan tapi pelangi denger katanya itu tuh anak kelima tapi kan saudara tiri semua beda Bapak” aku bergetar bercerita dan tak kuasa air mata memaksa keluar. Nenek menangis dan pada hari itu nenek menjadi lebih cerewet dan banyak bercerita,” aku tak mengerti apa yang nenek bicarakan arti kata Tiri dan Bercerai, oh Tuhan aku tak mengerti dan memahami pembicaraan orang dewasa,pembicaraan nenek”.Hingga diujung cerita nenek berbicara ”Tidak ada perbedaan antara saudara tiri dengan saudara kandung” adalah saudara yang harus di sayangi,cintai,menghormati dan menghargai dan “Ada penekanan nenek bahwa aku diwajibkan harus tidak menganggap mereka keluarga tiri seperti yang orang bicarakan, mereka lebih dari apapun”. Aku tertidur oleh mata yang bengkak karna menangis dan bertanya apa ini..Mengapa ini terjadi…Dini,Dita,Asti ku mulai absen teman temanku,mereka mempunyai keluarga yang tidak serumitku, bercabang…Aku sulit memahaminya.

Ibu di dalam hidupnya telah menikah sebanyak 3x dan Papa adalah suami yang ketiga..Perkataan nenek membangunkanku dalam tidur,menghantui pemikiranku, Awan gelap yang datang menerjang menutupi hari hariku,aku sudah berumur 6 tahun ya aku menjdi anak yang penuh pertanyaan menjadi diam membatasi diri atas hari hariku yang seharusnya aktif dalam berbagai kegiatan seperti bermain.. Tertawa..Jajan permen dan es cream sesukaku..

Singkat Cerita Susunan

Di pernikahan pertamanya ibu gagal dan dari anak pertama lahirlah 3 orang kaka ku yaitu 1 perempuan bernama Rena dan 2 laki laki bernama Ahmad dan Husaein, di dalam perceraian tersebut hak asuh anak di bagi menjadi 2 yang wanitalah yg diasuh oleh ibu saya dan sedangkan yang laki laki diasuh oleh ayahnya.Dialah kakaku yang cantik aku sangat menyayanginya,dua kakak laki laki hanya beberapa kali saja ku bertemu (mereka tak pernah kerumah menjenguk ibu). Dipernikahan kedua ia bukanlah gagal tetapi suaminya meninggal saat ibu saya melahirkan kaka perempuan saya bernama Rofiko, meninggal kecelakaan ditabrak bus.Kakaku yang satu ini pun canti dan aku juga sangat menyayanginya.

Dua kakak perempuan yang cantik,saling mengasihi menyayangi dan menjaga satu sama lain,kami tinggal dalam atap yang sama,terlahir dalam Rahim yang sama,dan kami tidur dalam satu kamar yang sama satu tempat tidur (berdesakan tetapi sangat hangat sekali).Oh Tuhanku,ku menyayangi kakaku,ku menyayangi sangat jangan pisahkan kami,aku tak perduli apapun status kami yang orang bicarakan tentang kata TIRI, aku tak perduli,bagiku mereka adalah kakaku yang aku cintai sayangi (seperti yang nenek bicarakan dan ajari lalu meresap ke hatiku).

Dipernikahan ketiga inilah papa aku,mereka berpisah di karenakan papa aku yang suka main tangan seperti orang bilang KDRT, dipernikahan ini lahirlah pelangi dan adik perempuan ku bernama Vera dan hak asuh kami dimiliki oleh ibu. Walau hak asuh tersebut di dapat ibu dengan besusah payah terjadi perebutanan antara Papa dan Ibu (cerita ini ku dapati saat dewasa umur ku 12 tahun.

Awan gelap masih selalu mengikuti hari hariku,aku menjadi lebih pendiam,tak bersemangat,menutup rapat rapat perasaanku yang tak ku ketahui apa rasanya karna didalamnya banyak berbagai rasa,oh Tuhan tak ada yang dapat menyentuh memahaminya..

Aku masih disini,ya dirumah nenek, setelah kejadian ku mendengar bisikkan ibu ibu sedang berkumpul tersebut,”Bagaimana kabar ibuku Tuhan,Bagaimana kabar Papahku,Bagaimana kabar kakak kakaku Tuhan, Aku rindu, aku tak berjumpa lagi semenjak hari itu kulihat ibu tk berdagang dengan semangat,kulihat ibu menangis di pojok ruangan,kulihat nenek mengemasi baju bajuku di dalam tas merah kesukaanku, aku rindu mereka..Aku kesepian…

Ibu,Papah,Kakak Kakak,,Aku sangat menyayangi kalian, Aku sangat menyayangi kalian, Aku sangat menyayangi kalian, aku ingin seperti dahulu berkumpul dalam kehangatan dan dalam atap yang sama…

Papa Menghilang

Ibu datang kerumah Nenek untuk menjemputku.

“Ibu..Ibu..Kemana Aja…Pelangi kangen Ibu..Pelangi Kangen Papa…Pelangi kangen kakak kakak..”kataku memeluk erat ibu dan lagi air mata memaksa keluar dari letaknya dan membasahi wajah ini.

Ibu tersenyum dan aku tau ia menahan air mata dengan wajah cantiknya tersenyum tak seperti biasa senyumannya dan mata berkaca kaca,”Na kayo kita pulang,kamu terlihat kurus tidak diberi makan nenek ya? becanda ibu..Aku, nenek, kakek,dan ibu tertawa dalam ruangan sunyi itu.

Sesampai dirumahku, istanaku ku menyebutnya terjadi perbedaan ya berbeda tidak seperti biasa dan ibupun tidak berdagang lagi,TV meja dan kursi oh bahkan lemari pendingin tidak ada, tempat biasanya terisi oleh benda benda tersebut menjadi kosong,ku teringat kakak kakak.

“Bu, kakak kakak kemana, aku kangen mau main sama kakak kakak lagi,” Kataku menghilangan banyak pertanyaan dalam pikiranku.

“Kamu lupa ya, ini hari apa,kakak kakak sedang sekolah,” kata ibu (ku jelaskan karena hari itu aku ijin tak masuk sekolah karena ibu ingin menjemput)

Ibu menjadi terlihat banyak diam,aku sedang makan mie goreng masakan ibu,tanpa berfikir panjang ku menderetkan pertanyaan yang memaksa terlontar dalam bibir “Bu, papa kemana,” kataku Ibu tidak menjawabnya dan tiba tiba menjadi sibuk mengambil pisau memotong motong sayuran yang layu didalam rak piring.Pertanyaan pertanyaan itu bertambah didalam pemikiranku,ku gambarkan ini adalah pemikiran seorang anak kecil yang mencoba mengerti dan memahami kondisi ini kondisi orang orang dewasa.

Kakak kakak pulang,aku bertemunya kembali ya setelah hampir 3 bulan lamanya,aku rindu..Aku memeluknya dan mencium kakak kakakku,tiba tiba manja ini kembali datang…

”Kakak kangen ga sama peyangi?kok kakak ga kelumah nenek jemput pelangi?” kataku merajuk dengan muka bebek cemberut.heheh..

”Kaka cibuuuuuk cekolaaah,” kata kaka sambil mengelitikkan perutku.

“Aaah ampuuun ampuuuuuun ampuuun hahahahahah ampuuun kaka”(meminta ampun kepada kakak kakaku yang mengeroyok mengelitiku)

Hari hariku terus berjalan

Sudah seminggu lamanya papa pergi meninggalkan istana kami,taka da satupun yang membicarakan papa serta menjelaskan kepadaku,pertanyaan pertanyaan ini semakin dan semakin menghantuiku…Oh Tuhan,dimana papaku,aku kangen sekali kangen sekali…

“Brem breem breeem” bunyi suara mobil terdengar di halaman depan rumah.Ku menengoknya,astaga itu papa,ya papaku yang hilang telah kembali,aku segera lari dari tempat dudukku.

“Papa..Papa…Papa pulang,horee horee …Papa pelangi rindu…Papa jangan pergi lagi”ucap aku dengan memeluk erat papa (ya seakan tak ingin ia pergi lagi)oh tak rela.Papa tak menjawab,papa hanya menciumi ku dan memeluk eratku.

Lagi dan lagi ku tak mengerti pemikiran orang dewasa…

Papa datang bersama dengan dua laki laki dan mereka mengambil barang barang kami lalu meletakkan nya didalam mobil.Papa melepaskan pelukkannya lalu menggendongku dan sibuk seperti sedang mengatur arah barang tersebut diletakkan dalam mobil.Ku hanya memandangi papa dan dua laki laki tersebut. (Sedikit gambaran untuk kalian memahami pada saat itu,mamah dan kakak kakak sedang tidak ada dirumah)

“Papa, pergi ya nak,kamu jangan nakal dan jadi anak yang baik,” ucap papa. Aku hanya terdiam dan air mata ini kembali lagi memaksa untuk keluar dari tempatnya.Papa menciumku memelukku erat dan berkaca kaca matanya,oh aku belum pernah melihatnya seperti ini,papaku selalu kuat,hebat.

Papa pergi meninggalkanku bersama dua laki laki yang membawa barang barang dirumahku ku menyebutnya dua penjahat, aku menangis sejadi jadinya untuk menghalangi papa tetapi tangisanku tak mampu menghalangi papa pergi.

Oh Tuhanku,aku hanya anak kecil yang menginginkan waktu kembali seperti dahulu…

Oh Tuhanku,aku ingin bersama Papa mama kakak kakakku kembali…

Oh Tuhanku, aku ingin seperti Dini,dita,asti mempunyai keluarga yang tak bercabang…

Oh Tuhanku,ku merindukan mereka,aku kesepain…

Papa, Mama, Kakak kakak jangan sibuk lagi,pelangi kesepian….

Menjadi Pendiam

Ku mulai tak bersemangat menjalani hari hariku,hari hari dimana anak seusia ku sibuk bermain tak memikirkan banyak hal.Keceriaanku hilang dan aku mulai menjadi pribadi penutup,yah awan gelap itu menghantammerubah kehidupanku.

“Pelangi,kita main keluarga keluargaan yuk,” Kamu anak kebelapa”kata dini membangunkan lamunananku.

Kata kata dini menjadi membuatku merasa tambah bersedih,oh Tuhanku aku iri dengannya,aku iri..Dini pagi ini diantar kesekolah dengan papah nya.Bisikku kecil dalam hati.

Papa..Papa..Papa..sudah setahun papa pergi dimanakah papa? Lagi lagi pertanyaan menyesakkan pikiranku.

Kugambarkan kepada kalian,setahun sudah papa pergi, ekonomi kami mulai menjadi persoalan dalam istanaku,tunggakan uang sekolahku,listrik rumah yang padam tetapi Rumah tetangga sebelah tidak (aku baru mengetahui bahwa PLN mncabut listrik dari rumahku karna Ibu tidak mampu membayarnya), aku semakin jarang berkumpul dengan Ibu karena Ibu semakin jarang dirumah,kakak kakaku aku tidak tau dimana mereka saat ini kami sudah lama tak bertemu bermain setelah terakhir kalinya itu,kalian bisa membayangkan bukan betapa aku kesepian..

Ibu menitipkan ku pada Nenek dan Kakek, membiarkanku diasuh mereka, semenjak itu semakin sulit ku bertemu dan juga kakak kakak tak pernah menjemputku aku tak pernah melihat mereka,keadaanku semakin buruk aku tak nafsu makan tak nafsu minum,bersekolah,bermain,aku lebih nyaman menyendiri,sepertinya nenek memahami nya,entah apa yang terjadi nenek dan kakek mengirimkanku kerumah adiknya ibu (disana banyak anak seusiaku)mungkin untuk menghiburku,seminggu ku berada disana tetapi tetap saja tak bisa menghilangkan kesedihan dan kesepian ini,aku menangis merengek ingin pulang,aku tidak tahan berada disana jauh dari Ibu dan kakak kakakku dan bagaimana jika papa datang aku tidak ada disana.

“Pulang..Pulang..Pulang…Pelangi mau ketemu mama papa..Pulang…” Aku rasa ku sudah membuat kekacauan,membuat bibi ku dan pamanku panik,mereka berusah membujukku,tapi aku tak perduli.

Oh Tuhan,ku hanya ingin berkumpul lagi..Aku hanya ingin itu…Kembalikan waktu seperti dahulu…

Kini ku sudah bertumbuh menjadi dewasa,,lingkuanganku baik dalam istanaku dan sekolahku,serta gigihnya ibu dan kakak kakak bersama untuk bangkit menciptakan istana baru tanpa ada sesosok pahlawan laki laki “Papa”..Membetuk karakterku mengembalikan keceriaan yang hilang,aku menjadi lebih kuat tanpa Papa yang tidak kembali tidak akan pernah,mulai menerima keadaan dan membuktikan bahwa anak anak yang terlahir dari keluarga yang bercerai tidak semua nya akan nakal dan berantakan karena semua itu adalah pilihan..Ya pilihan Teman…

Aku mulai bangkit memperbaiki atas kerusakan dalam pendidikan ku,kesehatanku semakin membaik,pemikiran menyalahkan takdir dan berbagai pertanyaan dalam benak ku menghantuiku selama 16 tahun lamanya kusirnakan…

Seperti Pelangi yang berwarna dan membawa keceriaan,

aku ingin seperti itu menghapus air mata orang orang terkasih,

Takkan ku biarkan Ibu melihat tangisku,

melupakan tentang papa yang pergi dan tak pernah kembali.

Bahwa tidak ada seorangpun yang mau untuk gagal dalam sebuah pernikahan,

dan bahwa setiap orang mempunyai mimpi kebahagiaan atas pernikahan,

ini semua adalah sebuah suratan takdir yang telah Tuhan tuliskan untuk ibu saya dan dalam istanaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *