Sudah lama inginku tuangkan kisah yang selalu membuatku tersenyum disaat mengingatnya.

Kisah yang selalu jadi penyemangatku dalam pembaruan niat ku dalam menikah.

Kisah ini kutuangkan dalam rangka untuk berbagi, jika bisa menjadi inspirasi aku hanya berharap menjadi amal jariyahku nanti. Kisah ini tentang proses ku menikah dengan suamiku.

Banyak orang yag bertanya , loh kok bisa menikah secepat ini? Kok mau menikah sementara baru mengenal karakternya beberapa bulan saja ? yakin menikah semuda ini ?

Akan ku jawab pertanyaan-pertanyaan itu disini J

Berawal dari perbincanganku dengan kedua orangtua ku di 10 malam terakhir ramadhan 1435 H. Aku memberanikan diri mengutarakan perencanaan hidupku salah satu nya rencana untuk menikah.

Ku ungkapkan kegundahan hatiku tentang hidupku yang kurasa sudah siap masuk di fase hidup yang lebih dewasa, yaitu pernikahan.

Perbincangan semakin mendalam, pertanyaan dengan siapa dan kapan aku ingin menikah terlontar dari orangtua ku. Jawabanku belum tau ? ya, aku mengutarakan perencanaan ini untuk berdiskusi tanpa tau dengan siapa dan kapan aku merealisasikan perencanaanku tersebut, ungkapan ini hanya agar 2 belahan jiwaku tau apa yang sedang putri nya rencanakan di masa depan, terlebih meminta doa dan restu mereka. Jawaban mereka adalah “teruslah mendekap padaNYA, Jika Saatnya tiba, akan hadir seorang pemuda yang Allah datangkan untukmu , untuk menemani langkahmu menuju cintaNYA”. Selebihnya aku sandarkan rencana ku pada Allah, ikhtiar ku memperbaiki diri. Ku rekatkan kening dalam sujud , malam laitul qadr ini jadi lahan ku untuk mendekapNYA.

Proses memperbaiki diri bukan lah hal yang mudah. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur’an bahwa syaitan akan terus menggoda anak keturunan Nabi adam untuk menjauh denganNYA. Bahkan aku sempat merasa jatuh dan tidak lagi memikirkan hal-hal tentang menikah karena rasa kehilangan adik sepupuku yang Allah panggil begitu cepat. Tapi Allah melindungiku, aku segera bangkit dan memulai lagi proses memperbaiki diri, berhijrah kearah yang lebih baik . Hingga suatu hari, terjadi diskusi antara aku dengan murrobiyahku tentang sesuatu hal yang berkenaan dengan proses ta’aruf.

Malam itu, tak biasanya murobbiah ku memintaku untuk berkunjung kerumahnya. Aku pun menyempatkan diri memenuhi permintaannya.

Oh iya, Sebelum aku berlanjut dengan kisahku, sedikit ku jelaskan apa arti murobbiah, murobbiah adalah seorang mentor dalam dunia tarbiyah. Aku hidup dalam lingkungan islami yag kental dengan tarbiyah (pendidikan) agama. Salah satu bentuk tarbiyah adalah rutinitas kami mengaji yang kami sebut Halaqoh/Liqo. Lingkungan ini yang banyak membentuk karakter ku, karakter yg di desain untuk mendekat kepadaNYA yang juga mengikat ukhuwah (tali persaudaraan).

Melanjutkan kisahku, di Malam penghujung tahun 2014 Murobbiyahku memberi kabar yang bisa membuat jantungku berdegup kencang, mengubah perjalanan hidupku, dan menuntutku untuk lebih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *