Pelukan memang salah satu cara yang ampuh untuk bikin kita nyaman, aman, dan tenang yaa. Nah membahas soal pelukan, adaloh yang disebut dengan “pelukan psikologis”. Pelukan psikologis? Apa sih maksudnya?

Hmmm kayanya lebih enak kalo kita bahas sesuai sama pengalaman pribadi aku yaa. Yuk simak!

Jadi selama pandemi ini, aku cuma bisa berkomunikasi sama teman-temanku via media sosial aja. Rasanya tuh beda banget yaa kita nggak bisa mengekspresikan perasaan kita secara langsung.

Seperti pengalamanku, beberapa hari yang lalu teman aku posting di story Instagram-nya, dia upload video yang menunjukkan bahwa dia dalam kondisimental breakdown. Padahal dia orangnya tuh selalu ceria, selalu aktif dan cereweeeet banget. Tapi saat itu, semua foto profil media sosial-nya cuma warna hitam aja. Pas aku lihat story Instagram-nya, aku langsung buru-buru menghubungi dia lewat DM dan juga WhatsApp. Tapi hasilnya nihil, tidak ada balasan sama sekali. Aku sampai mencari info lain dari teman-temannya dia yang aku juga kenal untuk tahu alasan kenapa dia bisa posting video itu. Akhirnya, aku mendapatkan informasi dari salah satu temannya,dan dikatakan kalau dia memang sedang mengalami banyak masalah. Mulai dari masalah keluarga, tekanan dalam menyusun skripsi di masa pandemi, dan masalah dengan dirinya sendiri.

Setelah aku mendapat info itu dari temannya, aku berusaha untuk menghubungi temanku kembali, karena aku tidak ingin dia merasa sendirisaat kondisi dia sedang feeling down. Aku ingat perkataan temanku itu, “Kak, aku tuh nggak bisa sendiri.. pertemanan bagi aku penting banget”.

Gelisah, khawatir, hanya itu rasa yang bisa kuungkapkan saat menanti balasan pesan dari temanku ini.

Sampai akhirnya dia membalas pesanku, dan ia berkata, “Makasih kak udah mau make sure if I was okay or not. Maaf ya kalo aku bikin kakak khawatir, tapi aku baik-baik aja kok. Emang cuma lagi capek aja mungkin stres skripsi juga kali yaa. Aku pasti cerita ke kakak kalo aku mau luapin semua, tapi untuk saat ini aku belum mau cerita ke siapa-siapa”.

Melihat jawabannya, aku sedih, seolah hati merasakan apa yang ia tengah rasakan, dan perasaan menyesal menyelimuti diri. Mengapa aku tidak bisa menggapainya, menggenggamnya, paling tidak untuk memberinya pelukan?

Nah dari cerita aku ini, aku jadi sadar bahwa pelukan fisik itu tidak cukup. Perasaan yang didapat seseorang ketika didengarkan dan diakui atas apa yang dia katakan dan perasaan yang terkait dengan apa yang dikatakan itulah yang penting. Ini lah bentuk pelukan psikologis yang sering disebut juga pengakuan empati.

Elemen yang penting dalam pelukan psikologis adalah empati dan kemampuan mendengarkan seperti :

  • Tidak menyela
  • Tidak memberikan nasihat
  • Tidak mengubah topik pembicaraan tentang agenda kamu sendiri
  • Tidak menyuarakan ketidaksetujuan
  • Sebaliknya, menyesuaikan perasaan orang tersebut dan menyatakan pemahaman kamu tentang apa yang telah disampaikan dan dirasakannya.

Salah satu keterampilan terpenting menjadi pendengar yang berempati adalah mengembangkan kemampuan untuk menunggu, mendengarkan dan mendorong orang lain untuk berbicara. Dengarkan dengan kepala dan hatimu. Ini adalah proses kebersamaan dimana kedua orang diperkaya dan hubungan dapat diperkuat.

Jadi penting untuk jadiself-reminder kita, agarselalu bisamenjadi pendengar yang berempati bagi siapapun terutama untuk orang-orang terkasih kita. Semoga kedepannya kita jadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar kita yaa, karena dengan begitu mungkin saja kita menyelamatkan kesehatan mental seseorang!

References :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *