Baik dari sudut pandang anak maupun orang tua, kamu pasti tahu seberapa pentingnya hubungan antara orang tua dan anak. Gimana orang tua mendidik anaknya, dan gimana si anak belajar berkembang, semuanya berpengaruh ke masa depan anak serta kesejahteraan kehidupan keluarga itu sendiri. Nah, film animasi Turning Red yang belakangan disebut jadi film paling laris secara global membawakan isu ini di dalamnya, nih. Mungkin kamu sudah lebih dulu tahu, tapi berikut ini 3 poin penting soal hubungan orang tua-anak sebagai reminder yang bisa kamu simak.

1. Anak perlu diajari cara mengambil keputusan sendiri

film turning red

Beranjak dewasa, banyak hal dalam kehidupan yang menuntut tiap-tiap individu untuk mampu mengambil keputusannya sendiri. Yang perlu kamu ingat, kemampuan mengambil keputusan sendiri nggak lepas dari pola asuh orang tua dan apa-apa yang dilalui selama masa perkembangan. Ibu Mei di film Turning Red sempat menentang keputusan Mei untuk menerima roh panda merah sebagai bagian dari diri anaknya itu. Hal ini rupanya berkaitan sama gimana Ibu Mei dulunya selalu dituntut jadi sempurna dan jarang diberi kesempatan buat memutuskan berbagai hal sendiri.

Mengambil keputusan sendiri perlu dibiasakan sejak dini. Sebab, pengambilan keputusan biasanya dipengaruhi oleh pengalaman. Yaitu, seberapa terbiasa untuk melakukannya dan berani menanggung konsekuensinya. Ketika seseorang selalu dibatasi ruangnya sejak kecil, mengambil keputusan akan jadi hal yang sulit ke depannya. Ada pula kemungkinan bahwa hal itu berpengaruh ke sikap terhadap anak di masa depan maupun orang lain.

2. Anak punya hak untuk menikmati masa tumbuh-kembangnya

film turning red

Maksudnya, masing-masing anak berhak buat bersikap, mencoba banyak hal, sesuai dengan anak-anak lain seusianya. Kalau di film Turning Red, Mei punya tugas melakukan ritual di kuil dan mengurusnya setiap sepulang sekolah sesuai yang ditugaskan sang ibu. Hal itu bikin Mei nggak punya cukup kesempatan buat bermain. Ibunya juga nggak memberi ruang bagi Mei untuk mulai menyukai lawan jenis.

Sementara itu, anak usia tiga belas tahun seperti Mei punya ‘kebutuhan’-nya sendiri. Menurut Erikson dalam teori perkembangannya, usia tiga belas tahun termasuk ke fase identity versus role confusion di mana anak perlu eksplor berbagai hal agar tahu seperti apa dirinya yang sebenarnya. Kalau terlanjur terlalu dibatasi, dikhawatirkan justru tahap ini nggak terlewati dengan baik. Hal-hal macam yang dialami Mei dalam film Turning Red lumrah terjadi layaknya remaja puber pada umumnya. Tinggal bagaimana menyikapi dan memberinya bimbingan.

3. Komunikasi orang tua dengan anak sangatlah penting

film turning red

Suatu waktu, Mei bilang ke orang tuanya tentang keinginannya nonton konser grup idola. Ibu Mei nggak memberikan izin karena harga tiket yang mahal dan juga kurang menyukai grup yang dimaksud Mei. Mei sendiri, pada akhirnya, memutuskan buat berbohong. Ia berkata akan pulang telat setiap harinya karena bergabung dengan grup matematika, saat sebenarnya Mei berusaha mencari uang dengan wujud panda merah yang dimilikinya. Kebohongan itu bikin hubungan Mei dengan orang tuanya jadi rumit. Teman-teman Mei bahkan ikut disalahkan oleh orang tua Mei.

Bohong memang kadang seolah melekat sama manusia—kebanyakan orang pasti pernah berbohong meski sekali—tapi bukan berarti hal ini boleh dilakukan terlebih kepada orang tua. Komunikasi penting dijaga di antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak bisa jadi ajang pengungkapan apa yang diinginkan masing-masing pribadi. Kalau udah terbiasa mengkomunikasikan berbagai hal secara baik di rumah, di lingkungan luar nanti, anak akan terbiasa melakukannya juga.

Sebagai seorang anak, kamu yang tahu apa yang kamu mau dan butuhkan. Sebagai orang tua, membimbing anak untuk sama-sama menciptakan iklim berkeluarga yang baik adalah salah satu peran utama. Memperhatikan hal-hal seperti yang dibahas di atas adalah sedikit dari bekal membina hubungan orang tua-anak.

Sudah nonton film animasi Turning Red? Hal apa yang menurutmu bisa dipelajari dari film ini?

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/intl/basics/decision-making
https://www.verywellmind.com/erik-eriksons-stages-of-psychosocial-development-2795740

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *