Image title

Sebagai makhluk sosial tentu saja manusia berelasi satu dengan yang lain, relasi antar manusia bisa dianalogikan dengan relasi simbiosa. Anda tentu tahu, apa itu simbiosa? Simbiosa atau simbiosis berasal dari kata dalam bahasa Yunani, sym dan biosa, yang memiliki arti dengan dan kehidupan. Apa hubungannya dengan pertemanan ya?

Jika Anda melihat sekelompok manusia berkumpul dalam situasi yang riang gembira, tertawa dan terlihat bahagia bersama-sama, mungkin yang terlihat seolah-olah adalah simbiosa yang paling ideal, yakni simbiosa mutualisma, bertemu karena kesamaan hobby, karena kesamaan tujuan untuk tertawa-tawa dan bersenang-senang, saling memberikan manfaat karena kesamaan tersebut, dan yang paling penting tidak ada tuntutan antara satu dengan yang lain. Sangat menyenangkan bukan, hubungan yang tidak saling menuntut. Tetapi apakah kelompok seperti ini akan bisa mencapai tujuan diluar tujuan pribadi? Ingat orang-orang ini sesungguhnya berkumpul untuk alasan yang egosentrik, yakni untuk kepentingan diri sendiri. Nah, relasi akan berubah ketika tujuan dari berkumpul dan berkelompok memiliki tujuan yang sifatnya bukan bersenang-senang pada saat ini, tetapi menunda bersenang-senang dan meraihnya nanti dikemudian hari, yakni pada akhir pekerjaan atau akhir proyek. Situasi demikian akan menuntut kerjasama, keharusan menekan egosentrik, sebab didalam hubungan untuk sebuah tujuan bersama yang semata-mata bukan kesenangan akan muncul hak dan kewajiban.

Dalam situasi seperti ini adanya struktur dimana ada pemimpin dan yang dipimpin, ordinat dan subordinat, imam dan makmum, pembagian kerja, pembagian kerja serta pembagian hak dan pembagian kewajiban yang disepakati dan disetujuan bersama menjadi penting. Maka selanjutnya simbiosa yang semula mutualisma atau saling menguntungkan mungkin saja berubah karena adanya struktur, pekerjaan yang harus diselesaikan bersama, hak dan kewajiban yang bisa saja menimbulkan rasa ketidakpuasan, pembagian kerja antar masing-masing orang. Pada saat ini, rasa ketidakadilan bisa saja muncul. Nah, jika berkaitan dengan perasaan manusia, sungguh persoalan akan menjadi sedikit lebih rumit.

Jadi, perkumpulan orang-orang yang terlihat bahagia dan bersenang-senang tersebut, serentak akan berubah tidak lagi mutualisma, ketika diberikan sebuah tujuan yang akan dicapai bersama-sama yang menuntut dikesampingkannya ego pribadi. Simbiosa apa saja yang mungkin terjadi?

Simbiosa parasitisma¸ hubungan seperti benalu dan inangnya adalah hubungan yang paling merusak. Karena inang akan mati, sementara benalu akan hidup dan bisa jadi ia akan mencari inang yang lain untuk meneruskan hidupnya. Jika sebuah hubungan sudah tidak lagi seimbang, Anda merasa lebih banyak dirugikan dan sama sekali tidak mendapatkan keuntungan baik secara psikologis, fisiologis, material dan immaterial, sudah saatnya Anda mencongkel benalu dari tubuh Anda. Atau meminta orang lain melakukannya. Sebagai pengamat seseorang yang melihat pertemanan dengan relasi seperti ini akan mengatakan biarlah sang inang jadi pahlawan bagi benalunya. Tetapi tunggu, apakah benalu pantas mendapatkan heroisme sang inang?

Simbiosa komensalisma, hubungan seperti ikan remora dan hiu adalah hubungan dimana remora mendapatkan keuntungan atas makanan renik yang ada di tubuh hiu, sedangkan sang hiu tidak diuntungkan atau tidak dirugikan karena renik di tubuhnya menjadi santapan remora. Jika hiu manusia, boleh jadi ia seperti yang dikatakan Nabi, Khairukum anfa’ukum lin naas, orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Orang yang memberi manfaat seringkali tidak diuntungkan tetapi ia tetap memberi manfaat.

Simbiosa amensalisma, adalah ketika satu pihak dirugikan dan pihak lain tidak diuntungkan maupun tidak mendapat manfaat, seperti pohon walnut dan tumbuhan lain. Pohon walnut tidak mendapat manfaat akan hadirnya tumbuhan lain, tetapi juga tidak dirugikan. Tetapi tumbuhan lain dirugikan karena adanya pohon walnut, karena walnut menghasilkan senyawa alelopati yang menyebabkan tumbuhan lain tidak bisa tumbuh. Pernah melihat orang seperti ini? Dia tidak terganggu akan ada tidaknya orang lain disekitarnya, dia tetap saja mengada tanpa menyadari bahwa senyawa ‘beracun’ yang dimilikinya menyebabkan orang-orang disekitarnya tidak berkembang. Ia tidak menyadari bahwa dirinya menyebabkan orang lain tidak tumbuh. Relasi yang paling buruk diciptakan orang-orang seperti ini, ia tidak tahu bahwa dirinya berbahaya. Orang yang paling buruk adalah yang tidak menyadari bahwa dirinya buruk. Orang yang paling berbahaya adalah orang bodoh yang tidak menyadari dirinya bodoh, dan membuat orang lain menjadi bodoh.

Relasi bisnis, relasi dalam perkawinan, relasi dalam organisasi akan menjadi mutual ketika tujuan yang dimiliki sama, kemudian orang-orang yang terlibat di dalam relasi bisa saling berkomunikasi dengan baik, dan saling menerima sudut pandang orang lain, mengerti kesulitan orang lain dan tidak hanya ingin dimengerti kesulitannya. Help me to help you adalah idiom tepat untuk menggambarkan relasi ini. Hal paling penting tentu saja adalah kepercayaan. Believe someone that dare to fail, dare to stay on your side in your worse situation. Jika Anda menyia-nyiakannya, mungkin Anda akan merugi selamanya.

Seperti kata Ali Karamallahu wajhah. “Jangan bertanya berapa banyak sahabat yang kupunya, tunggu hingga aku dalam kesulitan, maka kamu akan mengetahui jumlahnya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *