Pernahkah kamu merasakan cemas saat menerima notifikasi pesan di WhatsApp atau mungkin saat menggunakan aplikasi tersebut? Kemungkinan kamu mengalami WhatsApp Anxiety.
WhatsApp Anxiety
WhatsApp merupakan aplikasi perpesanan instan dan lintas platform pada smartphone yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima pesan. Pengguna akan dengan mudah mengirim pesan dan menerima pesan atau mungkin panggilan telepon hanya dengan menggunakan dukungan internet saja. Hal ini memudahkan pengguna untuk terhubung dengan orang-orang terdekat atau rekan kerja tanpa harus bertatap muka secara langsung. Namun disamping itu nggak dapat dipungkiri WhatsApp juga memiliki dampak negatif. Terkadang karena banyaknya pesan yang kita terima, membuat kita merasa d-read, dan mengalami gangguan kecemasan karena pesan masuk yang nggak ada hentinya di aplikasi WhatsApp yang kita miliki. Kondisi ini dikenal dengan istilah WhatsApp anxiety. Anxiety merupakan salah satu diagnosis psikiatri yang paling umum muncul pada seseorang karena rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Nah dalam hal ini ditimbulkan oleh banyaknya pesan yang kita terima nggak ada hentinya. WhatsApp anxiety adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan saat menerima notifikasi pesan di aplikasi WhatsApp atau saat menggunakan aplikasi tersebut. WhatsApp anxiety membuat seseorang yang mengalaminya merasakan takut saat melihat notifikasi pesan yang masuk di WhatsApp, merasa gelisah saat pesan yang sudah dikirimkan nggak mendapatkan balasan, dan merasa cemas ketika melihat banyaknya pesan yang belum terbaca karena ia berpikir ia tertinggal banyak informasi.
Interaksi sosial secara digital ini memang sangat menyenangkan karena dapat mengurangi rasa bosan atau kesepian. Namun nggak semua orang merasakan hal ini, untuk sebagian orang interaksi sosial yang dilakukan melalui WhatsApp dapat menyebabkan rasa cemas dan stres. Kemudian nggak hanya berhenti sampai situ saja interaksi ini juga dapat menyebabkan kecanduan yang mengarah pada gangguan kesehatan mental, seperti gangguan afektif, self-esteem rendah, rasa kesepian, dan perilaku impulsif.
Kecemasan yang dirasakan seseorang dapat meningkat secara signifikan biasanya disebabkan oleh pesan yang terlalu banyak, selalu memiliki anggapan bahwa setiap pesan yang masuk harus segera dibalas, penyebaran berita hoax, perbedaan persepsi saat membaca pesan, dan selalu merasa takut ketinggalan akan berita terbaru membuatmu selalu melihat pesan-pesan yang masuk. Lalu bagaimana cara yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi WhatsApp anxiety ini?
Cara Mengatasi WhatsApp Anxiety
Berikut beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk membantumu dalam mengatasi WhatsApp anxiety:
- Matikan tanda ceklis biru pada pesan yang telah dibaca, kamu dapat mengaturnya pada settingan di aplikasi WhatsApp.
- Matikan Notifikasi.
- Jadwalkan waktu untuk mengecek dan membalas pesan, misalnya di pagi hari setelah sarapan, di siang hari setelah jam makan siang, dan di sore hari setelah selesai melakukan pekerjaan.
- Matikan sambungan internet di smartphone mu dan kamu boleh menyalakannya kembali di waktu luang.
- Hapus beberapa grup WhatsApp yang sudah nggak aktif atau kamu juga dapat menggunakan fitur mute. Jangan ragu untuk membuat batasan diri.
- Jauhkan smartphone dari pandanganmu saat mengerjakan tugas, dan kamu juga dapat meletakkan smartphone di ruangan yang terpisah dengan keberadaanmu.
Itulah beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi kecemasaan saat menggunakan aplikasi WhatsApp. Kemajuan teknologi yang sangat pesat memang memudahkan interaksi sosial secara digital. Namun jangan sampai hal tersebut membuat kesehatan mentalmu jadi terganggu. Apabila kamu merasa kesulitan dalam mengatasi WhatsApp anxiety sendiri, kamu dapat berkonsultasi ke profesional seperti psikolog untuk mendapatkan penanganan yang lebih efektif dan tepat untuk dirimu.
Referensi:
Brahmbhatt, A., Richardson, L., & Prajapati, S. (2020). Identifying and Managing Anxiety Disorders in Primary Care. The Journal For Nurse Practitioners, 17(1), 18-25. https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2020.10.019