Pernahkah kamu berbicara terhadap dirimu sendiri bahwa “Aku akan diet kalori, cuma sekali makan mie instan saja kok, pasti gapapa. Tapi, aku pernah membaca bahwa mie instan itu kalorinya sangat tinggi, bagaimana yah?” Nah, hal tersebut merupakan tanda-tanda seseorang yang sedang mengalami Disonansi Kognitif karena pikiran dan tindakan yang telah kamu lakukan membuat pertentangan yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman. Ngomong-ngomong apa ya itu Disonansi Kognitif? apakah kamu tahu mengapa Disonansi Kognitif itu bisa terjadi? efek terhadap kesehatan mental apa saja yah? berbahayakah? Yuk, disimak artikel pembahasan tentang Disonansi Kognitif!

Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang memegang dua kognisi atau pikiran yang saling berhubungan tetapi saling bertentangan. Psikolog Leon Festinger mengemukakan konsep tersebut pada tahun 1957. Disonansi Kognitif adalah ketidaknyamanan mental yang ditimbulkan akibat dari memegang sikap dan perilaku yang berbeda, sehingga memunculkan sikap yang bertentangan di dalam otak. Pada dasarnya fenomena Disonansi Kognitif sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, contohnya adalah kamu ingin hidup sehat, tetapi tidak berolahraga secara teratur dan tidak memakan makanan sehat, alhasil kamu akan merasa bersalah sebagai akibatnya. 

Efek internal yang didapatkan dari Disonansi Kognitif dapat menyebabkan stres atau ketidakbahagiaan. Seseorang yang mengalami disonansi kognitif, tetapi tidak memiliki cara untuk menyelesaikannya akan merasakan ketidakberdayaan dan merasa bersalah terhadap dirinya sendiri karena telah membuat suatu kesalahan yang diperbuatnya akibat pertentangan di dalam otaknya yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam pengambilan keputusan. 

Bagaimana cara mengatasi Disonansi Kognitif?

  1. Mengubah tindakan, contohnya kamu ingin sekali memakan mie instan, tetapi tidak mau menghasilkan kalori yang banyak masuk ke dalam tubuh. Kamu bisa mengatasinya dengan mengubah mie instan tersebut dengan bahan-bahan alami seperti sayuran yang telah diubah menjadi mie alami yang tentunya sehat.
  2. Mengubah keyakinan, mengubah kognisi yang bertentangan adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatasi disonansi. Beberapa orang mengurangi ketidaknyamanan dari disonansi kognitif adalah dengan mencari informasi yang selaras dan mendukung keyakinannya saat ini, mengurangi pentingnya keyakinan yang bertentangan, dan mengubah keyakinan untuk mengurangi perasaan konflik.

Disonansi Kognitif bukanlah kondisi kesehatan mental, tetapi bisa memengaruhi ketidaknyamanan mental dalam mengambil keputusan. Namun, jika terus menerus merasa kesulitan menghentikan perilaku atau pola berpikir dapat menyebabkan seseorang tertekan, diperbolehkan untuk mencari bantuan ke dokter atau terapi dalam menangani kasus tersebut.

Seseorang yang membutuhkan bantuan bercirikan seperti berikut:

  1. merasa stres, cemas dan sangat merasakan bersalah yang berlebihan
  2. menyebabkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau dalam hubungan
  3. merasakan kesedihan yang berlebihan dan efek negatif yang terus menghantuinya
  4. merasa malu dan tertekan terhadap dirinya sendiri

Kesimpulannya Disonansi kognitif terjadi ketika perilaku dan keyakinan seseorang tidak saling melengkapi atau ketika mereka memiliki dua keyakinan yang bertentangan. Ini menyebabkan perasaan tidak nyaman yang memotivasi seseorang untuk mencoba merasa lebih baik. Disonansi kognitif berperan dalam banyak pertimbangan nilai, keputusan, dan evaluasi. Menyadari bagaimana keyakinan yang bertentangan memengaruhi proses pengambilan keputusan adalah cara yang bagus untuk meningkatkan kemampuan Anda membuat pilihan yang lebih cepat dan lebih akurat. 

referensi:

https://www.verywellmind.com/what-is-cognitive-dissonance-2795012
https://www.psychologytoday.com/intl/basics/cognitive-dissonance

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *