Orang introvert pasti susah bergaul? Pendiam dan payah dalam hal public speaking? Fakta atau mitos, ya?

Di antara beragam anggapan tentang si introvert masih banyak yang perlu dipertanyakan benar-tidaknya. Bukan apa-apa, tapi jangan sampai anggapan-anggapan itu membuatmu meremehkan mereka. Atau malah, meremehkan dirimu sendiri yang mungkin juga tergolong pribadi introvert. Abidin (2013) bahkan menyebutkan bahwa umumnya para extrovert dianggap lebih baik (lebih ramah, komunikatif, dan mudah berteman) daripada introvert, serta bahwa orang-orang introvert lebih sulit dimengerti karena merupakan populasi minoritas jika dibandingkan dengan jumlah orang dengan kepribadian extrovert. Tapi apakah semua hal tersebut sepenuhnya benar adanya? Coba simak dulu uraian singkat berikut ini!

Pengertian Dasar Kepribadian Introvert

Kepribadian yang sering disebut ‘introvert’ (Indonesia: introver) ini berasal dari teori kepribadian Carl Gustav Jung, tepatnya teori tipologi kepribadian. Teori ini juga merupakan dasar penyusunan skala pengukuran kepribadian MBTI yang telah banyak digunakan secara luas sebagai salah satu alat tes untuk mengetahui kepribadian. Kata ‘introvert’ mewakili sikap introversion, sebuah sikap yang mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif dan memusatkan diri pada dunia di dalam diri (Alwisol, 2009). Oleh karena itu introvert umumnya menyenangi aktivitas yang melibatkan ide-ide, pemikiran, pandangan, atau pengalaman dirinya.

Tetapi karena beberapa kecenderungan untuk berpusat pada dirinya itu, kemudian muncul beberapa penilaian gegabah mengenai para introvert.

1. Susah Bergaul

Anggapan bahwa introvert susah bergaul seolah-olah mencap mereka ingin bergaul namun mengalami kesulitan untuk itu. Sementara, introvert memang lebih nyaman menjalin hubungan dengan beberapa orang saja. Alasannya, kebanyakan dari mereka lebih mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Ini terkait dengan kepribadian mereka yang sering kali penuh pertimbangan.

2. Pasti Pemalu dan Pendiam

Kalau yang ini, sepertinya memang setengah mitos setengah fakta. Sekilas mungkin terasa benar; introvert cenderung kelihatan pendiam. Padahal kalau sudah dihadapkan dengan suatu topik yang mereka sukai, bicara 1-2 jam pun mungkin mereka tak keberatan. Lagipula pendiam bukan suatu perilaku yang harus selalu diasosiasikan dengan malu berbicara. Hanya saja, sebab seorang yang introvert memang sejatinya lebih berpusat ke dalam dirinya sendiri dibanding dunia luar, mereka sering kali lebih banyak berpikir sebelum bicara, hingga terkesan malu-malu.

3. Karena Pendiam, Introvert Tidak Pandai Public Speaking

Faktanya, telah banyak tokoh sukses yang sering diundang untuk berbicara di depan umum tergolong pribadi introvert. Bill Gates, misalnya. Justru, para introvert punya potensi besar untuk menjadi seorang public speaker yang andal. Pribadi introvert yang banyak terpusat pada dirinya membuat mereka lebih mudah berkonsentrasi, dan ini tentunya berperan besar terhadap kemampuan public speaking.

4. Introvert Itu Anti-sosial

Ini fakta paling salah kaprah! Anti-sosial berbeda dengan sekadar tidak menyukai berada di tengah orang banyak. Penggunaan kata ‘anti-sosial’ sendiri pun sering kali di miss persepsikan. Anti-sosial merupakan gangguan—tidak tepat untuk dilabelkan kepada mereka yang sejatinya tidak memiliki gangguan. Introvert adalah bagian dari kepribadian manusia dan bukan merupakan gangguan. Mereka hanya lebih nyaman beraktivitas sendiri atau bersama orang-orang terdekatnya saja, sebab berinteraksi terlalu lama dengan banyak orang dapat membuat mereka lelah secara mental karena energi yang seolah terkuras. Para introvert mendapatkan energi dari dalam dirinya, dengan memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Lagipula, dibanding terlalu banyak berasumsi, penting untuk mencoba saling mengerti satu sama lain. Baik dari kamu yang extrovert ke introvert, atau antar sesama introvert. Beberapa hal berikut ini mungkin bisa kamu lakukan!

1. Tidak gegabah melabeli seseorang berdasarkan kepribadiannya

Kepribadian masing-masing orang memang berbeda. Tetapi ini bukan sebuah justifikasi bahwa sikap dan perilaku seseorang pasti sama dengan apa yang orang-orang labelkan tentangnya. Maka, janganlah gegabah melabeli introvert dengan perilaku-perilaku tertentu, dan begitu pula sebaliknya.

2. Mencoba mendengar

Salah kaprah bisa muncul karena tidak adanya proses klarifikasi. Mencoba bertanya, mendengar, dapat menjadi jalan tengah untuk kesalahpahaman yang terjadi.

3. Tidak memaksa untuk mengubah apapun

Introvert memang perlu menyesuaikan juga dengan lingkungan. Tidak selamanya lingkungan memberikan ruang bagi introvert untuk berada di zona nyamannya. Tetapi, menyesuaikan tidak berarti memaksa mereka berubah. Jika suatu kepribadian sudah terbentuk, maka berusaha merubahnya bisa menjadi sebuah siksaan bagi mereka.

Lagi-lagi semua adalah tentang saling menghargai dan menerima. Hidup saling berdampingan tidak harus selalu sama. Introvert tak selalu sama dengan apa yang orang-orang pikirkan. Jadi, jangan salah kaprah lagi, ya!

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/understand-other-people/201601/understanding-introverts

Alwisol (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Rosida, E. R., & Astuti, T. P. (2015). Perbedaan penerimaan teman sebaya ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Empati, 4(1), 77-81.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *