Tidak sedikit orang yang punya masalah dengan jam atau kualitas tidur sehari-harinya. Ada yang sulit tidur, terlalu banyak tidur karena selalu merasa mengantuk, atau seakan cukup tidur tapi tidak pernah sepenuhnya nyenyak. Masalah ini diperparah oleh pandemi COVID-19. 90% dari orang yang menjadi korban pada sebuah bencana—yang dalam hal ini, pandemi juga dapat dikategorikan sebagai bencana—ditemukan mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Sebabnya adalah kecemasan, ketakutan, juga ketidakpastian yang berlangsung dalam kurun waktu lama selama pandemi ini.
Perbedaan pada masing-masing individu juga turut berperan dalam hal bagaimana masalah tidur terjadi. Ketika pikiran tidak bisa tenang, dampaknya dapat berbeda pada setiap orang—tidak bisa tidur, atau justru seperti kehilangan motivasi dan terus mengantuk. Seperti paradoks, pikiran yang tidak tenang menjadikan tidur bermasalah, dan tidur yang bermasalah juga merujuk pada pikiran yang tidak tenang. Inilah cara mudah untuk mengetahui, bahwa tidur berkaitan erat dengan kesehatan mental.
Mengapa Tidur Itu Penting bagi Kesehatan Mental?
Hubungan antara tidur dengan kesehatan mental sejatinya amat beragam dan kompleks. Tetapi secara umum, tidur yang cukup berkaitan dengan mood yang lebih baik, produktivitas yang meningkat, bahkan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Banyak gangguan psikologis yang hadir bersamaan dengan masalah tidur, dan meski para ahli tidak menyatakan bahwa masalah tidur dapat berujung pada gangguan psikologis, penanganan bagi mereka yang memiliki gangguan sering kali dimulai dengan memperbaiki masalah tidurnya. Ini sedikitnya menjelaskan mengapa tidur sangat penting bagi kesehatan mental.
Waktu tidur ideal adalah sekitar 7-9 jam untuk orang dewasa dan 8-10 jam untuk remaja. Tapi, durasi saja belum cukup untuk mewakili kualitas tidur. Melainkan juga seberapa nyenyak dan apakah ada fase terbangun di tengah malam. Tidur yang berkualitas diperlukan agar proses-proses yang berjalan saat tidur bisa berjalan maksimal.
Ketika tidur, tubuh dan otak melakukan ‘perbaikan’, memperkuat daya tahan tubuh, menunjang respon akan stres, dan mengisi ulang sistem-sistem yang kemudian membantu regulasi emosi, mengeratkan memori dengan pikiran, membuat fokus, dan berbagai proses lainnya. Singkatnya, tidur yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang melalui berbagai cara.
Maka dari itu tidak disarankan bagimu untuk terlalu sering mengorbankan waktu tidur karena suatu alasan. Masalah tidur dan kesehatan mental yang buruk cenderung saling mempengaruhi bahkan ‘menguatkan’ satu sama lain. Mungkin, pada beberapa orang, memang sudah terlalu sulit untuk memiliki tidur cukup yang berkualitas, misalnya pada orang dengan kecemasan berlebih. Namun selagi masih bisa diusahakan, cobalah untuk membuat waktu tidurmu cukup dan berkualitas sedapat mungkin.
Tips Mendapatkan Tidur yang Berkualitas
Beberapa hal berikut merupakan saran untukmu agar memiliki tidur yang lebih berkualitas. Sederhana, tapi kadang kala cukup sulit dilakukan. Cobalah untuk menerapkan tips berikut ini pelan-pelan.
1. Tidak Bermain Media Sosial sebelum Tidur
Mengecek beberapa akun media sosial sebelum tidur mungkin sudah menjadi kebiasaan banyak orang. Padahal, kebiasaan ini merupakan salah satu faktor yang membuat tidur kurang berkualitas, terutama jika aktivitas ini justru membuatmu semakin keasyikan. Ini tidak akan membuat tubuh dan pikiranmu memperoleh ketenangan yang diperlukan untuk tidur dengan nyenyak. Beri selang setidaknya satu jam tanpa sibuk memantau media sosial ini dan itusebelum tidur.
2. Relaksasi
Dibanding scrolling medsos sebelum tidur, relaksasi jauh lebih worth it dilakukan. Kalau kamu beralasan bahwa main medsos bisa membuatmu relaks, maka kamu salah paham. Relaksasi seharusnya tidak membuat pikiranmu ‘sibuk’. Dibanding bermain gadget, relaksasi lebih tepat dilakukan misalnya dengan peregangan khusus yang bisa membuat otot tubuh lebih relaks, mengatur napas, mendengarkan musik yang tenang, atau semata menemukan posisi yang nyaman untukmu bisa menjadi tenang.
3. Mengurangi Overthinking
Perkara overthinking banyak menjadi momok belakangan. Sebelum tidur, bukannya relaks, pikiran justru kemana-mana—memikirkan yang tidak atau belum tentu terjadi. Untuk mendapatkan tidur yang lebih berikualitas, hal seperti ini perlu diperbaiki. Urusan besok biarlah tetap menjadi urusan besok. Untuk sejenak saja, cobalah menyisihkan urusan lain sesaat sebelum tidur. Sebab tubuh dan pikiranmu juga punya hak untuk rehat.
Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sulit untuk diubah, tak terkecuali kebiasaan tidur yang buruk. Menyingkirkan overthiking bahkan mungkin lebih sulit lagi. Tapi demi dirimu sendiri, cobalah mengusahakannya. Panduan dan bantuan tersedia di mana-mana jika kamu membutuhkannya. Mari usahakan tidur yang berkualitas demi mental dan fisik yang sehat.
Referensi: