Sudah pernah baca atau intip sekilas tentang teori kepribadian dari Alfred Adler? Sudahkah kamu tahu kalau teori-teori kepribadian yang dipelajari dalam ilmu psikologi juga bisa dijadikan salah satu acuan untuk bersikap dalam kehidupan sehari-hari alih-alih hanya dipelajari di kelas saja?

Teori kepribadian merupakan suatu kerangka berpikir untuk dapat membantu menjelaskan, mengerti, dan memprediksi perilaku manusia. Teori kepribadian sekaligus pula dapat diaplikasikan untuk mengubah perilaku, perasaan, dan emosi manusia (Schultz & Schultz, 2009). Di dalam teori-teori kepribadian, perilaku manusia disebut tidak pernah terjadi tanpa alasan, melainkan selalu dipengaruhi faktor-faktor anteseden, sebab-musabab, pendorong, motivasi, sasaran-tujuan, atau latar belakang (Alwisol, 2008). Hal inilah yang membuat teori kepribadian bisa dijadikan sebagai pedoman mengambil sikap, yaitu dengan memahami bagaimana suatu faktor dapat berujung pada perilaku tertentu.

Sehari-harinya, banyak hal yang luput dari perhatian ketika kognisi terfokus pada keinginan mencapai tujuan. Menghalalkan segala cara, bahkan menjatuhkan orang lain. Teori kepribadian bisa membantumu belajar menentukan sikap dalam rangka mencapai tujuan, salah satunya, seperti apa yang tersirat dalam teori kepribadian Alfred Adler.

Sekilas tentang Teori Kepribadian Alfred Adler

Alfred Adler (1870-1937) berpendapat bahwa setiap insan manusia pastilah lahir dengan fisik yang lemah (Alwisol, 2008). Keadaan tersebut kemudian memunculkan inferioritas; perasaan lemah, tidak berdaya, serta tidak mampu melakukan tugas-tugas kehidupan. Manusia lantas akan terdorong untuk berjuang mengatasi perasaan tidak berdaya tersebut demi mencapai superioritas, sebuah titik di mana tujuan final dalam hidup terealisasi dan ketidakmampuan dapat teratasi. Adler yang menekankan bahwa masing-masing pribadi manusia adalah unik, menerangkan bahwa dalam rangka mencapai superioritas, manusia melakukannya dengan cara yang berbeda-beda sesuai gaya hidup (style of life) masing-masing.

Pada teori finalnya, Adler membatasi bahwa mereka yang ingin meraih superioritas semata ialah individu neurotik, yang hanya berusaha menjadi lebih ‘superior’ dibanding orang lain. Kondisi tersebut mungkin mewujudkan perasaan superior, namun tidak akan membawa individu menuju kesuksesan. Adler mengenalkan konsep minat sosial (social interest/gemeinschafgeful), yaitu sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan, serta empati kepada orang lain, sebagai pembeda yang jelas antara individu yang memperjuangkan superioritas untuk keuntungan pribadi semata, dengan yang mementingkan sisi sosial kemanusiaan. Tanpa minat sosial, seseorang bisa saja mewujudkan keinginannya untuk mengatasi perasaan inferior dalam rupa perilaku yang menyimpang.

Dari atribut teori kepribadian dari Alfred Adler di atas, apa sedikit-banyak kamu sudah memperoleh insight tentang bagaimana sebaiknya bersikap dalam kehidupan sehari-hari?

Belajar Bersikap dari Teori Adler

Teori kepribadian Adler menyiratkan bahwa dalam menjalani hidup, manusia tidak bisa sepenuhnya mencapai tujuan hidup dan meraih kesuksesan hanya dengan berorientasi pada kepentingan dirinya sendiri. Aku, kamu, kita, tidak pernah hidup sendiri di dunia ini. Seyogianya hadirlah rasa ingin berperan untuk lingkungan sekitar. Tidak semata memajukan diri sendiri. Berdasarkan poin-poin dari teori kepribadian Adler, berikut beberapa hal konkret yang bisa membantumu menentukan sikap dalam keseharian.

1. Menghargai Orang Lain

Tidak berpusat pada diri sendiri berarti mengakui keberadaan orang lain. Kamu bisa membiasakan diri untuk mendengarkan pendapat juga menghargai pencapaian orang lain. Jangan biarkan dirimu merasa ‘lebih’ dan ‘paling’ sampai enggan menghargai.

2. Menjunjung Sportivitas dalam Bersaing

Dalam rangka memperjuangkan superioritas, bukan tidak mungkin muncul rasa ingin mendahului bahkan menang dari orang lain dengan menghalalkan segala cara. Minat sosial pada teori Adler mengajarkan untuk mementingkan kemanusiaan, dan minat sosial ini akan menghindarkanmu dari perilaku tersebut. Maka dari itu, sportiflah dalam bersaing dan mencapai tujuan. Memperoleh kesuksesan tidak akan pernah terasa sempurna bila terwujud melalui persaingan yang tidak sehat.

3. Berkolaborasi

Bukan kompetisi, tapi kolaborasi. Zaman yang semakin berkembang sudah tidak lagi relevan dengan perilaku individualistis. Banyak pihak sudah berkolaborasi daripada berkompetisi demi bisa mencapai suatu tujuan. Kamu, juga perlu menyadari pentingnya berkolaborasi dengan orang lain dalam berbagai aspek keseharian, mulai dari hal sederhana seperti saling berbagi referensi dan diskusi saat mengerjakan tugas atau pekerjaan.

4. Menggiatkan Pengabdian Masyarakat

Menjadi sukses tidak melulu identik dengan ‘berada di atas’. Alih-alih seperti itu, kamu bisa memilih untuk menetapkan visi hidup yang berorientasikan kepentingan sosial-kemanusiaan. Menggiatkan pengabdian masyarakat merupakan salah satu wujudnya. Satu contoh sederhana ialah memberi edukasi kepada masyarakat sekitar. Dengan melakukan ini, kamu mengajak orang lain untuk berkembang bersama-sama. Kabar baiknya adalah kamu bisa melakukannya sesederhana dengan rutin membagikan informasi yang bersifat mengedukasi di media sosial.

4 hal di atas hanya segelintir dari sekian banyaknya pelajaran yang bisa diambil dari teori kepribadian Adler. Barangkali, kamu punya caramu sendiri untuk mengaplikasikan teori Adler dalam berperan bagi kemanusiaan selama perjalanan mengatasi perasaan inferior dan mencapai tujuan hidupmu. Kalau ada, share di kolom komentar, yuk!

Referensi:

Alwisol (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2009). Theories of Personality. Wadsworth: Cengage Learning.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *